Mengenal Lebih Dekat dengan Observatorium Baru di Indonesia: Observatorium Nasional Timau
Latar Belakang Pembangunan
Seperti yang kita ketahui, astronomi merupakan salah satu cabang keilmuan yang sebagian besar ilmunya didapatkan dari observasi benda-benda langit. Kegiatan observasi tersebut tidak luput dari observatorium yang menjadi tempat dilakukannya pengamatan dan juga menjadi tempat tinggal berbagai instrumentasi yang dibutuhkan oleh para astronom. Di Indonesia, perkembangan keilmuan astronomi tidak luput dari satu-satunya observatorium yang telah berdiri dan diresmikan sejak 1923 yaitu Observatorium Bosscha. Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat mendorong kebutuhan perkembangan astronomi, seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 21/2013 tentang Keantariksaan (astronomi dan astrofisika). Berdasarkan undang-undang tersebut, Indonesia diharapkan dapat membangun dan mengembangkan ilmu keantariksaan secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang disediakan. Saat ini, kondisi langit di sekitar Observatorium Bosscha telah ‘tercemar’ oleh polusi cahaya (baca tentang pengaruh polusi cahaya selengkapnya di artikel sebelumnya, ya!) yang cukup parah. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia merasakan adanya urgensi untuk membangun observatorium baru dengan fasilitas dan kondisi lingkungan yang lebih baik. Observatorium baru tersebut adalah Observatorium Timau yang telah dibangun sejak 2017.
Pemilihan Lokasi
Observatorium Timau terletak di Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (9°35’50,2” LS, 123°56’48,5” BT). Pemilihan lokasi tersebut telah melalui berbagai pertimbangan, terutama mengenai kondisi cuacanya. Di lokasi tersebut, jumlah langit cerah (tidak hujan dan tidak mendung) memiliki persentase yang cukup tinggi melalui uji klimatologi. Selain itu, daerah tersebut masih belum banyak terpengaruh oleh polusi cahaya karena daerahnya yang cukup jauh dari wilayah perkotaan dan pemukiman warga. Poin-poin tersebut menjadikan daerah Gunung Timau sebagai pilihan yang tepat untuk membangun observatorium astronomi yang baru.
Fasilitas (Instrumentasi)
Selain dibangun di lokasi yang ideal untuk melakukan observasi astronomi, fasilitas-fasilitas berupa instrumentasi astronomi yang bertempat tinggal di Observatorium Timau ini pun tak kalah ideal dan canggih. Instrumen utama yang ada di Observatorium Timau adalah sebuah teleskop optik yang didapatkan dari hasil kerja sama dengan Universitas Kyoto. Teleskop tersebut memiliki diameter sebesar 3,8 meter dan terdiri dari 3 jenis cermin: cermin primer, sekunder, dan tersier. Sistem optik teleskop ini merupakan sistem optik Ritchey-Chretien yang memiliki jejak cahaya seperti gambar berikut.
Cermin primer teleskop ini sangat unik karena tersusun dari 18 cermin yang disusun menjadi satu cermin besar. Keberadaan cermin tersier di teleskop ini digunakan untuk memantulkan cahaya agar masuk ke bidang Nasymith yang nantinya diterima oleh dua kamera yang diletakkan di samping kanan dan kiri teleskop, yaitu 3OPTIKA dan NIRKA. 3OPTIKA dan NIRKA secara berurutan merupakan kamera citra optik dan inframerah (dekat).
Tidak hanya memiliki teleskop raksasa, Observatorium Timau juga memiliki teleskop lain yang berukuran lebih kecil. Teleskop yang pertama adalah teleskop survei yang memiliki diameter 50 sentimeter. Selanjutnya, ada teleskop matahari yang memiliki diameter 30 cm. Selain teleskop untuk observasi astronomi, Observatorium Timau juga menyediakan instrumentasi bernama magnetometer untuk mengamati kuat medan magnet Bumi, serta instrumen yang lain bernama ionosonde.
