Janji Jokowi

Visioner Atau Repetisi?

Kim Litelnoni
Hipotesa Media
6 min readNov 3, 2019

--

Artikel ini ditulis oleh Emily Tahar sebagai bagian dari edaran mingguan Hipotesa

Joko Widodo (Jokowi) bersama dengan Maruf Amin telah dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2019–2024 dalam sidang Paripurna MPR RI yang digelar pada hari Minggu, 20 Oktober 2019. Presiden Jokowi meyelesaikan pidatonya dalam 16 menit, tidak seperti pidato di masa jabatan pertamanya pada periode 2014–2019 yang hanya mencapai 10 menit. Dalam pidatonya kemarin, Presiden Jokowi membuat 5 janji yang akan dilakukannya di masa jabatannya yang kedua ini.

  1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang pekerja keras, dinamis, terampil, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama dengan Indonesia.
  2. kelanjutan pembangunan infrastruktur yang akan menghubungkan kawasan produksi dengan distribusi, akses ke wisata, serta membuka lapangan pekerjaan baru dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian rakyat.
  3. kendala regulasi harus di sederhanakan, potong, dan pangkas seperti dengan dibuatnya dua UU baru UU cipta lapangan kerja, dan UU pemberdayaan umkm yang dapat merevisi beberapa UU sekaligus.
  4. harus ada penyederhanaan birokrasi, yang membuat investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan.
  5. Transformasi ekonomi dari ketergantungan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern.

Semua janji-janji ini adalah untuk merealisasikan mimpi Presiden Jokowi yakni

“tahun 2045, pada satu abad Indonesia merdeka, mestinya, Insya Allah, Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan, menurut hitung-hitungan, Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan”.

-Presiden Joko Widodo

Selain menjadi negara maju dalam segi pendapatan, Presiden Jokowi juga menyampaikan mimpinya untuk di tahun 2045, “Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai US$ 7 triliun. Dan Indonesia sudah masuk ke 5 besar ekonomi dunia, dengan kemiskinan mendekati nol persen”. Dengan janji-janji ini, Presiden Jokowi telah menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang lebih visioner. Pada periode 2014–2019, Presiden Jokowi dilihat sebagai Presiden yang kurang visioner dan lebih sebagai “pelaku teknokratis” karena terlalu fokus pada masalah ekonomi dan hak sosial dibandingkan kebebasan demokratis (the guardian). Karakteristik pemimpin pelaku teknokratis bisa dilihat dari faktor kesuksesan Presiden Jokowi pada periode pertamanya.

Pada 4 tahun terakhir, Presiden Jokowi mulai menggerakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan dengan membangun ribuan kilometer jalan, hampir selusin bandara dan berbagai pelabuhan, bendungan dan jembatan lainnya (the guardian). Dalam hal ekonomi dan keberlangsungan hidup masyarakat, Presiden Jokowi dan kebijakannya berhasil menjaga lalu inflasi menjadi 3–4% dari 8,4% di 2014, membuat dwelling time pelabuhan menjadi 3–4 hari dari sebelumnya 6–7 hari, membuat rasio elektrifikasi 98,83% dari 81,5% di 2014, menambah konsumsi listrik per kapita, 1200kWh dari 843 kWh, dan meningkatkan rata-rata lama sekolah dari 8,1 tahun jadi 8,8 tahun (katadata).

Presiden Jokowi juga diapresiasai dalam mengatasi Penangkapan Ikan Ilegal. “Nature Ecology & Evolution, melaporkan dan merangkum dampaknya dari kebijakannya yaitu antara 2014–2017, telah terjadi penurunan lebih dari 80% pada kapal asing yang mencari ikan di perairan Indonesia dan ada bukti bahwa nelayan Indonesia melihat tangkapan yang lebih tinggi. dan penghasilan yang lebih besar” (Devex).

Presiden Jokowi juga meningkatkan penerbitan sertifikat tanah, hingga memberikan masa kerja yang sah kepada pemilik tanah di seluruh negeri (devex). Pada akhir 2018, diperkirakan sekitar 9 juta sertifikat telah dikeluarkan untuk program kehutanan sosial (devex). Salah satu faktor kesuksesan yang diapresiasi dan menamakannya ‘Obamanya Indonesia’, adalah mengenai kebijakan kesehatan yang dia berikan. “Indonesia sekarang memiliki sistem asuransi perawatan kesehatan nasional pembayar tunggal terbesar di dunia” (devex). Jaminan Kesehatan Nasional yang dibuat oleh Presiden Jokowi bahkan mencakup lebih dari “75% populasi dan berada pada target untuk mencapai tujuan cakupan universal akhir tahun ini” (Devex).

Faktor kesuksesan kepemimpinan Presiden Jokowi sungguh membuahkan hasil yang baik dengan terpilihnya kembali menjadi Presiden pada periode 2019–2024.

