Jamkrindo Hackathon: A Product Manager’s Perspective

Cornelius Yan Mintareja
HMIF ITB Tech
Published in
8 min readJul 20, 2019

Product manager merupakan salah satu role yang sedang hype di saat ini. Namun demikian, pada IF & STI ITB atau bahkan program studi dari jurusan lain pun, masih sangat kurang pengenalannya. Perusahaan yang membuka PM intern pun sangat jarang. Jika begitu, apakah yang dapat seorang mahasiswa lakukan untuk belajar mencoba menjadi seorang PM? Jawabanya ialah mengikuti lomba membuat produk, termasuk Hackathon.

Pada post kali ini, aku ingin ceritain suatu kisah pengalaman Hackathon lainnya bersama teman-teman tim Jepret (Cornel, Gabriel, Feby, Didit, Christzen). Berbeda dengan post-post hasil lomba Hackathon sebelumnya yang para penulisnya merupakan Engineer & Developer hebat, aku ingin mencoba berbagi dari sudut pandang seorang Product Manager (intern). PS: kemungkinan besar, konsep yang akan dibagikan bisa berguna untuk lomba jenis Idea Challenge & Apps Innovation juga kok!

Pendahuluan

Jahackathon (Jamkrindo Hackathon Challenge 2019), merupakan salah satu acara hackathon yang “unik”, dari Perum Jamkrindo (BUMN Jaminan Kredit Indonesia). Disebut unik karena hadiahnya yang cukup terasa, Hackathon berlangsung selama 48 jam, dan ide awal topik sudah ditentukan cukup jelas oleh pihak penyelenggara, sehingga Hackathon terkesan bertujuan membantu membuatkan aplikasi untuk menyelesaikan masalah internal mereka saja. Meskipun unik sekaligus aneh (banyak teman IF 16 yang menyebut aneh juga), aku tetap ingin mencoba, sehingga aku mulai mengajak teman-teman (yang pada akhirnya menjadi anggota tim Jepret) untuk mengikutinnya.

Poster lomba Jahackathon — Total Hadiah RP 200 Juta!

Membuat Proposal — Tahap terpenting seorang PM

Dalam lomba yang perlu mengajukan suatu ide atau proposal untuk tahap seleksi (Apps Innovation, Idea challenge, Hackathon, dll.), seorang PM lah yang menurutku paling bertanggung jawab. Bagaimana tidak, biasanya saat Hackathon / pembuatan aplikasi, PM lah yang di-carry oleh developer, jadi inilah saatnya PM membuat proposal. Menjadi yang paling bertanggung jawab bukan berarti menjadi merasa asik yang idenya paling benar dan harus diikuti, atau merasa jadi satu satunya yang harus membuat proposal sendirian. Sebaliknya, seorang PM harus membuat setiap anggota tim nya mengeluarkan ide nya masing-masing, mengajak diskusi, dan menemani sambil mengatur tim nya untuk memutuskan keputusan tim secara bersama-sama. Semua orang pasti bisa memberikan ide, bahkan anak SMP sekalipun, apalagi seorang mahasiswa. Ya mungkin jika untuk membuat proposal, masih boleh dikerjakan oleh PM saja agar biarkan anggota lain mengerjakan hal lebih teknis, namun tentunya apa yang ditulis di proposal olehnya merupakan hasil keputusan bersama. Jangan pernah membiarkan seseorang saja yang membuat suatu ide atau menjadi anggota yang tidak berkontribusi dalam pembuatan ide dalam suatu lomba (terutama untuk para developer, jangan pernah bilang sekitar “Ide nya bebas deh terserah lu aja, kan lu PM nya, gw tinggal buatin aja”. Fakta unik, menurut buku Inspired: How to Create Tech Products Customers Love oleh Marty Cagan (buku awal yang wajib dibaca oleh seorang PM, bahkan engineer sekalipun), dalam dunia nyata, ide-ide besar muncul paling banyak berasal dari seorang Engineer. PM hanyalah seorang fasilitator.

Dalam lomba Jahackathon juga terdapat tahap pengumpulan proposal untuk seleksi. Uniknya dalam hackathon ini, ketiga topik yang ditentukan sudah terlihat sangat spesifik, yaitu menyelesaikan salah satu permasalahan internal Jamkrindo sendiri. Pada awalnya, kelompok kami pun tentu kebingungan untuk menentukan solusi yang ditawarkan bahkan permasalahan yang ingin dipecahkan, meskipun sudah berkumpul bersama di suatu tempat (jangan pernah mencari ide kelompok hanya lewat chat). Namun demikian, hal yang membuat kami berbeda dengan kelompok lain yaitu kami sangat berusaha terus menerus mencari ide dasar yang memiliki nilai sangat unik dan menarik. Kami tak segan-segan untuk mengatakan tidak pada ide teman yang biasa saja. Suatu ide bisa dikatan unik dan menarik jika seluruh anggota kelompok secara tiba-tiba menjadi riang gembira ketika mendengarnya. Hype!

