Pengalaman: Tahap Kedua Beasiswa LPDP

Indra Lukmana
Indra Lukmana
Published in
7 min readJun 10, 2015

Alhamdulillah, hari ini mendapatkan kabar yang menggembirakan. Kabar yang akan menjadi titik perjalanan saya kedepan. Semoga saja ini adalah kabar kebaikan, karena yang tahu baik-buruknya kabar hanyalah yang maha menentukan. Hari ini saya mendapatkan kabar, bahwa saya lolos sebagai penerima beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dari pemerintah Indonesia (link).

Perburuan beasiswa sebenarnya telah lama dan banyak saya lakoni, mulai dari beasiswa ke Taiwan, Arab, New zealand, Australia, dll. Semuanya berujung pada penolakan, pun setelah saya selami sebenarnya itu semua bukan murni kegagalan, karena saya sendiri banyak belajar dari berbagai proses pencarian itu. Berbagai alasan saya dapatkan mulai dari IPK saya yang kelas melati, kemampuan bahasa asing lisan saya yang membuat telinga sakit hati, dan juga ada alasan yang hanya membuat saya mengernyitkan dahi.

Di sini saya ingin sedikit menceritakan proses yang saya tempuh pada tahap kedua dari seleksi beasiswa ini. Untuk tahapan pertama prosesnya saya rasa sudah cukup gamblang di website yang dikelola oleh LPDP dan kebanyakan proses ini hanya standar administrasi pendaftaran beasiswa biasa. Mungkin yang sedikit tidak biasa adalah kewajiban mengirimkan tulisan essai, tapi untuk ini banyak sumber lain di internet.

Setelah menyelesaikan proses pendaftaran secara online sesuai dengan periodenya. Saya mendapatkan email dari LPDP yang menyatakan bahwa saya lolos tahap pertama yaitu seleksi berkas. Lalu selang beberapa waktu, mendapatkan instruksi proses selanjutnya yaitu wawancara, diskusi kelompok, dan verifikasi berkas. Selang beberapa waktu sebelum hari-H saya mendapatkan email lagi jadwal detail kapan tahapan-tahapan tersebut akan dilakukan.

Proses seleksi tahap kedua ini dilaksanakan di Gedung Keuangan Surabaya, tempat ini ternyata berdekatan dengan stasiun semut dan salah satu tempat cangkrukan favorit saya waktu masih di Surabaya, makam ngampel.

Saya mendapatkan jadwal hari Jumat tanggal 29 Mei untuk tahap diskusi kelompok dan verifikasi berkas, lalu hari sabtu tanggal 30 Mei untuk tahap wawancara.

Setelah mendapatkan informasi jadwal tersebut saya menjalani berbagai persiapan sesuai dengan standart operating procedure yang biasa saya kerjakan: Ziaroh ke makam orang tua, minta doa ke guru-guru ,amalan wirid, dsb. Hari jumat itu sebenarnya juga ada yang spesial, karena bertepatan dengan waktu rumah saya mendapat giliran tempat jadwal khataman qur’an di desa saya, pas sekali sekalian minta doa untuk kelancaran. Lalu Bismillah Allahumma lancar, saya berangkat dari rumah.

Jumat pagi sekitar jam 8:00 saya berangkat ke stasiun Jombang untuk bertolak ke surabaya, disana saya tiba sekitar pukul 11:00. Tiba disini untuk saya pribadi rasanya tidak lengkap kalau tidak jumatan di masjid ngampel, maka sejurus saya segera ke sana sekalian cangkrukan sebentar.

Pada waktu ini saya melakukan sebuah kesalahan yang seharusnya fatal. Sebenarnya jadwal yang dikirimkan sudah saya cermati dan petakan, bahwa jam 13:00 saya akan diskusi dan jam 15:00 saya akan verifikasi berkas. Tapi entah mengapa yang saya ingat malah sebaliknya, sehingga saya santai sekali di ngampel.

Setelah saya selesai jumatan dan cangkrukan saya segera berangkat ke gedung keuangan. Ndilalah jalanan agak macet dan akhirnya saya sampai disana jam 13:00 pas. Setelah saya di sana akhirnya saya pergi menuju lokasi verifikasi berkas, setelah tiba saya baru tahu dan ingat bahwa jam 13:00 adalah jadwal saya diskusi kelompok, saat itu saya agak terpontang-panting mencari tempat penyelenggaraan diskusi dan saat tiba di tempatnya sesuai dugaan diskusi kelompok sudah berlangsung tanpa saya.

Saat itu sebenarnya saya sudah pasrah karena ini memang kesalahan dan kelalaian yang saya lakukan. Tapi saya pernah diajari sebelum pasrah kita harus melakukan ikhtiar dulu. Di sini saya menanyakan kepada panitia apakah mungkin apabila saya mengikuti diskusi dengan kelompok lain. Dengan sedikit negosiasi saya akhirnya diminta menunggu dulu. Ternyata ndilalah ada peserta yang mengundurkan diri dari kelompok di jadwal setelah ini, sehingga ada spot kosong yang dapat diisi. Akhirnya oleh panitia saya diizinkan untuk mengisi spot kosong tersebut.

