Menjadi Designer Produk Digital– Generalis di Pemikiran, Spesialis di Pekerjaan

Thomas Budiman
Insight
Published in
3 min readFeb 11, 2019
Sumber foto: Unsplash

Melanjutkan seri Menjadi Designer Produk Digital, kali ini tulisan saya terinspirasi dari ngobrol-ngobrol untuk podcastnya Dimas Wibowo–Sit, Talk, Design. Obrolan yang ngalor-ngidul dan santai tersebut membawa kembali ke sebuah pesan yang sempat saya bawakan sewaktu mengisi talk di Dribbble x Gojek Meetup, yaitu Generalis di Pemikiran, Spesialis di Pekerjaan.

Sebelum melanjutkan, saya akan memberikan konteks secara singkat apakah generalis dan spesialis.

Generalis secara singkat, seseorang yang memiliki beberapa kemampuan. Kemampuannya ini bisa berhubungan dengan kemampuan utamanya atau di luar dari itu. Misalnya, seseorang designer yang bisa membuat ilustrasi, membuat animasi, koding, mengerti ini dan itu — intinya orang ini serba bisa. Konon katanya, seseorang yang generalis bisa semua hal tetapi tidak terlalu tajam pada setiap kemampuan yang dikuasainya.

Sedangkan spesialis, seseorang dengan kemampuan secara khusus/spesifik saja dan bisa dibilang dia adalah ahlinya.

Artikel ini bukan untuk meyakinkan kamu untuk memilih mana yang lebih baik antara menjadi generalis atau spesialis. Jika ini sebuah pilihan, menurut saya, ini kembali kepada ke pilihan kalian masing-masing.

Karena buat saya, apapun pilihannya, yang terpenting kalian tetap bisa melakukan yang terbaik dan berkarya.

Tetapi begini gagasan saya...

Bagaimana jika generalis dan spesialis bukan sebuah pilihan?— Bagaimana jika menjadi generalis akan melengkapi kita sebagai seorang spesialis?

Saya memiliki gagasan bahwa menjadi seorang generalis tidak selalu berbicara tentang menguasai sebuah kemampuan. Tetapi ini bisa terkait pada wawasan/pengetahuannya tanpa menjadi mahir pada suatu kemampuan.

Kotak-kotak peran

Kita tidak akan lepas dengan yang namanya sebuah kotak peran di pekerjaan kita. Sebuah kotak peran akan membuat kita lebih fokus dalam melakukan sebuah pekerjaan. Artinya, di dalam sebuah kotak peran ini kita sedang bekerja sebagai spesialis.

Saat berada di dalam sebuah kotak ini, kita perlu berhati-hati agar tidak terjebak dengan pikiran yang terkotakkan juga. Maksudnya, jika peran kita adalah designer. Kita hanya peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan design saja, bahkan bersikap menutup diri.

Kita perlu ingat bahwa peran kita hanyalah sebuah roda gerigi kecil di antara roda-roda gerigi kecil lainnya yang saling berhubungan. Artinya, kita bekerja di sebuah tim dengan orang-orang di dalamnya yang memiliki fungsi berbeda (cross-functional team). Sebut saja ada Writer, Developer, Manager, Data Scientist, Researcher dan peran lainnya yang bisa kamu sebutkan.

Disinilah “generalis di pemikiran” akan mengambil porsi untuk menciptakan sinergi di dalam tim dengan fungsi berbeda

  • Generalis di pemikiran akan membuat kita untuk selalu terbuka dengan disiplin ilmu lain. Hal ini akan membantu kita untuk memahami kacamata rekan kita jika dia memiliki pendapat yang berseberangan dengan kita.
  • Generalis di pemikiran akan membuat kita mulai berpindah dari sebuah argumentasi yang hanya berisi ilmu dari peran kita → menjadi sebuah artikulasi yang berisi ilmu dari peran kita + bumbu-bumbu empati dari disiplin ilmu lain.
  • Generalis di pemikiran akan merobohkan batasan komunikasi antara kita dengan sesama rekan tim yang berbeda peran. Kita mulai peduli dan bertanya tentang hal-yang-bukan-dari-peran-kita. Padahal hal-yang-bukan-dari-peran-kita tetap akan berhubungan dengan peran kita juga.
  • Jika kita tidak bekerja di dalam sebuah tim? Generalis di pemikiran akan membantu kita dalam berartikulasi yang baik kepada klien.

Generalis di pemikiran bukan sebuah kemampuan melainkan sebuah pola pikir.

Kita tidak perlu merasa terbeban untuk mempelajari banyak hal. Biarlah kita tetap mengalir bersama peran kita dengan membawa pola pikir ini.

Kita akan mulai peduli dengan apa yang rekan kita kerjakan.

Kita mulai memahami kesulitan apa yang dihadapi oleh rekan kita, ketimbang menjadi seseorang yang diam dan agresif memaksakan sebuah idealisme.

Kita akan mulai memperhatikan dengan baik ketika rekan kita berbicara sekalipun kita tidak mengerti. Kita mulai penasaran dan bertanya. Kita mulai mencari tahu dan mencoba untuk mengerti.

Kita akan mulai memberikan pengaruh positif kepada seluruh rekan tim kita.

Betul. Kita yang bisa memulai terlebih dahulu dengan menjadi seorang designer produk digital dengan pola pikir generalis di pemikiran, spesialis di pekerjaan.

Saya akan menulis beberapa artikel berseri tentang Menjadi Designer Produk Digital. Semoga bisa membantu teman-teman di luar sana yang sedang menekuni bidang produk digital.

Untuk podcast: Sit, Talk, Design–yang saya sebutkan di atas, berikut linknya:
Sit, Talk, Design di Spotify
Sit, Talk, Design di Instagram

--

--