Merekam Cerita Emak

Rachel Surijata
INGAT 65
Published in
3 min readJul 12, 2018

Personal is Political

Selama di sekolah dasar dan menengah, saya tidak pernah banyak memikirkan permasalahan identitas atau sejarah. Dulu, banyak hal saya terima begitu saja tanpa dipikirkan secara kritis dan lebih lanjut. Sampai sekarangpun, saya masih merasa sulit untuk dapat berbicara luwes tentang hal-hal yang saya ragukan. Saya suka bersosialisasi dan ikut dalam berbagai macam pembicaraan dan diskusi, tapi saya lebih suka bertanya–mendengar pendapat dari orang-orang yang terdengar yakin dengan apa yang mereka bicarakan dan menangkap pengetahuan-pengetahuan dan perspektif baru dari itu semua.

Menjawab Pertanyaan

Saat ini saya kuliah di Inggris dan mempelajari bidang antropologi dan media. Saya menemukan format audio sebagai medium yang menarik untuk dieksplorasi.
Saya pun tertarik pada podcast. Melalui podcast ada kenyamanan pribadi untuk menyampaikan sesuatu dengan menggunakan gaya bahasa sehari-hari. Dari sana pula saya merasa bahwa sejarah oral akan menjadi sesuatu yang saya geluti. Dan itu mendorong saya untuk mengambil kelas produksi radio.

Dalam tugas feature radio, saya mencoba menjawab kecemasan tentang identitas dan definisi “rumah” yang saya rasakan. Motivasi dari pemilihan topik tersebut adalah untuk mencari jawaban atas kecemasan yang saya alami. Definisi “rumah” tidak hanya bertumpu kehendak pribadi, tetapi juga memicu eksistensial yang besar.

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, bahwa saya tidak pernah memikirkan permasalahan identitas dan juga sejarah. Namun ketika saya pindah ke negara lain justru hal itu menjadi pertanyaan bagi saya. Biasanya menyebutkan negara/kota asal menjadi template dalam setiap perkenalan. Saat itu, ada sesuatu yang menggelitik saya ketika harus menyebutkan identitas asal saya.

Kadang terasa aneh untuk saya membicarakan tentang hal tersebut, karena untuk sebagian besar hidup saya, saya tidak merasa memiliki ikatan dekat dengan kata “Indonesian”. Sama seperti pengalaman banyak orang lain, label tersebut selalu ditanamkan pada saya dalam narasi kita dan mereka: Ibu saya tidak pernah bilang saya orang Indonesia dan di sekolah saya bukan termasuk orang Indonesia.

Sampai saat saya pindah ke Inggris dan tinggal serumah dengan teman-teman kampus, Ibu saya baru merasa penting untuk menyatakan bahwa saya harus selalu ingat akan latar belakang budaya saya sebagai orang Indonesia. Ketika itulah dilema tersebut menjadi jauh lebih kompleks dan saya berusaha untuk lebih mengulik tentang sejarah pribadi tentang isu rumah dan identitas.

Merekam Cerita Emak

Emak, nenek saya, merupakan seseorang yang gemar bercerita. Tapi sampai dua tahun yang lalu, jarang sekali saya bertanya lebih dalam tentang cerita hidupnya dan benar-benar berusaha untuk menangkap apa yang terjadi.

Dari rekaman perbincangan yang saya gunakan sebagai dasar untuk feature ‘Pulang’, saya menemukan bahwa kejadian di tahun 65 bukanlah sesuatu yang jauh dan abstrak dari sejarah identitas saya dan keluarga. Seluruh keluarga besar ibu saya lahir dan besar di Sumatra. Emak ingat pemuda-pemuda etnis Tionghoa yang dibunuh di depan bioskop oleh preman seperti karakter utama film Jagal, dokumenter karya Joshua Oppenheimer mengenai para pelaku pembunuhan massal orang-orang yang dianggap kiri pada 1965 di Medan. Dan situasi pada masa tersebut pun dapat secara langsung ia hubungkan dengan pindahnya Emak dan keluarganya ke Jakarta.

Lebih dari sekedar cerita, saya menemukan bahwa pembicaran tentang identitas tidak akan jauh dari berbagai bentuk manipulasinya. Bagaimana sebuah identitas bukan semata-mata sesuatu yang bisa didefinisikan secara pribadi, melainkan sebuah hasil proses struktural. Sebagian identitas saya terbentuk dari pengalaman emak, ibu saya, dan saudara-saudaranya yang tumbuh besar di Sumatra dan membangun hidup di zaman Orde Baru. Semua ini pun saya bawa dalam diri saya, untuk diolah dan diberi arti-arti baru dimanapun tempat yang akan saya sebut rumah.

--

--

Rachel Surijata
INGAT 65
Writer for

3rd year Anthropology and Media student with an affinity for arts and the audio form.