Sambil menunggu jadwal diskusi kelompok, saya gabung ngobrol dengan kawan-kawan peserta kelompok yang saya susupi ini. Ternyata dalam kelompok diskusi ini ada beberapa alumni ITS dan ada satu adik angkatan organisasi penerima beasiswa santri yang saya tergabung dulu. Sebenarnya disini saya agak minder sedikit, lha piye jal disini ternyata kawan-kawan ini orang-orang top, ada yang sudah punya usaha semacam startup, ada yang cum lauder tiga setengah tahun, dll saya yang dulunya adalah mahasiswa model ngglembosi bin mbambet jelas tidak ada apa-apanya, tapi tidak mengapa akhirnya disini kita ngobrol-ngobrol dan bisa ketawa-ketawa juga. Lalu dengan suasana yang agak cair kita dipersilakan masuk ruangan untuk mulai diskusi.

Dalam ruangan diskusi ada dua mbak-mbak panitia yang mengawal kita dengan menjelaskan tata cara dan waktu yang disediakan. Diskusi ini diarahkan dalam topik tertentu, sebelum memulai diskusi kita dipersilakan untuk membaca materi yang akan dijadikan bahan diskusi. Kebetulan dalam diskusi ini topiknya adalah pertambangan freeport. Ealah saya sendiri sebenarnya tidak terlalu paham masalah dalam topik ini, tapi ada wejangan dari salah seorang kawan saya sebelum mengikuti tahapan seleksi ini yang saya pegang, “sing penting pokok e angger nggedabrus, tapi nggedabrus e sing bil ilmi”. Yah sudahlah, nawaitu nggedabrus lillahita’ala.

Dalam diskusi ini kita mengutarakan opini sesuai dengan peran yang dipilih dalam diskusi. Ada yang memilih peran sebagai praktisi, aktivis, masyarakat umum, dll. Karena sehari-hari saya berkecimpung di dunia pendidikan tinggi sebagai dosen pula saya sering ikut proyekan, maka saya memilih menjadi akademisi yang merangkap sebagai praktisi :) . Diskusi berlangsung lumayan seru dengan kawan-kawan memberikan opini mereka dengan sangat baik. Setiap orang diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan diusahakan tidak ada yang diam dan saling memberi masukan.

Dalam diskusi ini sebenarnya ada yang kurang nyaman untuk saya. Selang beberapa waktu setelah diskusi dimulai, seorang mbak panitia menyalakan Air Conditioner dan memberikan pengaturan pendinginan maksimal. Yah akhirnya orang yang balungan ndeso seperti saya agak sedikit menggigil kedinginan, pula saya dibawah AC sehingga merasakan penuh kibasannya. Mau minta dikecilkan sedikit kok ya sungkan, masalahnya diskusi sedang berlangsung dan kawan-kawan terlihat semangatnya berapi-api. Mungkin mbak panitia beranggapan biar diskusinya tetap adem maka ACnya perlu di maksimalkan, eh ya sudahlah, Allahumma kuat saja.

Selesai diskusi kita menuju lokasi verifikasi berkas. Di sini kita mengantri dulu untuk pemeriksaan berkas individu, sambil mengantri kita lalu ngobrol-ngobrol sebentar, sambil lihat-lihat situasi. Di tempat ini ternyata waktu siang tadi ada pembagian snack untuk peserta dan saya clingak-clinguk ternyata sudah habis, wah jaan pancen e gak tepak. Saya juga sempat ketemu beberapa wajah yang tidak asing, ada senior dari ITS, ada kenalan kampus lain, dll. Orang-orang hebat yang akan menjadi pondasi negeri ini.

Dalam proses verifikasi dilakukan pemeriksaan berkas-berkas apakah sudah sesuai dengan yang diupload, juga waktu pengecekan ini lembar persetujuan bermaterai yang diupload diminta aslinya oleh panitia. Selesai tahap verifikasi selesai saya lalu meninggalkan lokasi.

Setelah ini sebenarnya saya rencanakan akan ke kontrakan kawan-kawan di ITS untuk menginap. Tapi disini saya merasa sepertinya sudah biasa dan ingin merasakan yang tidak biasa. Saya sudah lama tidak tidur di hotel, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk tidur di hotel bintang 9 tempat saya biasa cangkrukan :) .

Kebetulan malam itu, sehabis sholat maghrib ada pengajian kitab fiqih ihya’ ulumuddin di serambi masjid ngampel dengan bahasan bab haji, lalu paginya ba’da subuh ada pengajian kitab Al-Hikam dengan bahasan-bahasan yang saya rasa sangat klop dengan kondisi saya saat itu. Alhamdulillah bisa ngaji, jadi seandainya saya tidak lulus pun saya sudah dapat beberapa pengalaman dan sempat ngincipi pengajian di ngampel.

