Inhands Talk 8: #NgontenDiRumahAja

Dini Octavia
inhandsagency
Published in
8 min readMay 24, 2020

Produktif selama pandemi adalah kunci kesuksesan content creators! Intip tips pembuatan konten yang catchy dan engaging bersama Mario Delano

Designed by https://www.instagram.com/not_a_richlocal/

Konten yang menarik dan engaging itu seperti apa sih? Itulah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para content creators dan juga Social Media Strategist yang ketika ia mengelola akun suatu brand.

Inhands Talk kali ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan menghadirkan Mario Delano, seorang social media enthusiast yang sudah melanglangbuana di dunia content creating. Di sesi Inhands Talk kali ini pula, Mario juga akan mengajak kita membedah kiat-kiat membuat konten dengan budget seminimal mungkin, dan bisa dilakukan selama masa physical distancing berlangsung.

Perjalanan karir seorang Mario Delano dalam dunia perkontenan dimulai saat dirinya menjadi produser di sebuah radio lokal. Saat mengemban amanah sebagai seorang produser radio itulah Mario dituntut untuk membuat konten-konten yang engaging lewat pendekatan yang personal. Mulai dari cara memanggil pendengar dan memberlakukan mereka layaknya teman ngobrol sendiri, hingga membuat konten yang mana pendengar bisa relate dan tertarik untuk menyatakan opininya. Ternyata cara-cara seperti itulah yang mampu menaikkan engagement antara pihak radio sebagai brand, dan juga pendengar sebagai target audience. Hal inilah yang Mario bawa hingga kini. Baik melalui personal branding-nya di Instagram, dan juga saat dirinya menjabat sebagai Social Media Specialist di Shopee.

Sebelum menyelami konten yang engaging itu seperti apa, yang mesti kamu tentukan adalah apa tujuanmu membuat konten? Apakah untuk personal branding atau untuk brand?

Namun apapun peruntukannya, baik untuk personal branding atau untuk brand, lagi-lagi pendekatan secara personal adalah jawabannya. Selain personal approach tadi, setidaknya ada beberapa hal yang bisa kamu perhatikan:

  1. Cari Unique Selling Point dan Tentukan Targetmu.

Saat ini, brand yang kamu pegang mungkin bukan satu-satunya brand yang menjual produk yang sebegitu uniknya, sehingga membuat orang lain rela berpaling dari brand lainnya. Contohnya, ada begitu banyak brand yang menjual dimsum, lalu apa bedanya dimsum kamu dengan dimsum dari brand lain? Selain rasa dan kualitas, kamu juga bisa berikan sentuhan yang beda lewat branding di media sosial.

Pun halnya dengan content creator. Di tengah banyaknya content creators di Indonesia, kamu mungkin bukan satu-satunya yang menyajikan konten horor. Lantas, apa yang bisa kamu jadikan pembeda sehingga viewers kamu akan tetap betah menjadi penonton setiamu?

Tahukah kamu bahwa Mario adalah salah satu ‘key person’ yang berada di balik keberhasilan campaign Shopee For Men? Yep! Dulu Shopee memang sering diasosiasikan sebagai brand e-commerce bagi kalangan perempuan. Nah, Mario ingin mengubah persepsi itu. Menurutnya, Shopee juga bisa diasosiasikan sebagai e-commerce yang juga mampu menjawab kebutuhan kaum pria, sehingga para pria di berbagai umur dan memiliki berbagai selera pun dapat berbelanja di Shopee. Lewat campaign bersama Slank, penyajian konten-konten yang sejurus dengan minat kaum pria di Instagram, dan juga berbagai promo yang ditawarkan untuk produk-produk lelaki, Shopee For Men pun berhasil menarik atensi, dan menggeser perspektif orang-orang yang awalnya mengasosiasikan Shopee sebagai brand e-commerce yang lebih condong ke kaum wanita.

Beberapa contoh konten @shopeeformen di Instagram. Source: https://www.instagram.com/shopeeformen/

Nah, dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa saat membicarakan unique selling point, kita tidak hanya akan berkutat pada keunikan produk, tapi juga bagaimana kita membawa ‘value’ dari brand kita ke audience. Seperti Shopee tadi. Shopee bukan satu-satunya brand e-commerce yang menghadirkan produk-produk pria. Namun lewat segmentasi khusus di Instagram @shopeeformen, Shopee mampu membawa perspektif baru: Shopee juga merupakan e-commerce yang nyaman bagi pria untuk berbelanja.

