Pelabelan Ramah Lingkungan pada Kendaraan Listrik, Apakah Benar?

Assalsabila
HIMIT PENS
Published in
2 min readMar 19, 2023

Kendaraan listrik saat ini sedang booming dikalangan masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Banyak masyarakat yang mulai beralih dari kendaraan berbasis BBM ke kendaraan listrik. Kendaraan listrik menggunakan baterai untuk menyimpan listrik sebagai energi atau biasa disebut KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbentuk Baterai). Tentunya dengan KBLBB maka tidak ada hasil pembakaran dari mesin kendaraan yang menghasilkan karbon monoksida, sehingga hal ini dapat mengurangi emisi. Namun, apa benar kendaraan listrik sangat ramah lingkungan?

Benarkah Kendaraan Listrik Ramah Bagi Lingkungan?

Kendaraan berbasis BBM menghasilkan emisi berupa gas CO2 dan CO yang tidak hanya buruk bagi lingkungan namun juga bagi kesehatan. Pemakaian kendaran listrik dapat mengurangi polusi udara. Diketahui bahwa satu mobil listrik dapat mengurangi pencemaran udara hingga 4.6 metrik gas rumah kaca. Tidak hanya itu BBM yang terus terusan digunakan jumlahnya akan terus berkurang dan habis. Namun, apakah kendaraan berbasis listrik sepenuhnya ramah bagi lingkungan?

Penggunaan Energi Listrik

Jika kita telaah lebih dalam, kita bisa membayangkan dimasa depan penggunaan kendaraan listrik akan meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan energi listrik. Kebutuhan listrik untuk mengisi baterai kendaran saja membutuhkan energy yang cukup besar, belum lagi pertumbuhan penduduk yang tidak dapat lepas dari energi listrik. Hal ini membuat manusia semakin bergantung dengan energi listrik.

Di Indonesia masih mengandalkan Pembakit Listrik Tenaga Uap dan belum menggunakan Energi Baru dan Terbarukan. PLTU menghasilkan emisi karbon tinggi, sehingga kendaraan listrik di Indonesia masih belum seramah itu bagi lingkungan. Meskipun begitu, penerapan kendaraan listrik tidak sepenuhnya buruk, dengan ini kita masih dapat mengurangi emisi yang disebabkan oleh kendaraan. Terlebih lagi cocok untuk wilayah Indonesia yang memiliki tingkat udara buruk.

Limbah Baterai

Masalah selanjutnya yang dapat terjadi dari pelonjakan KBLBB di masa depan adalah limbah baterai. Seperti yang diketahui di awal KBLBB menggunakan baterai untuk menyimpan energi. Baterai yang digunakan pun hanya singkat, yakni dapat digunakan sekitar sepuluh sampai dua belas tahun saja. Hal ini dapat menyebabkan timbunan limbah baterai bekas di masa mendatang. Tidak hanya itu, baterai pada KBLBB merupakan baterai lithium yang tergolong pada limbah beracun (B3). Limbah jenis ini mebutuhkan penanganan khusus sehingga tidak dapat dilakukan sembarangan. Hal ini menjadi tugas tambahan bagi pemerintah untuk memikirkan kembali dalam penanganan limbah baterai kendaraan listrik. Meskipun 95% baterai dapat didaur ulang namun masih berpotensi menghasilkan air limbah dan emisi.

Kesimpulan

Kendaraan listrik memang secara umum menguntungkan jika dibandingkan dengan kendaraan bermotor konvensional. Mulai dari emisi yang jauh lebih sedikit hingga harga yang semakin lebih murah. Namun, Perlu ada penyesuaian mengenai sumber energi yang digunakan, penanganan limbah, regulasi, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial. Jangan sampai hal yang dianggap ramah lingkungan malah menjadi bencana bagi kita dan tidak bekerja sebagaimana mestinya.

--

--