Yang Harus Orang Non-IT Ketahui Tentang Coding Bootcamp Life

Impact Byte
Impact Byte
Published in
4 min readApr 30, 2019

Coding bootcamp merupakan salah satu jenis pendidikan nonformal atau jalur pendidikan di luar formal yang berjenjang dan terstruktur. Pendidikan nonformal bertujuan untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal. Karena itu, khususnya coding bootcamp, bisa dan biasanya diikuti oleh orang yang belum pernah melakukan atau belajar koding sebelumnya.

Lembaga-lembaga coding bootcamp biasanya menawarkan beragam program belajar dengan bermacam jangka waktu, yang biasanya hanya dalam hitungan bulan, baik dua bulan hingga delapan bulan. Dengan kurikulum yang lebih ringkas, lembaga-lembaga tersebut memastikan bahwa materi yang mereka tawarkan dapat diikuti oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang IT.

Namun, bagaimana sebenarnya pengalaman dan perasaan mereka ketika mulai mempelajari sesuatu yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya, dan dalam jangka waktu yang lebih singkat dari sekolah dan perkuliahan pada umumnya?

Iwin, alumni coding bootcamp Impact Byte angkatan Amazing Ancalagon berbagi suka dukanya sebagai orang dari jurusan non-IT yang menempuh pendidikan yang sarat dengan ilmu eksakta. Meski berlatar belakang Psikologi, dia menganggap kesempatan belajar di coding bootcamp Impact Byte sebagai sesuatu yang lebih dan patut dicoba.

“Memang senang belajar. Belajar koding juga hal baru yang belum pernah aku sentuh sebelumnya. Di psikologi, aku belajar berhadapan dan berkomunikasi dengan manusia. Di sini, aku berhadapan dan berkomunikasi dengan komputer. Benar-benar terbalik, tapi menarik untuk diikuti”, terangnya.

Iwin tidak menafikan bahwa pertama kali berhadapan dengan kode-kode di komputer itu memang susah, karena adanya paradigma atau cara pandang baru dan berbeda. Menurutnya, di dunia programming ini, ilmu yang berkembang sangat cepat dibanding di bidang psikologi yang sebelumnya dia geluti.

“Misalnya JavaScript, kemarin perasaan baru ES5, sekarang sudah ES6”, tambahnya.

Selain itu, tantangan yang dia hadapi sebagai orang dari jurusan non-IT adalah banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang timbul di pikirannya, tapi untuk orang-orang IT di sekitarnya, hal tersebut bukanlah sesuatu yang perlu ditanyakan.

“Saking itu pertanyaan yang sangat mendasar dan remeh”, jelas Iwin.

Dia menyiasati hal-hal yang kurang dipahaminya tersebut dengan kembali mempelajari materi yang telah diajarkan di kelas. Biasanya dia menggunakan media belajar koding online seperti Codecademy. Iwin biasanya menghabiskan waktu kira-kira satu jam untuk mengulang kembali materi di rumah.

Yang mengejutkan, menurutnya materi yang dipelajari di bootcamp juga sebenarnya hanya inti-intinya saja. Tapi, memang bernilai lebih dalam hal kuantitas stack yang diajarkan.

“Misalnya, aku baru tahu kalau function itu tidak selalu berbentuk kurung siku, karena ketika proyek nanti ada ragamnya lagi, contohnya function ternyata tidak selalu berbentuk kurung siku, dan bisa juga ada function di dalam function. Hal-hal seperti itu tidak diajarkan di bootcamp, jadi harus dicari tahu sendiri”, jelasnya.

Ketika menjalani bootcamp, dia mengingatkan bahwa mencatat apa yang dikatakan mentor ketika mengajar itu penting sekali, loh! Apalagi, mentornya di Impact Byte, Haidar Hanif, adalah seorang expert di bidangnya.

“Bahkan meskipun ada rangkuman materi di Gitlab, tapi tidak selengkap itu, dan sayang bila tidak tercatat. Ya seperti ketika dosen mengajar di kuliah saja”, katanya.

Iwin yang saat ini bekerja sebagai developer di nextTI mengatakan bahwa tantangan selanjutnya sebagai orang dari jurusan non-IT yang baru menggeluti programming, menurutnya adalah lebih memfilter lowongan kerja yang ada ketika akan melamar kerja, kira-kira mana yang sanggup untuk dia kembangkan dan mana yang tidak.

Meski terdengar sulit, namun menurutnya suasana belajar di Impact Byte termasuk ideal dan sangat mendukung, bahkan ketika banyak tuntutan untuk menguasai materi dan menyelesaikan proyek.

“Di Impact Byte, semuanya diajarkan dari nol, mulai dari apa itu HTML, CSS, JavaScript, lalu bagaimana cara penggunaanya. Sistem belajarnya menurutku juga ada semacam levelnya, misalnya untuk level awal akan diajarkan cara implementasi yang lebih mudah, kemudian minggu selanjutnya akan diajarkan yang lebih rumit lagi”, jelas Iwin.

Dia juga bersyukur kini telah bekerja di nextTI. Menurutnya tempat kerjanya saat ini merupakan medianya untuk belajar lebih lagi mengenai dunia developing dan programming.

--

--