Keunggulan dan Peluang
Keberadaan teleskop berdiameter 3,8 meter di Observatorium Timau memberikan keunggulan dan peluang yang sangat luas dalam ranah observasi astronomi. Keunggulan pertama datang dari penggunaan cermin primer bersegmen. Delapan belas segmen cermin dapat memberikan citra objek yang lebih baik serta memudahkan para teknisi dalam proses manufakturnya. Keunggulan kedua diberikan oleh penggunaan dua kamera pada teleskop. Kamera 3OPTIKA merupakan kamera optik yang menggunakan filter UBVRI. Kamera tersebut dilengkapi dengan spektograf (resolusi < 30.000) yang memiliki slit. Kamera kedua yang digunakan pada teleskop tersebut adalah NIRKA. NIRKA adalah kamera inframerah dekat. Kamera yang memiliki spesifikasi seperti 3OPTIKA dan NIRKA dapat membuka cakrawala observasi astronomi Indonesia. Dengan keunggulan yang diberikan oleh teleskop tersebut, diharapkan makin banyak riset-riset yang dapat dilakukan dan dikembangkan oleh para astronom di Observatorium Timau, seperti riset exoplanet (fotometri dan spektroskopi), galaksi, dan ekstragalaksi. Keunggulan terakhir tentu saja datang dari teleskop-teleskop tambahan yang akan diletakkan pada Observatorium Timau. Riset yang dapat dikembangkan dari keberadaan teleskop survei dan matahari adalah riset cuaca antariksa yang datang dari aktivitas Matahari, serta riset mengenai benda-benda kecil Tata Surya. Kedua riset tersebut sebenarnya adalah riset-riset utama yang akan dilakukan di Observatorium Timau.
Tidak hanya datang dari instrumentasi-instrumentasi yang diletakkan di Observatorium Timau, keunggulan dan peluang besar dari pembangunan observatorium ini juga datang dari lokasinya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, lokasi Observatorium ini terletak di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur berada di dekat garis khatulistiwa. Kondisi ini menyebabkan pengamat di Observatorium Timau dapat mengamati dua wilayah langit, sebagian langit bagian selatan dan sebagian langit bagian utara. Selain itu, lokasinya yang jauh dari pemukiman warga juga memberikan kondisi langit yang ideal untuk dilakukannya pengamatan. Bintang-bintang yang redup akan dapat mudah terlihat jika observasi dilakukan di observatorium ini. Semakin mudah pengamatan, riset dan kajian astronomi kemungkinan besar dapat semakin berkembang pesat.
Pembangunan dan finalisasi Observatorium Timau hampir sampai di penghujungnya. Kemungkinan besar Observatorium Timau akan mulai beroperasi pada tahun 2024 ini. Dengan berbagai keunggulan dan peluang yang diberikan, Observatorium Timau diharapkan dapat menyumbangkan riset-riset baru untuk Indonesia dan dunia, serta siap menjadi penerang bagi penemuan-penemuan baru di alam semesta.
Penulis: Lintang Arian Semesta (10322059)
Penyunting: M. Khawariz Andaristiyan (10321005)
Referensi:
Humas BRIN. (2023). Beroperasi pada 2024, Observatorium Nasional Timau Buka Banyak Peluang Riset. https://www.brin.go.id/news/116975/beroperasi-pada-2024-observatorium-nasional-timau-buka-banyak-peluang-riset.
Mumpuni, E.S., Admiranto, A.G., Priyatikanto, R., Puspitarini, L., Nurzaman, M.Z., Mumtahana, F., Yatini, C. Y., Tanesib, J. L. (2017). Selayang Pandang Observatorium Nasional Timau. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional: Pusat Sains dan Antariksa.
Setiawan, A. (2023). Observatorium Timau, “Mata Langit” Baru Indonesia. https://indonesia.go.id/kategori/budaya/7286/observatorium-timau-mata-langit-baru-indonesia?lang=1.