Berpura-pura yang Menjadi Doa

Indra Lukmana
Indra Lukmana
Published in
1 min readMay 24, 2015

Fake it till you make it
Fake it till you become it

Pernah membaca beberapa artikel psikologi manusia, dan dua ungkapan tersebut sering dituliskan. Dua ungkapan tersebut memiliki kaidah arti kurang lebih: berpura-puralah dalam suatu hal sampai kamu menguasainya.

Berpura-pura sering kali diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik. Tapi terkadang bila dilihat pada sudut pandang lain dan dalam kondisi yang tepat berpura-pura merupakan sebuah tindakan yang sangat positif.

Saat kita berpura-pura untuk hal tidak baik maka hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Misal dari hal ini adalah: berpura-pura menjadi orang lain untuk menipu, berpura-pura sakit agar tidak dibebani, berpura-pura bisa agar disegani, dll.

Dalam sudut pandang lain terkadang berpura-pura seakan memang sangat diperlukan. Seperti yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pribadi, maka menurut hemat saya sepertinya wajib untuk dilakukan, misal: Saat takut berpura-pura berani, saat minder berpura-pura percaya diri, saat gundah berpura-pura tegar. Hal-hal ini tentunya dikhususkan untuk mengarah ke diri pribadi. Agar pribadi yang belum berkualitas dapat menapaki jalan peningkatan diri.

Berpura-pura disini mungkin dapat diibaratkan sebagai doa dan harapan. Karena tidak semua doa itu berupa ucapan, perbuatan pun bisa masuk sebagai doa yang dalam bentuk kenyataan. Dan berpura-pura dalam kepribadian yang lebih baik menjadi doa agar diri yang belum menggapai kualitas tersebut suatu saat dapat mencapainya.

--

--