Mana yang Startup, mana yang bukan?

Aef Setiawan
InnoCircle
Published in
2 min readOct 16, 2018
Unsplash.com

Syarat bisnis ada dua, pertama ada produk, kedua ada yang mau beli (pasar). Kalau cuma ada produk tapi tidak ada yang beli namanya bukan bisnis. Ada yang mau beli tapi tidak ada produknya juga bukan bisnis.

Nah, startup adalah perusahan rintisan, mereka punya produk dan juga punya potensi pasar yang mau membeli. Hanya saja karena masih rintisan, startup ini tidak tahu persis siapa pasar mereka sebenarnya (segmen) dan produk apa tepatnya yang mereka inginkan.

Maka startup harus mencari model bisnis yang tepat, agar produk yang mereka buat sesuai dengan apa yang diinginkan pasar (market fit). Nah, mencari bisnis model ini adalah kata kunci yang membedakan mana yang startup dan mana yang bukan.

Pergeseran Paradigma Bisnis

Ada pergeseran paradigma dalam dunia bisnis. Dalam paradigma bisnis lama orientasi bisnis ada pada produk, bukan konsumen. Biasanya para pebisnis menghabiskan banyak waktu menyusun bisnis plan. Setelah jadi langkah selanjutnya adalah membuat produk, kemudian menjualnya pada pasar yang dituju.

Sementara dalam model bisnis baru paradigma bisnis beorientasi pada pada konsumen, bukan produk. Pebisnis menghabiskan waktu di luar ruangan untuk berbicara pada calon konsumen untuk memvalidasi ide bisnis mereka. Memahami apasih masalah besar mereka dan apa kira-kira solusi yang bisa ditawarkan. Seorang founder tidak jualan produk sebelum menemukan masalah dan solusi yang tepat.

Ali dan Habib

Untuk lebih memahami dua perbedaan diatas, kita gunaakan cerita Ali dan Habib. Semoga bisa membantu.

Ali melihat pecinta kopi di koatanya kesulitan mendapat kopi yang variatif. Lalu Ali mulai menyusun perencanaan bisnis. Bahkan, agar meyakinkan, Ali mengundang konsultan bisnis agar perencanaan lebih mantul. Seminggu kemudian, rencana bisnis setebal 100 halaman jadi. Ali mulai ke tahap produksi, mencari pemasok, dan membersiapkan kopi untuk dijual. Seminggu kemudian Ali sudah mulai jualan dengan satu orang karyawan.

Habib juga melihat masalah yang sama seperti yang dilihat ali. Maka habib langsung mengindentifikasi siapa saja penikmat kopi di kotanya dan langsung ngobrol dengan mereka satu-persatu. Setelah berbincang, habib dapat insight baru: ternyata bukan sulit mendapat kopi masalahnya tetapi kopi yang tersedia dikedai tidak segar. Maka Habib menyusun rencana solusi, yaitu bagaimana menyediakan kopi segar bagi para pecinta kopi dikotanya.

Model Baru atau Lama?

Dalam model bisnis Ali, ia sebenarnya sedang bertaruh. Jika model bisnisnya diterima oleh pasar Ali akan jadi pebisnis yang sukses. Tapi jika model bisnisnya tidak diminati konsumen, ia akan gagal. Sementara waktu, tenaga dan juga uang sudah habis. Sehingga tidak bisa berganti model bisnis baru.

Sebaliknya dalam model bisnis Habib, ia bisa dengan mudah bergunta-ganti bisnis model tanpa banyak mengeluarkan banyak waktu dan biaya. Energi terbesar yang ia gunakan adalah harus bertemu dengan banyak konsumen agar mendapat model bisnis yang pas. Setelah ketemu model bisnis yang pas baru dia mulai jual produk.

Jadi, model bisnis baru salah satu kelebihannya mencegah seorang enterpreneur kehilangan banyak sumberdaya sebelum menemukan pasar yang pas.

Jadi, kalian pilih yang mana?

--

--