Beragam Cara Museum Mengumpulkan Artefak

Kunjungan ke ASEAN Museum

Kim Litelnoni
Hipotesa Media
2 min readOct 17, 2019

--

Artikel ini adalah transkrip video yang bisa ditonton di chanel Youtube “Hipotesa”

Ini adalah mahkota Koh I Noor yang bukan hanya sebuah artefak namun masih dipakai oleh Ratu Elizabeth di Inggris. Ini adalah patung Nefertiti yang menggambarkan Ratu Mesir. Akan tetapi, patung yang mensimbolkan kebesaran bangsa Mesir tersebut kini disimpan di.. Jerman. Dan mahkota ini? Berlian yang menjadi pusat perhatian ini pun ternyata berasal dari India.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dan yang lebih pentingya lagi. Bagaimanakah Museum mendapatkan koleksi benda2 kuno tersebut.

Berkat Hollywood, kita menganggap bahwa Museum mendapatkan barangnya dengan cara petualangan memburu harta karun. Mungkin ada benarnya juga, pada tahun 1907, Ludwig Borchardt seorang asal Jerman, memimpin Imperial German Institute for Egyptian Archeology untuk menggali di Kairo. Dan di tahun 1912–1913, beliau menemukan Artefak ini. Dan kini, pemerintahan mesir meminta German untuk mengembalikannya setelah berkali-kali di tolak.

Ada juga Museum yang mendapatkan barangnya dengan cara yang kurang baik. Pada tahun 1849, Kekaisaran Inggris semakin berambisi untuk menguasai Asia Selatan dan India. Seorang bernama, James Andrew Brou Ramsay kekaisaran Inggris menaklukan Punjab dan menjadikannyya wilayah Inggris, dari sinilah dia menemukan berlian Koh I Noor, yang kemudian ada di mahkota ratu Inggris sebagai upaya untuk memuliakan sang Ratu.

Apakah ini berarti semua yang kita lihat di Museum itu adalah hasil jarahan atau perburuan harta karun? Tidak juga, lalu bagaimana?

Untuk mencari informasi lebih dalam, tim Hipotesa mengunjungi eksibisi ASEAN Museum di Universitas Indonesia. Kami bertemu dengan bapak Kresno Yulianto, seorang pakar Museum di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

(klip wawancara)

Beberapa artefak asing juga dapat berada di tempat lain karena hasil interaksi di masa lalu, ini adalah piring keramik dari dinasti Yuan. salah satu dari berbagai artefak Tiongkok yang berada di Indonesia dan kini dipajang di dalam ASEAN MUSEUM.

(Klip wawancara)

Kini kita hidup di revolusi Industri 4.0. perubahan besar-besaran yang terjadi dalam peradaban manusia. Di masa depan, batas-batas antara dunia fisik dan maya, serta biologis dan buatan akan semakin menipis. Dan ketika dunia semakin berubah begitu juga kodrat dari Museum itu sendiri. Museum kini tidak hanya identik dengan benda2 kuno semata. Kini, berbagai museum yang unik pun mulai bermunculan seperti Museum macan, museum selfie dan museum… Telur?

(klip wawancara)

Memang, manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat memprediksi dan mengubah masa depannya. Manusia juga dikenal untuk mengenang masa lalu dengan mengabadikan benda2 kuno yang dapat mengingatkan kita terhadap kehidupan nenek moyang kita. Bahkan dengan mengetahui sejarah, kita dapat lebih mengenal diri kita sendiri dan mempelajari nilai-nilai yang masih berfungsi hingga sekarang.

Sumber:

Breger, C. (2005). Imperialist Fantasy and Displaced Memory: Twentieth-Century German Egyptologies. New German Critique, 96, 135–169.

Kelsey, E., Werr, P., Rohan, B., & Stamp, D. (2011). German foundation refuses to return Nefertiti bust. Retrieved from https://www.reuters.com/article/us-germany-egypt-nefertiti/german-foundation-refuses-to-return-nefertiti-bust-idUSTRE70 N6N220110124

Kinsey, D. (2009). Koh-i-Noor: Empire, Diamonds, and the Performance of British Material Culture. The Journal Of British Studies, 48(02), 391–419. doi: 10.1086/596104

Zahi Hawass calls on Germany to return Nefertiti bust to Egypt — Egypt Independent. (2018). Retrieved from https://ww.egyptindependent.com/zahi-hawass-calls-on-germany-to-return-nefertiti-bust-to-egypt/

--

--