Dengan mendengar ide awal saja, sudah bisa diketahui apakah jika kita mengeksekusinya dengan baik akan menang atau tidak.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh sebuah kelompok pada tahap pencarian ide yaitu kurang meluangkan waktu untuk mendapatkan suatu ide dasar produk yang kuat dan kemudian banyak menambahkan fitur-fitur kelebihan kecil pada ide tersebut. Padahal, ini adalah tahap paling penting karena jika sebuah ide dasar produk tidak kuat, maka sebesar apapun usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan ide tersebut, produk yang dihasilkan tetap tidak akan bisa kuat.

Dengan menghindari kesalahan tersebut, akhirnya proposal kami bisa memperoleh peringkat 1.

Hore proposal Jepret masuk final!

Tahap Hackathon

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Jahackathon ini memiliki salah satu keunikan berupa berlangsung selama 48 jam. Dalam 48 jam tersebut, tidak seluruhnya digunakan untuk proses development produk. Terdapat kegiatan-kegiatan lain ditengah waktu seperti sesi pemberian materi umum, sesi pemberian materi Jamkrindo, sesi pengumpulan informasi dari karyawan Jamkrindo, serta sesi testing oleh user.

Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya menjadi kegiatan yang perlu dimanfaatkan oleh seorang PM. Selama 1.5 hari, aku dan Feby terus menerus melakukan wawancara terhadap para narasumber dari Jamkrindo setiap kali memiliki kesempatan. Untuk setiap kali kami memiliki ketidakpastian dan kebingungan, maka kami akan bertanya kepada mereka meskipun jawaban dari mereka seringkali membuat kami harus segera mengubah fitur dan pekerjaan yang telah dibuat, betapa yakinpun kami sebelum nya. Pada tahap hackathon ini, seorang PM lah yang harus memastikan apa yang developer buat merupakan produk yang benar. Jika pada akhirnya produk selesai namun tidak memuaskan juri (tidak menang), maka kita sebagai PM lah yang bersalah.

Selain memastikan ketepatan produk yang dibuat, kami pun perlu melakukan tugas klasik utama seorang PM lainnya pada saat Hackathon — Pitching. Tidak akan ada Hackathon yang tidak memiliki tahap pitching atau presentasi, begitu pula dengan Jahackathon. Di malam terakhir, ketika para developer sedang begadang menyelesaikan aplikasi, kami para PM pun tentunya harus tau diri dan tetap berusaha membantu tim, dengan cara mempersiapkan pitching esok harinya secara maksimal. Baik itu membuat ppt, maupun latihan menyampaikannya. Sebaik apapun produk yang dibuat, bahkan jika dibuat dengan menggunakan AI Machine Learning Big Data NLP Blockchain lalala sekalipun, jika tidak bisa disampaikan kepada para juri dengan baik dan menarik, maka produk tersebut pun tentu tidak akan menang. Sayangnya, kami melihat bahwa masih banyak mahasiswa IF yang belum dapat melakukan pitching dengan baik. Jika di tim kalian tidak ada seorang hustler yang hebat karena alasan kekurangan orang untuk menjadi developer, tetap luangkan waktu yang banyak untuk berlatih pitching.

“Feb, nanti kalo lagi diem di depan, tangannya ditutup di depan perut dan kakinya ke arah jam 10 & 11 ya” — Pesan sebelum pitching di depan para juri yang merupakan orang-orang penting

Sekilas tentang Jepret beserta Latar Belakang Masalahnya

Jamkrindo adalah perusahaan umum jaminan kredit indonesia yang memiliki jumlah customer sangat besar. Hingga sekarang, telah tercatat dalam database Jamkrindo sebanyak 60 juta penjaminan UMKM. Dari tahun 2018 sendiri, terdapat penjaminan baru yang berjumlah hingga 8 juta. Semakin banyak penjaminan baru yang masuk ke Jamkrindo, maka semakin banyak juga proses pendataan yang diperlukan, baik sebagai penentu keputusan maupun verifikasi dan validasi.

Sayangnya jamkrindo masih menggunakan cara konvensional untuk mengumpulkan data UMKM yaitu dengan menggunakan tenaga outsource untuk melakukan verifikasi. Saat ini setiap data umkm yang didapatkan oleh outsource dihargai 50 ribu per data. Bayangkan saja jika ada 60 juta umkm, maka total biaya yang dikeluarkan adalah 3 triliun. Sangat besar bukan? Belum lagi usaha umkm seringkali berubah-ubah baik dari lokasi maupun jenis usahanya, sehingga perlu usaha untuk melakukan update data lagi. Dan tragisnya, menurut narasumber dari Jamkrindo sendiri, data yang dikumpulkan tersebut masih belum bisa digunakan karena tidak lengkap dan tervalidasi.

