Forum Media Sosial & Cyber-balkanization

Balya Sulistiyono
HMIF ITB Tech
Published in
7 min readMay 8, 2019
Egrets fighting, pretty much like how people are in social media forum

Fitur Forum Media Sosial

Teknologi informasi sekarang berkembang pesat sejak internet hadir dalam kehidupan manusia. Dengan adanya internet, banyak sekali hal yang tadinya tidak mungkin atau sulit dilakukan, bisa dilakukan dengan sangat mudah dan cepat. Kehebatan internet ini kemudian menjadi pendorong bagi penemu-penemu era baru memunculkan layanan-layanan baru yang mempermudah banyak sekali orang, seperti marketplace dan e-commerce yang memungkinkan masyarakat bisa berbelanja dengan mudah dengan penjual-penjual di manapun di dunia, layanan ride-hailing yang memungkinkan masyarakat bisa saling berkokreasi dalam bidang transportasi, sampai layanan media sosial yang memungkinkan masyarakat terhubung dan berteman dengan siapa pun di dunia.

Salah satu layanan berbasis internet yang sudah sangat integral pada kehidupan kita adalah media sosial. Setiap orang memiliki rata-rata 8,5 akun media sosial. Selain itu, jumlah waktu yang seseorang habiskan di media sosial pun cukup besar, mencapai 2 jam 22 menit setiap harinya [1]. Aktivitas yang dilakukan pada media sosial pun begitu beragam, mulai dari mengunggah foto, berkomunikasi dengan teman lama, menulis blog mikro, sampai berdebat tentang politik. Aktivitas-aktivitas tersebut tentunya bergantung kepada fitur-fitur yang tersedia pada suatu media sosial.

Salah satu fitur menarik yang bisa dimanfaatkan dari media sosial adalah fitur grup atau forum. Fitur ini tersedia di banyak sekali media sosial, seperti Facebook dan Line. Bahkan, ada beberapa media sosial yang hanya berbasiskan forum-forum, seperti Reddit, 4chan, dan Kaskus. Forum-forum ini menyediakan tempat aman bagi orang-orang dengan kesamaan pada hal-hal tertentu. “Hal-hal tertentu” ini pun sangat beragam, mulai kegiatan atau hobi tertentu (seperti jual-beli, berkebun, memasak dan kuliner, bahkan memelihara lebah), orang atau kelompok orang tertentu (seperti musisi, aktor/aktris, atau figur politik), sampai afiliasi-afiliasi lain (seperti identitas politik, budaya, agama, atau bahkan institusi tertentu).

Karakteristik forum yang spesifik ini memungkinkan anggota forum dapat belajar lebih dalam mengenai suatu topik. Hal ini disebabkan oleh keberagaman pengalaman dan kedalaman pemahaman anggota-anggota forum mengenai suatu topik. Interaksi-interaksi yang terjadi pada forum tersebut kemudian memungkinkan pengajaran silang di dalam forum. Tentunya, hal ini merupakan salah satu dampak positif yang mungkin muncul pada pemakaian fitur forum pada media sosial.

Sementara itu, fitur forum juga bisa berdampak negatif bagi anggotanya ketika berinteraksi dengan anggota forum lain, apalagi ketika suatu forum tersebut memiliki pendapat berbeda, karena dapat memunculkan konflik. Hal ini disebabkan oleh sebuah bias persepsi. Bias ini muncul dalam kecenderungan seseorang untuk memfavoritkan anggota grupnya sendiri dan mendiskriminasikan anggota grup lain (out group), terutama apabila out group dipersepsi lebih homogen [1].

Cyber-balkanization

Cyber-balkanization atau balkanisasi siber adalah fenomena yang muncul setelah fitur forum pada media sosial mulai dipakai banyak orang. Kata cyber-balkanization terdiri atas cyber dan balkanization. Imbuhan cyber mengimplikasikan kalau fenomena ini terjadi di Internet. Sementara itu, kata balkanization atau balkanisasi sendiri dalam istilah geopolitik berarti pemecahan suatu negara multinasional menjadi negara-negara yang lebih kecil dan homogen secara etnis [3]. Dengan demikian, cyber-balkanization dapat diartikan sebagai terpecahnya masyarakat dunia menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan homogen dan hal ini terjadi di Internet.

Van Alstyne dan Byrnjolfsson menawarkan sebuah model yang mampu menjelaskan afiliasi yang terjadi pada balkanisasi. Sebelumnya, Van Alstyne dan Byrnjolffson mengartikan balkanisasi sebagai tingkat suatu sumber daya informasi ada sebagai pulau-pulau yang tidak terhubung satu sama lain dalam suatu populasi. Adapun, proposisi-proposisi yang Van Alstyne dan Brynjolffson berikan, antara lain sebagai berikut.

