Occam’s Razor : Seseorang Sebaiknya Tidak Berasumsi Lebih dari yang Diperlukan

Andriana Wahyu
HIMIT PENS
Published in
5 min readMar 19, 2023

Kalian pernah enggak sih dengar kalimat “Hidup itu mudah, manusia yang merumitkannya sendiri.” Dalam psikologi memang ternyata manusia cenderung selalu merumitkan hal yang sebenarnya simpel dikarenakan dengan berbagai macam faktor. Salah satu contoh nyata dan dilakukan setiap harinya adalah overthinking, kita sering kali membuat berbagai asumsi mengenai hidup kita yang sebenarnya belum tentu itu benar dan akan terjadi.

Kecondongan manusia yang merumitkan hal yang sederhana ternyata berdampak pada semua hal. Oleh karena itu, muncullah sebuah prinsip yang disebut dengan Occam’s Razor. Prinsip ini telah diterapkan di berbagai bidang termasuk menjadi salah satu dari Laws of UX. Laws of UX sendiri adalah kumpulan prinsip terbaik yang dapat dipertimbangkan desainer saat membangun antarmuka pengguna.

Kali ini kita akan membahas penerapan Occam’s Razor dibidang UI/UX desain menurut Jon Yablonski.

Apa itu Occam’s Razor?

Sebelum masuk ke pembahasan kita perlu tahu tentang Occam’s Razor itu sendiri. Jadi apa sih itu Occam’s Razor atau Pisau Cukur Occam?

William Ockham

Occam’s Razor atau juga biasa dikenal Law of Parsimony adalah sebuah prinsip pemecahan masalah yang dicetuskan oleh sebuah filsuf yang bernama William Ockham, seorang pendeta Ordo Fransiskus dan ahli logika Inggris dari abad ke-14.

“Entitas should not be multiplied beyond necessity” — William Ockhams

Dari perkataan William Ockhams di atas bisa diartikan dengan “Saat terdapat dua atau lebih penjelasan untuk menjelaskan fenomena yang sama, maka pilih penjelasan yang lebih sederhana.”

Ockham berpikir bahwa hipotesis yang lebih sederhana adalah hal yang baik. Meskipun disebut dengan baik bukan berarti itu adalah hal yang benar. Seseorang harus memilih salah satu yang membuat asumsi paling sedikit.

Contoh Penggunaan Occam’s Razor

Apakah benar semua hal yang simpel adalah yang paling benar? Yuk, kita coba lihat contohnya!

1. Occam’s Razor dalam UX Writing

Contoh Occam’s Razor di UX Writing

Jika dilihat sekilas maka yang lebih sederhana adalah pesan error di sebelah kanan dan lebih memudahkan bagi user. Namun, apakah penjelasan yang sederhana sudah pasti benar? Mari kita lihat pertanyaan atau asumsi apa saja yang mungkin akan terbentuk dari kedua contoh pesan eror di atas.

Artinya sesederhana mungkin kita dalam mendesain, asumsi atau pertanyaan yang muncul akan selalu ada. Setidaknya, dengan desain yang sederhana kita dapat membantu mengurangi pertanyaan yang muncul.

2. Occam’s Razor dalam Pengkodean

Contoh lain untuk menerapkan Occam’s Razor adalah dalam menuliskan program dengan menyederhanakan kode. Menulis kode yang sederhana dan lugas umumnya lebih baik daripada menulis kode rumit yang sulit dipahami dan dipertahankan. Namun, apakah dengan menyederhanakan kode dapat dipastikan tidak akan terjadinya error?

Tentu, tidak. Namun, dengan menyederhanakan kode dapat meningkatkan keterbacaan dan mengurangi kemungkinan bug dan kesalahan sehingga jika terdapat sebuah bug akan mengurangi complexitas kita untuk bisa menemukan dan menyelesaikan bug tersebut.

