Menjadi ahli (1)

Catatan kaki untuk jalan menjadi ahli

Indra Lukmana
Indra Lukmana
3 min readApr 7, 2017

--

Sekarang saya sedang membaca buku “so good they can’t ignore you”. Sebuah buku yang saya kategorikan dalam buku pengembangan diri atau karir. Di sini saya ingin menuliskan sedikit yang sudah saya ambil dan pahami, agar tidak lupa nanti.

Dalam menentukan karir kita sering mendapatkan nasihat “follow your passion”, carilah pekerjaan yang sesuai dengan panggilan jiwamu. Dahulu saya sering kali “galau” kalau mendapat nasihat seperti itu, alasannya sederhana, karena saya tidak benar-benar punya passion yang ingin saya kejar begitu dalam.

Saya memiliki beberapa keahlian yang dapat memberi saya “makan” seperti membuat perangkat lunak dan bahasa inggris. Saya mendapat penghidupan utama dahulu dari dua skill ini. Tapi saya sendiri tidak tahu apakah itu passion saya.

Beberapa tahun lalu saya menjumpai blog dari penulis buku ini waktu sedang kuliah di ITS. Cal Newport, si penulis buku dan blog tersebut, merupakan professor di Georgetown University dalam bidang ilmu komputer. Beliau memiliki sebuah gagasan yang secara sederhana mungkin agak bertolak belakang dengan saran-saran umum yang diberikan dalam seminar atau pembicaraan mengenai karir. Secara sederhana gagasannya adalah, “don’t follow your passion”.

Elaborasi dari gagasan tersebut mungkin seperti ini. Saat ini banyak orang terjerembab dalam ketidakpuasan dalam bidang yang digelutinya. Dalam bidangnya ini mereka selalu bertanya-tanya apakah ini passion saya. Akhirnya banyak yang berganti-ganti bidang demi mencari yang sesuai dengan passion yang diimpikannya. Tentu hal ini sah-sah saja, akan tetapi seringkali hal ini menjadi kontraproduktif dan si pencari ini akhirnya tidak unjung menggapai impiannya.

Cal Newport memberikan sebuah gagasan yang mungkin cocok dengan pikiran saya mengenai ini. Passion akan muncul seiring dengan meningkatnya kompetensi diri terhadap bidang yang digeluti. Seperti judul bukunya “So good they can’t ignore you”, seseorang perlu menjadi begitu ahli dalam bidangnya hingga khalayak ramai tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

Menjadi sebuah ahli dalam suatu bidang memerlukan fokus khusus, investasi dalam berbagai bentuk. Investasi ini bisa dalam bentuk materi, waktu, buku, dsb. Investasi dalam bentuk kuliah dalam bidang yang digelutinya. Investasi mengikuti seminar, workshop, pelatihan, dsb yang dapat meningkatkan tingkat keahlian. Banyak bentuk investasi yang bisa dilakukan.

Satu investasi yang ditanamkan di buku yang saya baca ini yaitu investasi dalam bentuk deliberate practice, latihan yang terukur. Mungkin saya akan tulis dalam waktu lain mengenai deliberate practice ini.

Mengenai saya sendiri buku ini memberikan sebuah pencerahan mengenai apa yang mungkin perlu saya lakukan. Saya sudah bertahun-tahun menggeluti bidang pengembangan perangkat lunak, kuliah dalam jurusan informatika, mengambil magister di jurusan yang sama, pernah mengajar dalam bidang ini juga, dan sekarang kuliah di salah satu kampus top dunia dalam bidang komputer juga.

Mungkin invesatasi saya sudah sangat banyak, tapi saya masih belum sampai pada tahapan “so good they can’t ignore you”, masih banyak jenjang yang harus saya lakukan. Hal-hal yang perlu saya lakukan masih sangat banyak agar saya mendapat modal dasar untuk menjadi kompeten di bidang ini.

Beberapa hal yang mungkin perlu saya lakukan seperti, mengerucutkan kembali spesialisasi saya dalam satu bidang, fokus melatih dan memupuk keahlian di bidang tersebut. Lainnya mungkin mengurangi cognitive load hal-hal yang tidak perlu atau bahkan merusak fokus, seperti media sosial (facebook, twitter, dsb). Perlu menyederhanakan lagi hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti: bersih-bersih, makan, dsb.

Sekedar catatan tengah dari hasil membaca sebagian buku ini. Setelah ini insyaallah akan saya tulis lagi yang lain.

--

--