  • Proposisi 1: Tanpa batasan bounded rationality (himpunan pengguna Internet yang bisa diajak berinteraksi secara bermakna), akses global (seperti Internet) meminimalkan balkanization.
  • Proposisi 2: Komunitas virtual meningkatkan balkanisasi relatif terhadap komunitas geografis diberikan suatu bounded rationality (jumlah kanal informasi yang lebih kecil daripada jumlah kategori informasi) dan sebuah preferensi untuk tipe informasi sejenis.
  • Proposisi 3: Di bawah akses global, mengendurkan batasan bounded rationality tidak mengurangi afiliasi balkanisasi (fragmentasi keanggotaan suatu grup) kecuali agen (pengguna internet) mencari informasi di luar area topik aslinya.
  • Proposisi 4: Preferensi meningkatkan balkanisasi. Apabila seorang agen menyukai asosiasi dengan satu jenis pengetahuan saja dibandingkan dengan sampel rata-rata dari populasi lokal, balkanisasi meningkat. Preferensi yang lebih kuat kemudian membuat balkanisasi semakin besar juga.
  • Proposisi 5: Diferensiasi kualitas di komunitas virtual menyebabkan stratifikasi (pemula bergabung hanya dengan pemula, mahir bergabung hanya dengan yang mahir) [4].

Berdasarkan kelima proposisi di atas beberapa hal dapat disimpulkan. Simpulan pertama adalah balkanisasi terjadi apabila seseorang mendapatkan akses global untuk mencari orang-orang dengan kesamaan tertentu karena suatu preferensi dan dibatasi oleh bounded rationality. Apabila bounded rationality ini tidak ada, akses global justru menyebabkan diversitas. Simpulan kedua adalah tanpa akses global, seseorang akan berinteraksi dengan orang-orang yang secara geografis bisa mereka jangkau, meskipun orang-orang yang dekat ini relatif lebih beragam.

Cyber-balkanization ini bisa saja berdampak positif bagi manusia. Balkanisasi bisa menyebabkan pembuatan kelompok menjadi lebih efisien dan stabil. Terdapat beberapa bukti yang menyatakan kalau keseragaman dapat menyebabkan pekerjaan lebih efisien. Konflik intragrup pun mungkin saja relatif jarang karena pada dasarnya, anggotanya saling setuju satu sama lain.

Meskipun memiliki dampak positif, cyber-balkanization juga memiliki dampak negatif pada lingkungan masyarakat secara umum karena overspesialisasi. Van Alstyne dan Byrnjolffson menyebutkan sebuah contoh tentang hasil kerja sama antardua disiplin ilmu yang sangat penting, yaitu dalam penurunan persamaan The Black-Scholes, sebuah persamaan untuk options pricing. Persamaan ini diturunkan dari persamaan fisika yang menjelaskan transfer panas. Dengan lingkungan yang sangat spesifik dan saling terisolasi pada fenomena cyber-balkanization, hal ini mungkin saja tidak terjadi karena ketiadaan interaksi antara komunitas fisika dan ekonomi yang sangat berbeda.

Selain itu, dampak negatif yang muncul dari cyber-balkanization yang sudah kita bisa amati sehari-hari pada interaksi manusia. Dampak-dampak tersebut antara lain antara lain fenomena selective exposure, munculnya mekanisme mutual ignoring, dan semakin menguatnya polarisasi opini yang terjadi.

Selective Exposure

Selective exposure adalah fenomena ketika seseorang memilih-milih informasi yang memperkuat kepercayaan awalnya. Selective exposure terkadang disebut juga confirmation bias. Fenomena selective exposure ini semakin sering terjadi. Peran internet yang seharusnya menjadi sumber suara dan perspektif baru berubah menjadi ruang gema untuk pengguna-penggunanya.

Beberapa penelitian sudah dilakukan terkait dengan selective exposure dan cyber-balkanization ini, salah satunya yang dilakukan oleh Gross pada 2015. Gross melakukan penelitian untuk mencari tahu baik liberal maupun konservatif yang tergabung dalam suatu forum politik daring akan memiliki kecenderungan untuk memilih situs berita tertentu dan menunjukkan perilaku selective exposure. Gross melakukan penelitian dengan sampel yang bersumber dari anggota-anggota grup berorientasi politik di Facebook. Selanjutnya, Pada penelitian ini, Gross menemukan bahwa baik liberal maupun konservatif memilih-milih situs tempat mereka mengonfirmasi suatu berita. Liberal cenderung memilih The New York Times sementara konservatif cenderung memilih Fox News ketika mereka memilih situs berita tersebut [5].