2. Cari Point Of View Yang Berbeda

Terkadang, konten yang menarik adalah konten yang disajikan dengan point of view atau sudut pandang yang berbeda. Coba tengok yang satu ini:

Source: https://wowkeren.com/berita/tampil/00309571.html

Beberapa pekan lalu, Indonesia kehilangan seorang maestro campursari kenamaan, yaitu Mas Didi Kempot. Kabar duka tersebut tentu saja mengundang tangis para fansnya. Di media sosial, banyak sekali orang-orang yang mengungkapkan belasungkawa. Namun, di antara banyaknya ucapan belasungkawa tersebut, ada satu postingan yang menyedot perhatian. Postingan tersebut menggambarkan kerumunan orang yang sedang merekam seorang fans Didi Kempot yang tengah menangisi kepergian idolanya. Uniknya, dibandingkan postingan lainnya yang berisikan rekaman fans yang menangis tadi, potret dari sudut pandang orang ketiga inilah yang lantas menjadi viral.

Menurut Mario, postingan ini merupakan wujud dari konten yang menyajikan point of view yang berbeda. Dan hal itu pulalah yang mesti kamu adaptasi ketika ingin membuat konten. Coba cari point of view yang berbeda yang luput dari kebanyakan orang. Tapi, bagaimana kita bisa menilik point of view yang berbeda dari orang lain? Nah, untuk yang ini, coba deh kamu bikin penilaian menggunakan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Gali diri kamu sendiri dan jawab apa-apa saja yang bisa jadi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan juga ancaman dari konten kamu. Jika kamu sudah paham akan personal brandingmu, atau brand guideline bagi brand yang kamu pegang, maka kamu akan lebih mudah untuk membuat konten.

3. Sajikan Konten Yang Orisinil.

Di dunia ini memang nggak ada yang namanya ide original. Setiap konten, pasti merupakan adaptasi, atau setidaknya terinspirasi dari karya lain. Namun, agar dilirik oleh orang lain, kamu juga mesti menyajikan konten yang berbeda dengan content creator atau brand lainnya. Hal ini dimaksudkan agar kamu memiliki trademark dan ciri khas kamu sendiri, sehingga audience tidak akan menilai kamu sebagai seorang copycat.

Lalu, bagaimana caranya mampu menyajikan ide yang orisinal tadi. Tahapan ini berkesinambungan dengan poin personal branding sebelumnya. Sebelum menyajikan konten yang orisinil, ada baiknya kamu memahami betul akan dibawa kemana konten kamu nanti. Jika untuk personal branding, coba telaah dulu mana bidang yang ingin kamu geluti. Misalnya, apakah kamu akan fokus membahas konten-konten seputar misteri, konten lucu, mukbang, atau yang lainnya. Jika kamu sedang membangung akun untuk brand, maka tetapkan dulu brand kamu ini punya spesialisasi di bidang apa, siapa saja target marketnya, serta apakah brand kamu ini tergolong sebagai brand yang eksklusif atau inklusif.

Jika sudah memahami poin-poin tadi, maka dalam teknisnya kamu bisa bermain dengan visual (gambar) dan copy (tulisan) yang menarik. Untuk yang satu ini, ada satu brand yang berhasil mencuri perhatian kami, dan pas dijadikan contoh yang baik.

Contoh visual dan copy yang apik dari Haka Dimsum. Source: https://www.instagram.com/hakadimsum/

Seperti kedai dimsum pada umumnya, Haka Dimsum juga menyajikan dimsum sebagai menu utamanya. Namun, ada yang berbeda dari Instagram Haka Dimsum jika dibandingkan dengan akun media sosial kompetitornya.

Haka Dimsum tahu betul bahwa target konsumennya adalah kalangan muda-mudi yang tengah keranjingan konten-konten receh. Alih-alih menggunakan Instagram sebagai tempat untuk pamer menu-menu dimsum, Haka Dimsum mencoba menyajikan konten komikal yang kerap kali mengundang likes dan engagement di kolom komentar. Meski terbilang jarang mengunggah postingan, namun Haka Dimsum berhasil menjaring followers dan engagement rate yang cukup tinggi berkat visual dan copy-nya yang menarik.

