Designer & Programmer: Sebuah cerita klasik suatu hubungan

Dwinawan
Insight
Published in
3 min readAug 1, 2016
source: pexels.com

Suatu siang, Budi (Product Manager di suatu perusahaan teknologi) memiliki ide yang cemerlang untuk membuat suatu fitur di website. Ia segera mendatangi Andi (Interaction Designer) dan Lala (UI Designer) untuk membahas perancangan fitur tersebut.

Setelah pembahasan itu selesai, Budi memberitahu Toni (Programmer) bahwa akan ada sebuah fitur baru.

Sementara itu Andi dan Lala bekerja bersama untuk membuat flow dan design dari fitur tersebut. Semua kebutuhan user dikumpulkan oleh Andi dan Lala men-translate nya menjadi UI yang super cantik.

Setelah 2 minggu, akhirnya rancangan fitur baru itu selesai. Budi, Andi dan Lala lalu mendatangi Toni. Dan menunjukkan rancangan fitur baru tersebut.

source: http://giphy.com/

Toni hanya bisa ternganga melihat design yang entah bagaimana mengimplementasinya, dan bingung, begitu mengetahui bahwa kebutuhan sistem untuk fitur tersebut sangat kompleks.

Ya, 20 menit setelah nya Toni masih ternganga.

source: pexels.com

Di tempat lain, Doni (Product Manager) memiliki ide untuk membuat suatu fitur juga. Ia langsung menjadwalkan meeting dengan Desi (Interaction Designer), Rudi (UI Designer) dan juga Candra (Programmer).

Di meeting itu, Doni menjelaskan tentang idenya kepada mereka bertiga. Setelah mereka bertiga mengetahui gambaran besarnya, akhirnya mereka mengakhiri meeting tersebut dan menjadwalkan meeting lagi dalam beberapa hari kedepan. Sambil si Desi mengumpulkan data data terkait kebutuhan user.

Di meeting berikutnya, kembali mereka berempat duduk bareng membahas tentang fitur tersebut.

source: pexels.com

Lalu mereka berempat menggambar wireframe bersama, untuk memvisualisasikan ide dari masing masing orang. Hal ini penting untuk menyamakan persepsi.

Setelah itu, proses selanjutnya beralih ke pembuatan flow dan design yang lebih detail. Dalam proses ini Rudi bekerja sama dengan Desi dan juga sambil sesekali bertanya kepada Candra, “Apakah design seperti ini mungkin untuk diimplementasi?”, “Bagaimana dengan interaksi seperti ini?”.

source: pexels.com

Komunikasi yang intens seperti ini sangat membantu Candra dalam proses pembuatan fitur. Karena di awal, Candra jadi tahu apa saja kebutuhan sistem nya, Bagaimana nanti design dan flow nya.

Dengan komunikasi yang intens seperti ini, Secara tidak langsung, juga membuat Candra nyaman untuk menyampaikan ide-ide nya dari sudut pandang seorang programmer.

Bagaimana ending dari kedua kisah yang terdapat unsur hiperbola tersebut? Anda bisa menyimpulkan sendiri :)

Sebagai seorang designer, terkadang saya ingin membuat design yang super cantik dengan interaksi yang wow. Tapi saat proses pembuatan design, sebaiknya hal itu dikomunikasikan juga dengan programmer.

Karena implementasi pasti butuh waktu, dan sebuah produk ataupun fitur pasti juga memiliki tenggat waktu kapan harus dirilis.

Jadi, sebagai designer apakah kita harus membuat design seadanya saja?, atas nama tenggat waktu?. Jawabannya, Itu bisa dikomunikasikan :)

Mungkin di tahap awal, design yang dibuat tidak terlalu cantik. Karena pada tahap awal ini menitik beratkan fungsionalitas dahulu.

Lalu nanti di tahap kedua, dari sisi desain bisa dipercantik.
Lalu di tahap ketiga, bisa menyentuh sisi interaksi atau animasi.

Sekali lagi, itu semua bisa dikomunikasikan :)

source: pexels.com

Sepertinya komunikasi selalu memegang kunci perihal lancar atau tidaknya suatu hubunguan. termasuk hubungan mu… kamu, iya kamu.

Punya cerita seru seputar hubunganmu dengan designer atau programmer, Yuk diskusi di kolom komentar :D

--

--

Dwinawan
Insight

Co-Founder Paperpillar • UI Designer • Love to create design exploration on dribbble.com/dwinawan • Have a question? find me on twitter.com/dwinawan_