5 Penyebab utama aplikasi Anda di Uninstall!

Tulisan Saya ini saya dedikasikan kepada Anda semua yang ingin mendapatkan pengguna loyal (active user) dan jumlah download yang terus bertambah seiring waktu.

Arnold Saputra
Insight
4 min readMay 29, 2019

--

Photo by Hal Gatewood on Unsplash

Google Play (oktober 2015) memiliki jutaan aplikasi yang dapat membantu Anda sehari-hari tapi dari jutaan aplikasi disana berapa sih yang ada di HP Anda? Kata Google ternyata orang Indonesia biasanya memiliki 80 Aplikasi di dalam smartphone Androidnya.

Itulah yang mereka katakan pada saat acara google beberapa saat lalu di Indonesia. Dari jutaan hanya 80 lah yang dianggap konsumen aplikasi yang mereka anggap layak berada di smartphone mereka. Kasar-kasarnya 1.000.000 vs 80!

Angka 80 itupun masih belum angka yang bersih. Dari 80 itu pastilah ada 12–20 aplikasi bawaan entah dari Google maupun dari pabrikan smartphone. Pengguna amerka malah di tambahin aplikasi dari provider teleponnya juga.

Weleh-weleh~ Dari data diatas jelaslah sudah betapa sulitnya suatu aplikasi memiliki pengguna yang loyal bahkan, susah sekali mendapatkan pengguna yang mau mendownload dan mencoba aplikasi Anda. 1.000.000 vs 60!

Dari jumlah pendownload applikasi maka 40% pengguna akan meng uninstallnya dalam 1 kali percobaan. Udah susah payah membujuk supaya di install, di uninstall dalam 1 x coba buka app. 💔

Google pun menemukan 5 faktor utama kenapa aplikasi Anda di uninstall. Tak peduli betapa hebohnya aplikasi Anda seperti sosial media maupun layanan ojek online maupun sebuah game Indie yang baru rulis haruslah memperhatikan 5 hal ini.

1. Banyak notifikasi yang menyebalkan

Notifikasi yang tidak penting (menurut sudut pandang pengguna) adalah hal utama mengapa aplikasi langsung di uninstall. Hal ini biasanya dilakukan oleh aplikasi e-commerce yang menawarkan diskon ke barang yang tidak di sukai maupun tidak di butuhkan pengguna.

Saran saya : tampilkanlah notifikasi kalau penting, jangan memberi notifikasi yang sama berkali-kali, dan hanya tampilkan pada saat pengguna membutuhkan saja.

Contoh notifikasi yang meyebalkan adalah diskon panci stainless di jam 11 malam dimana rata-rata orang sedang ingin istirahat atau jam 7 pagi dimana user repot mau berangkat kerja. Udah gitu notifikasi tentang diskon panci stainless ini muncul tiap 2 jam sekali lagi! Udah di dismiss nongol lagi 2 jam kemudian!

Ngeselin ga?

2. Registrasi yang merepotkan

Dua hal yang pasti hal pertama Semua orang senang dengan hal yang cepat dan mudah. Hal kedua aplikasi Anda bukanlah sesuatu yang wajib dimiliki pengguna. SIM,KTP, Passport, Kartu keluarga dan berbagai produk pemerintah wajib lainnya walaupun ribet registrasinya tapi, yah pengguna gak ada pilihan lain untuk mendapatkannya.

Aplikasi Anda bukanlah hal wajib yang harus dimiliki warga negara jadi, jelaskan lah keperluannya sebelum meminta data pengguna.

Saran Saya sebagai UX designer perpendeklah form registrasi atau kalau mungkin tanpa registrasi sama sekali. Contohnya aplikasi e-commerce menampilkan tombol daftar di saat pengguna mau beli / bayar saja bahkan, pengguna pun bisa membeli tanpa registrasi (as a guest).

Hal yang terpenting adalah pengguna bisa lihat-lihat dulu barang yang dia inginkan dan punya hasrat membeli. Jangan sampai orang belum liat app ini isinya apa tapi, udah males karena perlu registrasi.

3.Freezing and Crashing App

Aplikasi yang baru di buka sudah error atau bahkan lebih parahnya lagi membuat smartphone pengguna sampai crash/nge hang / sampai restart sendiri pastilah akan di uninstall dengan segera. Hal ini terjadi oleh layanan aplikasi ojek online yang karena kurang Quality Assurance (QA) alias testing aplikasinya sering crash.

Bayangkan betapa kesalnya orang yang buru-buru mau berangkat meeting dan sudah berada di pinggir jalan pas buka aplikasi ojek online malah aplikasinya error dan bikin HP restart. Kesel gak tuh?

4.UI dan UX yang buruk

Penyebab terbesar ke empat ini jauh lebih ribet daripada judulnya. Hal ini biasanya meliputi tampilan aplikasi yang warnanya tidak enak dilihat, navigasi yang tidak jelas, alur aplikasi yang terlalu panjang untuk menjalankan 1 fungsi dan kurang jelasnya gambar+tulisan.

Salah satu bentuk UI dan UX yang buruk adalah ketidak jelasan CTA, konten yang terlalu padat dalam 1 halaman, tidak bisa di buka saat offline dan lamanya loading saat membuka aplikasi. Sebenarnya bagi Saya, ke 5 hal yang menyebabkan orang uninstall aplikasi ini semuanya terangkum dalam UI dan UX yang buruk sih. Gak tau deh kenapa Google bedain.

5. Iklan yang mengganggu

Iklan yang mengganggu ini memiliki tiga jenis. Jenis pertama adalah iklan yang baru buka aplikasinya sudah muncul satu halaman penuh! Udah muncul satu halaman terus, gak berhubungan dengan aplikasinya lagi (misal iklan game mobile RPG muncul di aplikasi fashion). Iklan jenis kedua adalah yang letaknya di dekat tombol navigasi atau tombol utama.

Misalnya ada iklan yang mepet dengan tombol “pesan/order”. Orang udah niat mau pesan eh, malah kepencet iklan #BantingHP.

Iklan jenis ketiga adalah iklan yang muncul bersama notifikasi aplikasi. Orang belum buka aplikasi aja eh, tau-tau nongol iklan di notifikasinya. Udah di dismiss nongol tiap 2 jam sekali lagi!

Walaupun sumber penghasilan utama Google adalah iklan namun, Google sadar bahwa, iklan yang mengganggu dan tidak tepat bisa membuat pengguna kabur. Google pun membuat panduan bersama kawan-kawannya untuk menyajikan iklan yang lebih baik.

Nah, dari kelima faktor di atas pasti Anda semua bisa banyak belajar toh? Kesemua hal di atas kalau menurut Saya sih UX yang buruk bagi aplikasi. Rencanakan matang-matang peluncuran aplikasi Anda minimal kelima hal diatas tidak terjadi di versi awal-awal supaya bisa lebih banyak lagi orang yang setia dan mendownload aplikasi Anda. Terutama aplikasi asal Indonesia yang berjuang di pasar global.

Selamat berjuang!

--

--

Arnold Saputra
Insight

🏝 UI/UX designer | Fearless Multimedia designer | Design Leadership | Still learning 🏝 — https://about.me/arnoldsaputra