Sejarah Diri
Saya suka membaca sejarah, tapi saya sering lupa dengan fakta-fakta seperti nama dan tanggal, entah kenapa. Untuk saya sendiri memang senang mencari hal yang nanti sekiranya dapat membangun kedewasaan saya dan sebagai pelajaran untuk ke depannya.
Sejarah adalah masa yang telah lewat dan lalu. Apapun yang terjadi kita tidak dapat menarik dan merubahnya. Hanya bisa mengambil pelajaran dari yang sudah terlewatkan. Tetapi bisa juga yang telah lalu menjadi sebuah titik romansa yang melenakan. Alih-alih mengingat sejarah untuk meningkatkan kebaikan, malah hanya untuk menyombongkan diri dan melupakan sari pelajaran.
Sering kali mendengar orang yang menceritakan sejarah yang hebat. Tapi penceritaannya seakan ada sesuatu yang tidak pas. Ada semacam kebanggan seperti mengunggulkan sejarahnya, mbahku biyen ngene loh, si itu begini loh, ketua organisasiku ini dulu begini loh, dll. Saya sendiri mungkin juga melakukannya, semoga saja nantinya saya bisa meminimalisirnya. Minimal bukan untuk penyombongan.
Saya yang sekarang berbeda dengan yang kemarin, meski sedikit. Pula, saya kini tidak sama dengan pribadi pada tahun yang telah lalu, mungkin dalam banyak hal. Saya masih kesulitan untuk menakar, apakah perbedaan ini dalam hal yang positif atau negatif. Semakin buruk kah saya atau bertambah kah kebaikan saya?
Kita selalu berproses, berubah tanpa henti. Bila kita hanya stagnan maka tentunya kita adalah manusia yang merugi. Saat kita menjadi lebih buruk celaka lah diri kita ini. Beruntunglah kita saat kita bisa meningkatkan diri menjadi lebih baik lagi, setiap hari.