Namun, dari berbagai janji yang dibuat oleh Presiden Jokowi, masih ada beberapa janji yang belum dipenuhi. Dalam masalah Hak Asasi Manusia (HAM), Presiden Jokowi belum mampu menangani masalah HAM di Papua Barat, Timor Leste, atau pembunuhan di luar proses hukum (extrajudicial killings) (Devex). Kedua, adalah masalah reformasi kehutanan dan kelapa sawit. Pada masa periode pertama Presiden Jokowi, Indonesia mengalami kebakaran yang meluas, yang membakar sekitar 2,6 juta hektar hutan tropis dan lahan gambut yang membuat Indonesia sebagai emisi gas rumah kaca top dunia (devex). OneMap, peta publik dari “semua konsesi hutan dan kepemilikan tanah di seluruh negeri” yang dijanjikan Jokowi selesai pada tahun 2018 juga belum selesai (devex). Masalah ketiga adalah korupsi yang kerap terjadi. Walaupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berhasil untuk bekerja dengan baik di tingkat nasional, belum ada badan pemberantasan korupsi yang dibuat untuk mencegah korupsi di tingkat daerah (devex). Di masalah Ekonomi, pertumbuhan ekonomi dari target 8%, hanya mampu 5% lebih, tingkat kemiskinan dengan target 7–8% realisasinya masih di 9,4%, tingkat ketimpangan masih 0,382 dari target 0.360, indeks pembangunan manusia hanya 71, 4 poin dari target 76,3 poin, dan jumlah wisata asing dengan target 20 juta orang hanya 17–18 juta orang secara realita (katadata).

Di masa periode yang baru ini, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Presiden Jokowi dalam merealisasikan janji-janjinya. Pertama-tama, adalah ekonomi yang melambat. Kelanjutan infrastruktur yang dijanjikan oleh Presiden Jokowi dapat menjadi tantangan karena Indonesia kesulitan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun belakangan ini dengan hanya mencapai 5% walaupun infrastruktur sudah lebih baik (straits). Resesi global yang terjadi juga membuat taruhannya tinggi mengingat pertumbuhan ekonomi 2019 diperkirakan akan melambat untuk pertama kalinya dalam empat tahun (straits). Tantangan yang kedua adalah masalah korupsi. Masalah mengenai Revisi Undang-Undang hukum pidana (RUU RKUHP) yang dapat mengancam kinerja KPK harus diprihatinkan karena korupsi dapat merusak efisiensi dan menghambat investasi (straits). Edukasi juga menjadi tantangan yang lebih khususnya pemerataan edukasi di seluruh daerah. Mengingat bahwa setengah populasi Indonesia adalah populasi produktif, dan edukasi Indonesia masih di tingkat bawah secara internasional, hal ini dapat memperlambat pembangungan SDM yang efektif (straits).

Dari berbagai tantangan, Presiden Jokowi terlihat lebih tegas dan visioner dalam periode keduanya. Di dalam pidatonya, Presiden Jokowi memberikan action plan untuk merealisasikan janji-janjinya. Pertama, semua harus kerja keras, kerja cepat, dan produktif. Presiden Jokowi berkata bahwa

“kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton. Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya”.

Dalam kabinet yang baru, Presiden Jokowi juga menunjukkan keseriusannya dengan menyatakan bahwa menteri yang tidak serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan akan pasti dicopot.

Pada akhir dari pidato Presiden Jokowi pada tahun 2014, beliau berkata sebagai penutup:

“sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal RI dan berlayar bersama menuju Indonesia raya. Kita akan mengembangkan layar yang kuat”.

Hal ini merupakan ajakan untuk bersatu, untuk bergerak bersama-sama dan memulai suatu perjalanan yang baru dengan tantangan baru. Pada akhir pidatonya kemarin, Presiden Jokowi melanjutkannya dengan berkata:

“Pura babbara’ sompekku…Pura tangkisi’ golikku”.

Yang berarti “Layarku sudah terkembang…Kemudiku sudah terpasang”. Hal ini semoga menjadi metafora bahwa semua sudah siap untuk berkembang, sekarang kita maju dengan kecepatan penuh.

Editor: Kim Egberth Litelnoni

Sumber:

Coca, Nithin. (2019). “Has Indonesia’s Joko Widodo kept his development promises?” Devex. Retrieved from https://www.devex.com/news/has-indonesia-s-joko-widodo-kept-his-development-promises-94659

Lamb, Kate. (2019). “Joko Widodo: how Indonesia’s Obama failed to live up to the hype”. The Guardian. Retrieved from https://www.theguardian.com/world/2019/apr/04/joko-widodo-how-indonesias-obama-failed-to-live-up-to-the-hype

Pusparisa, Yosepha. (2019). “ Nilai Rapor Pemerintahan Jokowi Periode I”. Katadata. Retrieved from https://katadata.co.id/infografik/2019/10/14/nilai-rapor-pemerintahan-jokowi-periode-i

Straitstimes. (2019). “Policy challenges for Indonesia’s Jokowi in second term as president”. Straitstimes. Retrieved from https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/policy-challenges-for-indonesias-joko-widodo-in-second-term

“Full Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo”. CNN Indonesia. https://www.youtube.com/watch?v=yDdQ9pEfcnw

“Special Report: Pidato Pertama Presiden Jokowi”. Berita Satu.

https://www.youtube.com/watch?v=XpVhf80mb9M

--

--