Dari kedua contoh di atas membuktikan bahwa prinsip ini memang belum tentu benar. Oleh karena itu, hal inilah yang dimaksud dengan bahwa Occam’s Razor bukanlah suatu hukum tetapi pedoman atau metode memilih hipotesis yang memiliki kemungkinan yang lebih benar.

Kapan Occam’s Razor dapat digunakan?

Kita sudah tahu nih bahwa prinsip ini dapat membantu kita ketika berhadapan dengan suatu hal yang rumit . Jadi apakah dalam semua hal kita dapat menerapkan prinsip Occam’s Razor?

Occam’s Razor hanya dapat digunakan ketika dihadapkan oleh informasi dengan jumlah yang sama atau equal. Teori Occam’s Razor tidak dapat diaplikasikan ketika dihadapkan pada sesuatu yang tampak lebih jelas dan lengkap untuk menjelaskan sebuah informasi . Sebab prinsip Occam’s Razor yang memprioritaskan kesederhanaan ini terkadang berisiko mengabaikan akurasi yang lebih tinggi.

“Simple does not mean ignoring important facts in an attempt to reduce the complexity. It requires open mindedness to seek a better solution with less complexity and less assumptions, exploring a better way of doing things.”

Bagaimana cara menggunakan Occam’s Razor?

Jadi Prinsip Occam’s Razor yaitu sebagai prinsip untuk mendapatkan keputusan dengan mengedepankan kesederhanaan. Kita dapat melihat perusahaan Apple sebagai contoh yang menerapkan kesederhanaan dalam desain produknya. Jadi bagaimana cara menerapkan prinsip ini dalam desain?

Berikut cara menerapkan prinsip Occam’s Razor dalam desain menurut Jon Yablonski.

1. Keep it Simple

Desainer sering kali menambahkan animasi yang tidak diperlukan dan malah menjadi membuat user kesulitan. Cara untuk menerapkan prinsip ini adalah terus mengevaluasi setiap komponen dimana setiap komponen tersebut harus berdasarkan dengan kebutuhan.

“What is the minimum amount of UI that will allow the content to be found and effectively communicate to the user?” — Job Yablonski

Sebelum mendesain kita harus berpikir apa saja yang diperlukan agar informasi pada sebuah desain tersampaikan dengan baik kepada pengguna. UI harus memperkuat pesan konten, menghilangkan hambatan apa pun, dan tidak menghalangi konten.

2. Edit Ruthlessly

Cara lain untuk menerapkan prinsip Occam’s Razor adalah jangan takut untuk menghapus sebuah komponen. Kita harus selalu mengevaluasi setiap komponen, mengedit setiap komponen hingga menjadi paling sederhana bahkan membuangnya ketika memang tidak memberikan sebuah value.

Bagaimana cara kita mengetahui desain kita efektif?

Kita dapat menggunakan design critiques. Dengan design critiques kita bisa mendapatkan feedback sehingga dapat mengidentifikasi komponen yang tidak berarti dan perlu disederhanakan bahkan dihilangkan tanpa mempengaruhi fungsi dari yang lainnya.

Kesimpulan

Prinsip Occam’s Razor adalah sebuah metode pengambilan keputusan yang mengedepankan penjelasan yang lebih sederhana dan menghindari penjelasan yang kompleks. Meskipun asumsi atau pertanyaan akan selalu muncul tetapi dengan kesederhanaan dalam mendesain setidaknya kita dapat membuatnya lebih jelas dan mengurangi pertanyaan dari user. Kita harus menghindari desain yang kompleks dari awal dengan cara selalu mengevaluasi komponen dan menyederhanakannya sebanyak mungkin bahkan membuangnya tanpa mengurangi dari fungsinya.

Oke sekian. Semoga artikel ini bermanfaat. ^_^

Sumber

Designing with Occam’s Razor. How a classic problem-solving principle… | by Jon Yablonski | Medium

Occam’s Razor: A Great Principle for Designers | Webdesigner Depot

Is Occam’s Razor Valid? | Britannica

Apa itu Occam’s Razor? Utamakan Solusi Simpel daripada yang Rumit

--

--