Apa Itu Traksi dan Bagaimana Fungsinya dalam Startup?

Aef Setiawan
InnoCircle
Published in
3 min readApr 5, 2019
Photo by Austin Distel on Unsplash

Ketika saya sedang nulis blog ini, di luar kosan sedang hujan deras. Akhir-akhir ini Purwokerto memang sering hujan, waktu yang pas untuk bermalas-malasan. Sambil nunggu hujan reda, saya investasikan waktu sebentar buat ngeblog

Topik tulisan ini tentang traction dan revenue. Kenapa saya tulis tebal, karena keduanya sangat penting untuk kamu yang mau atau sedang bikin startup. Itu alasan yang pertama.

Alasan kedua, banyak yang masih salah paham dalam mendefinisikan traksi. Mostly, traksi dianggap sama dengan pendapatan (revenue). Meskipun saling terkait, pendapatan (revenue) dan traksi (traction) adalah dua hal yang berbeda.

Disclaimer: Apa yang saya tulis di sini merupakan refleksi pribadi berdasarkan dari apa yang saya baca dan saya praktikan.

Apa perbedaan traction dan revenue?

Dari sekian banyak literature yang saya baca tentang traction, definisi dari Ash Maurya dalam bukunya, Scaling Lean menurut saya adalah yang paling pas. Definisinya begini :

Traction is the rate at which a business model captures monetizable values from its users- Ash Maurya

Kalau diterjemahkan secara bebas, traksi itu kemampuan suatu bisnis model untuk memonetisasi value dari penggunanya. Jadi bentuknya bisa user, merchant, partners atau apa saja, selama bisa dimonetisasi itu bisa dibilang traksi.

Contohnya bagaimana Go-Jek memonetisasi user dan merchat melalui layanan Go-Ride, dan Go-Food. Go-Jek juga terus mengembangkan model bisnis agar bisa memonetisasi semaksimal mungkin traksi yang dimilikinya.

Sementara revenue adalah pemasukan yang didapat sebuah perusahaan dari aktivitas bisnis, bisa dari jualan produk atau jasa. Kalau revenue mungkin sudah banyak yang tau, jadi saya gak perlu tulis ulang lagi. Atau jika ingin membaca lebih banyak tentang investasi saham dan keuangan, bisa baca disini.

Nah, masih dengan contoh yang sama, Go-Jek, revenue dari go-food bentuknya komisi penjualan, dari Go-Ride tarif berdasarkan jarak.

Mengapa Startup perlu memiliki traksi?

Apa yang membedakan startup dan perusahan konven salah satunya terkait traction dan revenue. Startup adalah perusahan rintisan yang traction-driven, sementara perusahaan konven, meskipun sama-sama baru dirintis, bersifat revenue-driven.

Salah satu fungsi traksi dari adalah untuk mengukur pertumbuhan suatu startup. Dari traksi yang dimiliki kamu bisa lihat startup bisa prospeknya seperti apa, bisa scalable dan tumbuh secara eksponensial apa tidak. Sementara dalam bisnis konvesional, pertumbuhan biasanya dilihat dari revenue.

Namun, traksi tidak bisa menggambarkan keberlanjutan (sustainability) startup. Meskipun startup bisa memonetisasi value dari penggunanya milyaran, resiko gagalnya masih besar. Makanya ada startup, meskipun tumbuh secara eksponensial dengan Gros Merchandise Volume (GMV) mencapai milyaran rupiah, namun tumbang juga.

Berbeda dengan perusahaan UMKM, meskipun revenue-nya hanya sekian ratus juta, ia relatif bisa sustain meskipun tidak bisa tumbuh eksponensial. Karena dalam perusahaan, keberlanjutan itu bisa dilihat dari revenue yang dihasilkan.

So, kalau ingin mengukur startupmu bisa tumbuh eksponensial apa tidak, lihat traksinya. Kalau ingin lihat startupmu sustain apa tidak, lihat revenue-nya.

Mana sebaiknya yang dikejar dimasa-masa awal? Revenue apa traction?

Karena startup mengejar traksi, mereka bisa bakar uang gila-gilaan buat akuisisi pengguna. Kalau pengguna sudah diakuisi, marketnya sudah matang, dan traksinya buaaanyak, waktunya mereka panen besar. Generate revenue dari sana sini.

Pola itu yang hari ini dipakai startup-startup semacam Uber, Go-jek, Tokopedia dan banyak lagi.

Selama ngejar traksi, mostly mereka pakai uang investor yang jumlahnya kaya daun di hutan hujan amazon. Digalang melalui Serie A, B, C, D, dst. Tapi kalau uang investornya habis, sementara revenue gak nyukup buat operasional, dan gak dapat investor baru, startup bisa collaps.

That’s way, kalau mau bikin startup, menurut saya sih hal-hal fundamental semacam ini perlu dipahami dulu. Karena kalau mindset-nya ngejar revenue nanti jadi UMKM, bukan startup. Kalau cuma ngejar traksi tanpa mempertimbangkan revenue, kamu bisa mati lemas ketika uang investor habis.

(Mmm, paragraf diatas self-reminder buat pedihelp juga sih. hehe)

Jadi, startup di masa awal harus pinter-pinter atur strategi. Uang diinvestasikan untuk mendapat traksi, dan di saat bersamaan revenue juga kudu diperhatikan. Minimal, ketika funding habis startup bisa hidup dengan cara bootstraping.

Karena tim itu dihidupi dari pendapatan, bukan dari traksi.

--

--