Setelah puas membahas dunia perkontenan, baik dari segi personal branding sampai dengan branding untuk sebuah brand. Seperti biasanya, Inhands Talk pun berlanjut pada sesi Q&A. Agar lebih praktis dan tidak bertele-tele, kurasi Q&A akan kami sajikan sebagai berikut:

Q: Seberapa pentingnya sih upload konten di Instagram setiap hari?

A: Sebenarnya repetition atau pengulangan itu penting, Jika memang kamu mampu upload konten di IG post atau IG story secara rutin dan berkala, itu akan menjadi sebuah habit yang bagus. Sedikit saran biar nggak capek karena harus update konten hampir tiap hari, kamu bisa coba bikin editorial plan tentang konten-konten apa aja yang ingin kamu sajikan selama seminggu ke depan, atau bahkan sebulan ke depan.

Dari habit atau kebiasaan update konten setiap hari ini, mungkin kamu akan mengalami trial & error, misalnya jumlah likes yang sedikit atau bahkan tidak mendapatkan engagement sama sekali. Tapi setidaknya kamu bisa mendapatkan insight tentang konten-konten mana saja yang disukai oleh audience. Hal ini bisa dilihat dari jumlah likes, comment, reach, impression, total views, share dan berapa banyak orang yang ‘menyimpan’ konten kamu dalam fitur save miliknya. Dari sini, kamu bisa merancang planning baru, seperti misalnya membuat konten yang paling disukai di hari-hari tertentu. Contohnya, setiap hari Jumat, Spotify akan merilis daftar lagu baru ke dalam aplikasinya. Maka audience-nya pun juga akan ikut memahami kebiasaan tersebut, dan selalu menunggu konten rilisan musik baru dari Spotify di hari Jumat.

Q: Mana yang lebih penting, upload konten sesering mungkin, atau riset dulu biar kontennya bisa maksimal?

A: Ngomongin riset sebelum membuat konten memang nggak kalah penting. Setidaknya, ada beberapa hal yang mesti kamu pahami untuk bisa meraih total engagement yang lebih banyak, seperti hari apa saja, atau di jam berapa saja orang-orang akan membuka media sosial. Tahapan riset ini juga berhubungan dengan trial & error. Jika sudah melalui konten-konten dengan jumlah engagement yang sedikit, bahkan bisa dikatakan failed, maka kamu akan punya kesempatan lebih besar untuk mengoreksi kontenmu sendiri. Kamu juga akan mampu menilai mana konten yang layak untuk diunggah, mana konten yang sebaiknya disingkirkan, dan seterusnya.

Q: Apa sih tolak ukur dari konten yang menarik di mata orang-orang? Soalnya setiap orang pasti punya taste yang berbeda-beda

A: Hal pertama yang harus diingat adalah kita nggak bisa menyenangkan semua orang. Jadi, tolak ukur bagus atau tidaknya konten yang kita buat sebenarnya hanya kita sendiri yang bisa nilai. Kunci dari personal branding adalah kenyamanan terhadap apa yang kita lakukan. Dari sana, kita bisa jadi lebih jujur dan enjoy saat memproduksi sebuah konten.

Q: Kenapa ya, konten foto pribadi bisa lebih banyak dapat likes dibanding dengan konten design atau semacamnya?

A: Katanya sih, algoritma Instagram hampir mirip seperti facebook, jadi semakin banyak kita menampilkan wajah atau orang di halaman pertama, maka algoritma Instagram akan lebih cepat mendeteksi dan nge-reach konten tersebut untuk ditampilkan di fitur explore.

Q: Punya rekomendasi aplikasi yang harus ada di gadget, supaya lebih mudah bikin konten?

A: Untuk edit video, kamu bisa coba gunakan Kinemaster. Untuk audio, ada Lexis Audio Editor. Serta untuk edit video, bisa pakai Snapshot, VSCO, Lightroom Mobile, Remove Background (berbayar), dan Photoshop.

--

--