Setelah siap-siap saya segera berangkat ke gedung keuangan untuk melanjutkan penuntasan proses seleksi dalam tahap wawancara. Setibanya di lokasi sambil menunggu, saya ngobrol-ngobrol sebentar dengan beberapa peserta yang lain, ada beberapa yang mengajak latihan wawancara bi lughotil injilisiyah. Saya disini hanya mengamati saja, karena kemampuan lisan saya masih menyedihkan.

Disini saya akhirnya jadi agak minder lagi, melihat mbak-mbak dan mas-mas ini keren sekali, mendengar mereka diskusi seperti sedang mendengar para pemeran hollywood lagi jagongan di warung kopi, saya curiga jangan-jangan mereka ini biasa sarapan buku TOEFL. Saya ini masih sangat terasa ilat jowo, susah sekali melakukan pengucapan bahasa inggris dengan fusho jangan-jangan gara-gara sarapan saya yang biasa cuma makan ketan kadang juga gorengan telo :)

Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya proses pengantrian untuk wawancara dilakukan. Beberapa nama yang dipanggil diminta untuk menempati kursi yang nantinya akan dipersilakan masuk ke ruang wawancara. Ruangan yang digunakan cukup luas sudah ada beberapa meja dengan bapak-bapak dan ibu-ibu yang mbaurekso di sana. Saya langsung menuju ke meja yang ditunjukkan oleh panitia.

Dalam wawancara ini saya dihadapkan kepada tiga orang, dua bapak-bapak satu ibu-ibu. Di sini saya ditanya perihal tentang mengapa saya akan studi lanjut, program apa yang akan dijalani, rencana studi, apa yang sudah saya lakukan, ke depannya ingin melakukan apa, yah standar pertanyaan wawancara beasiswa. Beginilah kalau sudah sering pengalaman ditolak, pertanyaan-pertanyaan yang sudah biasa saya jawab serasa tidak istimewa :)

Menurut saya wawancara-wawancara seperti ini sebenarnya adalah proses dialog antara organisasi dengan peserta yang akan menjadi bagian darinya. Proses dialog ini adalah untuk saling mengenal dan nantinya untuk saling memberi sesuai dengan kriteria dan rencana masing-masing pihak. Dalam dialog ini akhirnya ada satu hal yang akhirnya menurut saya menjadi ganjalan, yaitu program yang saya usulkan tidak sesuai dengan kriteria pembiayaan dari LPDP. Setelah proses negosiasi dan tanya-jawab yang tidak terasa ternyata cukup lama (Sekitar 40 menit) tahap seleksi wawancara akhirnya selesai saya lalui, lalu saya pulang ke Jombang.

Epilogue

Dari proses wawancara tersebut saya akhirnya merasa positif sekali. Positif bahwa saya tidak akan lolos beasiswa LPDP :) . Saya tidak bermaksud untuk berputus asa dari rahmat sang pemberi hidup. Saya hanya bersikap realistis karena berdasarkan nalar yang saya miliki saya tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan dan juga berdasarkan pengalaman saya yang sering ditolak proses yang satu ini pun tidak akan jauh beda :)

Akhirnya semua ini saya pasrahkan saja, karena kewajiban saya untuk berikhtiar sudah saya jalani. Tinggal meminta jalan terbaik agar diri ini dapat berkembang menjadi pribadi yang bermanfaat. Dan jika ini memang bukan jalan untuk saya, tidak apa-apa. Saya akan move on dan mencari jalan lain yang sekiranya memang dapat saya tempuh dan lalui.

Hari ini akhirnya pengumuman penerima beasiswa tersebut dikirimkan lewat email. Saya membukanya pun dengan tidak terlalu berharap. Saat saya mendapati nama saya di pengumuman itu, agak setengah tidak percaya, jangan-jangan ada yang salah. Setelah mencari info sana dan sini, akhirnya saya yakin bahwa memang benar saya lolos beasiswa. Alhamdulillah.

Dalam penggedabrusan saya ini saya merasa ada banyak hal yang dapat saya telisik. Tapi yang paling mencuat dari semua ini adalah satu tali pikir saya, Gusti pengeran nek oleh e gawe dalan iki pancen e jaan top tenan, dari mulai saya lupa salah jadwal, jalanan yang tidak bersahabat hingga mengakibatkan saya telat, ada peserta yang mengundurkan diri, dsb. Sepertinya semuanya adalah memang jalan yang sudah diatur. Alhamdulillah. Entah ini pengaturan yang seperti apa saya juga tidak tahu, semoga saja ini adalah jalan yang shirothol mustaqiim.

Sekarang tinggal menunggu instruksi dan menjalani proses-proses selanjutnya. Bismillah Allahumma lancar.

--

--