At a Friend’s Funeral.

Jechriswa
Inevitable Midnight Screams
2 min readJul 3, 2016
Joey Feek’s funeral (get this photo from google. God rest his soul)

7 April 2008

Hari ketika aku mendengar kecelakaan tersebut, aku menangis. Aku menangis, menangis dan menangis. Mereka masih begitu muda, saat ini mereka harusnya 20 tahun. Setahun di atas ku. Semua orang gempar, aku pun gemetar.

Semua orang gempar, aku pun gemetar. Sekolah ke esokan harinya, hanya semakin kelam. Kelas sebelah, hanya sebatas kumpulan manusia, dengan duka yang mendalam. Sekolah kemudian meliburkan kami setengah hari, untuk meratapi kepergian seorang teman, seorang sahabat.

Keduanya adalah tetanggaku, kakak kelas ku, teman persekutuanku. Ibadah penghiburan diadakan di sore hari. Meski mereka pergi bersama, ibadah penghiburan diadakan terpisah, permintaan keluarga. Aku hanya bisa menghampiri yang satu, dan berharap teman nya juga pergi dalam damai.

Sepanjang kotbah, aku tak bisa duduk tenang. Aku ingin menangis. Aku sangat ingin menangis. Aku melihat sekelilingku, mereka semua sedih tapi tidak ada yang menangis. Tangisanku seakan mau meledak, tapi aku tahan. Aku tahan. Aku tak ingin mengganggu jalan nya ibadah dengan tangisan ku. Sedikit airmata keluar, tapi aku tetap menahan nya. Aku tak mendengarkan eulogy nya, aku masih mencoba untuk tidak menangis.

Sampai tiba saatnya kami menabur bunga di petinya. Perasaan ku serasa ingin hancur. Aku tak kuat, tapi air mata ini tidak keluar, entah kenapa. Dan disitulah aku melihatnya untuk terakhir kali.

Pemakaman dilakukan ke esokan harinya, tapi aku tidak ikut karena masih masuk sekolah. Hanya kelas sebelah yang di ijinkan. Menyedihkan, pikir ku.

Melihat kembali apa yang terjadi, aku menyesal. Kenapa aku tak menangis saat itu? Kenapa aku menahan air mataku?

8 tahun kemudian dan aku masih berharap,

Seharusnya aku menangis.

Aku harusnya menangis.

--

--

Jechriswa
Inevitable Midnight Screams

a novice forester, who wrote about anything that come across his mind.