Fakta lain soal 1965
Bagi mereka yang ingin tahu lebih banyak soal kekerasan yang terjadi tahun 1965 di Indonesia, sumber-sumber di bawah ini berguna untuk memahami apa yang terjadi dan dampaknya saat ini.
Gerakan 30 September
Dalih Pembunuhan Massal oleh John Roosa
Banyak sejarahwan menyebut buku ini sebagai analisis paling komprehensif mengenai Gerakan 30 September (G30S). Dengan meneliti sumber-sumber primer, Roosa, sejarahwan dari University of British Columbia di Vancouver, membantah narasi versi pemerintah Suharto yang menuduh PKI sebagai dalang G30S.
Penelitian sejarahwan Ben Anderson
Benedict Anderson sejak awal mempertanyakan rezim pemerintahan Suharto. Tiga karya Anderson yang kritis terhadap narasi pemerintah soal 1965 adalah:
- A Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia
- How Did The Generals Die
- The World of Sergeant-Major Bungkus: Two Interviews with Benedict Anderson and Arief Djati
Sejarahwan LIPI Asvi Warman Adam menyarikan ketiga karya Anderson disini.
Propaganda rezim Suharto
Penghancuran Gerakan Perempuan: Politik seksual di Indonesia pascakejatuhan PKI oleh Saskia Wieringa
Profesor Gender dan Seksualitas Saskia Wieringa, yang juga ketuaPengadilan Rakyat Internasional untuk 1965, dalam buku ini membongkar bagaimana tentara menggunakan politik seksual untuk menciptakan kebencian kolektif pada Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan PKI, yang berakibat pada perburuan anggota Gerwani, PKI dan simpatisan kiri untuk dibunuh, disiksa dan ditahan tanpa peradilan. Oleh rezim Suharto, Gerwani difitnah terlibat G30S dan digambarkan sebagai perempuan bejat, tidak beragama dan amoral.
Investigasi kekerasan 1965
Laporan Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Investigasi empat tahun Komnas HAM menyimpulkan tentara melakukan pelanggaran HAM berat tahun 1965–1966.
Beberapa film dokumenter
Jagal (2012) oleh Joshua Oppenheimer
Mendapat nominasi Oscar tahun 2014, film ini menceritakan bagaimana Anwar Congo dan kawan-kawan dengan bangga merekontruksi ulang cara mereka membunuh anggota PKI, simpatisan dan etnis Tionghoa di Sumatra Utara.
Senyap (2014) oleh Joshua Oppenheimer
Masuk shortlist untuk dinominasikan Oscar 2016, sekuel dari Jagal, Senyap bercerita tentang seorang optometris keliling, Adi Rukun yang bertanya pada pembunuh-pembunuh kakaknya: mengapa.
Mass Grave (2001) oleh Lexy Rambadeta
Jurnalis Lexy Rambadeta mengikuti kelompok penyintas membongkar kuburan massal korban 1965, dan mendokumentasikan intimidasi yang mereka hadapi untuk memberi penguburan yang layak.
40 Years of Silence: An Indonesia Tragedy oleh Robert Lemelson
Antropolog Robert Lemelson menangkap kisah empat keluarga penyintas kekerasan 1965 hidup di bawah rezim Suharto.
Plantungan (2011) oleh Putu Oka Sukanta
Penyintas, aktivis dan sastrawan Putu Oka Sukanta mewawancarai mantan tahanan politik perempuan yang pernah ditahan di penjara Plantungan.
Buku kumpulan suara-suara penyintas
Enduring impunity: Women Surviving Atrocities in the Absence of Justice oleh AJAR
Tahun yang Tak Pernah Berakhir, diedit oleh John Roosa, Ayu Ratih, Hilmar Farid