Menyiasati Inisiatif Engineering

Arditya Wahyu Nugroho
Inside Kitabisa
Published in
2 min readAug 27, 2021

Technical debt, refactoring, tooling, optimisasi query, dan lain-lain.

Wayang — Photo by Yosep Sugiarto

Saya yakin banyak inisiatif engineering yang siap untuk dikerjakan seperti contoh di atas di perusahaan tempat kita bekerja saat ini, terutama perusahaan yang kompleksitas engineering nya sudah cukup tinggi.

Sering kali inisiatif engineering di-nomor dua-kan, yang biasanya punya dua faktor utama: 1) karena tidak memberikan impact langsung ke pendapatan perusahaan, 2) tim engineer nya sudah sibuk dengan daily task untuk pengembangan produk. Lalu bagaimana menyiasati ini?

Inisiatif engineering terkadang juga cukup relate dengan bom waktu, yang semakin lama ditunda untuk dikerjakan akan “meledak” pada waktu nya. Ada yang meledak nya kecil-kecil tapi semakin sering, ada yang langsung besar dan berakibat fatal.

Kita semua sadar ini perlu diselesaikan.

Di Kitabisa tempat saya bekerja saat ini, kita punya dua cara untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan ini:

  1. 10%
    Tim engineering sudah punya deal dengan tim produk, 10% waktu / story point dari setiap sprint dapat digunakan untuk menyelesaikan task engineering inisiatif. Cara ini cukup efektif mengejar rata-rata coverage unit test sesuai target yang kita tentukan saat ini. Yap, unit test sempat tidak menjadi pre-requisite dalam pengembangan di sini, jadi kita butuh waktu untuk mengejar coverage-nya. Pun ketika misalnya ada proyek yang memang tenggat waktu nya mepet, kita sudah terbiasa untuk buat tiket Jira terpisah mengerjakan unit test di sprint setelahnya.
  2. Kingsmen
    Kami punya squad khusus untuk mengerjakan inisiatif engineering ini, dengan nama squad Kingsmen. Terinspirasi dari film Kingsman Secret Service(?) — dahulu namanya Arjuna — anggota squad ini cukup slim, saat ini hanya terdiri dari 3 engineer, dan 2 SDET. Apa-apa yang dikerjakan di squad Kingsmen diusahakan ada metric-nya agar bisa diukur pencapaiannya.

Mencoba Hal Baru

Sore tadi — iya baru sore tadi banget saat tulisan ini dibuat — kita mencoba “cara baru”. Di tim backend, kami punya agenda kumpul 2 mingguan, yang salah satunya update tentang apa yang sedang dikerjakan di squad-nya masing-masing. Di akhir sesi, kebetulan ada satu case yang diangkat: butuh sebuah template constructor. Long story short setelah diskusi 15–20 menit, akhirnya kita sepakat untuk cukup enhance service-client library dari service key-value (codename: kuncen) yang sudah ada.

Sebuah inisiatif pertama yang terbentuk saat meeting, sehingga semuanya aware dengan ini dan berakhir dengan siapa yang mengerjakan? eeaaaa.

Huru-hara dalam canda terjadi, dan keluarlah seluruh nama yang ada sore itu pada wheel of name, tanpa kecuali, junior, manager, hingga VP of Eng, dan terpilih lah teman kita yang “beruntung” itu.

Hal baru ini menarik buat pribadi, karena ada satu hal yang cukup menjadi concern bagi saya dan teman-teman engineering leaders di kitabisa, yakni awareness terhadap inisiatif engineering untuk menyelesaikan open ended problem masih kurang.

So, mari kita coba hal ini diterapkan ke squad platform lainnya.

--

--