Untuk itu, tim kami memperkenalkan Jepret. Jepret merupakan aplikasi pelengkap dan pembaharu data UMKM di Indonesia yang beroperasi dengan cara mengajak masyarakat untuk melakukan peninjauan (review) dan pendokumentasian UMKM-UMKM yang ada di sekitarnya. Jepret hadir sebagai solusi yang memberdayakan masyarakat indonesia dan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pemenuhan data UMKM.

Jepret — Enabling everyone to verify

Masyarakat umum dapat menggunakan Jepret untuk membantu pembaharuan informasi lokasi dan bidang usaha UMKM terdaftar dengan menggunakan smartphone. Setelah menginstall aplikasi Jepret dan mendaftar sebagai pengguna, pengguna dapat mengakses daftar UMKM yang dapat diverifikasi. Daftar ini akan ditampilkan sesuai lokasi pengguna sehingga UMKM yang muncul di daftar adalah UMKM yang berada dekat dengan lokasi pengguna. Verifikasi kesesuaian lokasi dan jenis usaha UMKM dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan sederhana dan memotret lokasi usaha UMKM. Foto lokasi usaha akan digunakan untuk dokumentasi dan memvalidasi data yang diterima. Insentif akan diberikan kepada pengguna setiap melakukan verifikasi sehingga mendorong pengguna untuk terus melakukan verifikasi. Dengan memanfaatkan masyarakat umum, UMKM tidak perlu melakukan pembaharuan data secara manual ke Jamkrindo dan data yang diperoleh akan lebih up to date.

Keywords (i.e. buzzword): AI, NLP, Image Recognition, Data Analytics, Crowdsourcing

Hasil

Setelah semua juri berdeliberasi dan melakukan rekapitulasi nilai, puji syukur Jepret berhasil meraih juara 1.

Akhirnya juara 1!

Key Learning

  1. Quote favoritku untuk seorang PM : “With great responsibility comes no power”. Semua orang bisa presentasi dan bikin proposal; bahkan anak SMP juga bisa, apalagi para developer sendiri. Tapi Tenang, meski semua bisa, ga semua bisa melakukanya dengan baik kok. Makanya, sebagai seorang PM, berusaha sebaik mungkin (dalam hal pencarian ide, pembuatan proposal, validasi masalah dan produk, serta pitching) supaya ga dianggap gabut & beban bagi developer.
  2. Kenali ke-jago-an teman-teman di angkatan kalian. Terutama untuk para mahasiswa STI, kenali kolega-kolega IF kalian. Kalau kalian merasa seperti aku, anak IF yang belum dan gapernah bisa jadi jago, setidaknya berusaha ajak teman-teman jagoan lainnya, lalu berjanji akan niat & berusaha semaksimal mungkin. Niat memang diperlukan banget buat menangi lomba, sayangnya Jago lebih diperlukan lagi. Tapi tenang, aku yakin anak IF & STI ITB pasti bisa jadi jago asalkan ada niat yang luar biasa kok.
  3. Kenali adik-adik tingkat (bahkan kakak-kakak tingkat) jago lainya. Anggota tim kami saja 2 orang angkatan 16 dan 3 orang angkatan 17 yang belum pernah ikut lomba Hackathon. Masih cukup jarang terlihat sebuah tim yang lintas angkatan di HMIF. Aku pribadi dari tim-tim lomba sebelumnya pun hampir selalu memiliki anggota adik tingkat. Banyak sekali adik tingkat berpotensi yang jauh lebih jago dari aku, dan dengan suka hati ingin diajak lomba.
  4. “Keep calm, because no such issue is as big as you think about” — kata Product Manager tim aku saat di Tokopedia. Kalau diubah jadi konteks lomba: tenang saja, semua lomba di Indonesia pasti bisa diikuti dengan baik hingga dimenangi, asalkan berusaha maksimal dan tidak pernah menyerah selama ber-semester-semester kok. Apalagi kalau sebagai mahasiswa IF & STI ITB.

Semoga post ini bisa bermanfaat bagi teman-teman sekalian dalam hal apapun. Meskipun sebenarnya aku belum jadi seorang PM asli apalagi hebat & berpengalaman, tapi kalau ada pertanyaan lebih lanjut atau hal yang bisa aku bantu, dengan senang hati sekali silahkan kontak aku ya!

--

--