Mutual Ignoring

Mutual ignoring adalah proses dua agen yang saling berteman satu sama lain mengabaikan satu atau lebih agen lain [6]. Kejadian ini dapat dilihat pada Gambar 1 Pemodelan Mutual Ignoring. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk menggambarkan kelompok tertentu yang mengisolasi diri mereka sendiri.

Gambar 1 Pemodelan Mutual Ignoring.

Penelitian untuk menunjukkan mekanisme ini pada lingkungan terpengaruh ­cyber-balkanization sudah pernah dilakukan oleh Chan dan Fu pada 2018. Chan dan Fu mengumpulkan jaringan share pada 2983 halaman Facebook terkait dengan kejadian politik di Hong Kong. Berdasarkan penelitian tersebut, ditemukan bahwa komunitas halaman-halaman tersebut hanya mengikuti halaman-halaman lain dengan kesamaan ideologi politik. Selain itu, temuan lain pada penelitian ini antara lain konfigurasi pada Gambar 1 merupakan konfigurasi paling sering peringkat ketiga.

Polarisasi Opini

Polarisasi opini adalah kejadian yang merujuk kepada tingkat suatu opini pada suatu isu saling berlawanan satu sama lain sampai ke suatu batas maksimum. Sementara itu, polarisasi ini sendiri diartikan sebagai meningkatnya perbedaan opini ini seiring berjalannya waktu [7].

Penelitian mengenai korelasi antara cyber-balkanization dan polarisasi opini sudah dilakukan oleh Chan dan Fu pada 2017. Chan dan Fu berhipotesis bahwa ada korelasi positif antara cyber-balkanization dan polarisasi opini. Adapun, metode yang dipakai Chan dan Fu untuk melihat korelasi ini dengan melihat jaringan share suatu halaman Facebook pada suatu hari dan opini dukungan mereka terhadap pemimpin Kota Hong Kong pada gelombang-gelombang tertentu. Dengan menggunakan Cross Correlational Function (CCF), dapat ditunjukkan bahwa hipotesis tersebut didukung [8].

Simpulan

Simpulan yang bisa diperoleh dari esai ini adalah seiring berkembangnya media sosial dan penggunaan fitur forum pada media sosial, ternyata muncul tantangan baru pada kehidupan bermasyarakat. Tantangan tersebut hadir pada bentuk cyber-balkanization. ­Cyber-balkanization ini bisa saja memiliki berbagai dampak. Adapun, dampak negatif yang bisa muncul dari fenomena ini adalah meningkatnya fenomena selective exposure, munculnya mekanisme mutual ignoring, dan semakin menguatnya polarisasi opini yang terjadi. Hal ini bisa berpengaruh buruk karena dapat memecah belah masyarakat luas.

Referensi

[1] GlobalWebIndex, “Social,” GlobalWebIndex, 2018.

[2] J. D. DeLamater dan D. J. Myers, Social Psychology, 7th Edition, Belmont: Cengage Learning, 2010.

[3] R. W. Pringle, “Balkanization,” Britannica.com, 29 April 2004. [Online]. Available: https://www.britannica.com/topic/Balkanization. [Diakses 8 Mei 2019].

[4] M. Van Alstyne dan E. Brynjolfsson, “Electronic Communities: Global Villages or Cyberbalkanization? (Best Theme Paper),” dalam International Conference on Information System (ICIS), Cleveland, 1996.

[5] B. Gross, “What Makes Someone a Cyber Balkan? Finding the Linkages Between Social Psychology and Self-Selectivity in US Politics Online,” Atlantic Journal of Communication, vol. 23, no. 4, pp. 225–236, 2015.

[6] C.-h. Chan dan K.-w. Fu, “The “mutual ignoring” mechanism of cyberbalkanization: triangulating observational data analysis and agent-based modeling,” Journal of Information Technology & Politics, vol. 15, no. 4, pp. 378–387, 2018.

[7] P. DiMaggio, J. Evans dan B. Bryson, “Have American’s Social Attitudes Become More Polarized?,” American Journal of Sociology, vol. 102, no. 3, pp. 690–755, 1996.

[8] C.-h. Chan dan K.-w. Fu, “The Relationship between Cyberbalkanization and Opinion Polarization: Time-Series Analysis on Facebook Pages and Opinion Polls during the Hong Kong Occupy Movement and the Associated Debate on Political Reform,” Journal of Computer-Mediated Communication, vol. 22, no. 5, p. 266–283, 2017.

--

--