Elections 2014 in Indonesia

… ketika kawan menjadi lawan

Ʀɐskolnikovɐ
In My Hancuk Opinion
3 min readJun 22, 2014

--

Seperti tradisi pada umumnya, setiap 5 (lima) tahun sekali seluruh bangsa Indonesia melakukan pemilihan umum untuk menentukan pemilihan presiden yang akan memimpin bangsa dan negara.

Seharusnya, semua rakyat berpesta dan saling mendukung presiden yang akan memimpin negara ini, betul? Karena siapapun presiden yang terpilih, suka atau tidak suka, beliau-lah yang akan memimpin kamu juga.

Ya, tahun ini adalah tahun yang sulit di mana kawan bisa menjadi lawan.

Kok bisa?

Coba perhatikan saat Pilres 2004 dan Pilpres 2009 berlangsung (saat itu era kepemimpinan presiden kita saat ini yaitu Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono), kira-kira kalian dulu memilih siapa? Coba berkaca pada diri kalian sendiri pada masa tersebut. Hasil dari KPU menyebutkan, bahwa Pilpres 2009, dimenangkan hanya 1 (satu) putaran dan yang berhak menjadi Presiden dan Wakil Presiden saat itu adalah Pak SBY & Pak Boediono. Terus sekarang kalian ngapain? Lupa?

Coba kalian balik lagi berkaca, apakah yang kalian lakukan saat ini terhadap calon presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 akan berbeda dengan yang sudah kalian lakukan dengan Pak SBY & Pak Boediono? Sebelum presiden terpilih, kalian meng-eluheluh-kan bak Nabi yang tanpa cela dan tanpa dosa. Tapi, setelah terpilih dan menjabat, kemudian tidak sesuai dengan keinginan kalian, kalian men-cemooh-nya?

Shame on you guys!

Pilpres 2014, saya melihat banyak sekali keluhan teman-teman di social media yang kehilangan kawan-nya, hanya demi membela calon pasangan presiden. Entah demi tujuan apa mereka membela mati-matian calon pasangan presiden yang belum tentu juga membuat hidup-nya lebih bahagia dari sekarang. Kalau ternyata itu membuat kalian kecewa? Apa yang akan kalian lakukan? Sama ‘kan seperti Pilpres 2009?

Ayo lah, kalo kalian peduli dengan bangsa ini, coba kalian benahi dari diri kalian sendiri. Stop sharing hal hal yang tidak penting (eg. share informasi dari media yang tidak credible).

Sebagai contoh, ini adalah salah satu media yang dipegang oleh pendukung-pendukung masing-masing calon pasangan presiden.

Gambar diambil tanpa ijin dari indopos.co.id

Belum paham? Kalau belum paham, kenapa kalian share berita-berita yang sudah jelas ada di kubu mereka? Sebagai contoh, pasangan calon presiden Jokowi-JK diberitakan buruk pada stasiun televisi TvOne dan MNC Group. Kenapa? Karena TvOne dan MNC Group adalah pendukung kubu calon pasangan presiden Prabowo-Hatta, lalu kenapa kalian dengan bangga melakukan share berita tersebut ke berbagai media?

Kalian itu sudah menjadi alat, atau bahasa kasarnya adalah BABU untuk mereka (pelaku politik) yang entah tujuannya tidak jelas. Dan kalian mau saja dengan ikhlas membagikan berita tersebut?

Baca:

  1. http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/06/567/995040/diduga-pakai-ktp-palsu-jokowi-dilaporkan-ke-bawaslu

Dan begitu pula sebaliknya, dalam pemberitaan atau penayangan berita di MetroTV, apakah ada pemberitaan baik untuk pasangan calon presiden Prabowo-Hatta? NO! Semua beritanya negatif. Belum percaya?

Baca :

  1. http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/06/19/254993/pelanggaran-kampanye-prabowo-hatta-lebih-banyak
  2. http://nasional.kontan.co.id/news/kpi-tak-ada-berita-negatif-prabowo-hatta-di-tvone
  3. http://nasional.kompas.com/read/2014/06/17/1802221/Beda.Sikap.di.Ruang.Privat.dan.Publik.Prabowo.Dinilai.Pencitraan

Lalu kalian dengan bangga menyebarkan berita yang kalian sendiri itu lho belum tau kebenaran-nya. Dan kalian dengan bangga membuat satu diskusi dengan teman social kalian mengenai berita tersebut? Dan bahkan, kalian rela berdebat dengan kawan dekat kalian yang berbeda pendapat.

Duh! Kalian itu dari kaum terpelajar, right? Kemana mental dan otak kalian? Bukankah pilihan untuk calon presiden itu bersifat tertutup dan pribadi? Kenapa kalian sebarkan untuk umum dan bangga sekali dengan pilihan kalian itu?

Kemudian, kalau pilihan kalian itu menang dalam Pilpres 2014, dan kinerja-nya tidak sesuai dengan harapan kalian, mau di taruh mana muka kalian dengan kawan dekat (bahkan saudara) yang sudah kalian jadikan musuh?

Semoga kalian bisa berpikir lebih dewasa ☺

— Jakarta, 22 Juni 2014

--

--