[Life Experience] Part 2 — Keberangkatan ke Saudi & Proses Pembuatan Iqama

Riandy Rahman Nugraha
Insinyur Negeri Pasir
12 min readMar 14, 2020
Suasana selepas shalat subuh di Riyadh…

Setelah di artikel sebelumnya saya bercerita tentang pengalaman saya membuat visa kerja Saudi sebagai Software Engineer, pada tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman saya selanjutnya yaitu persiapan keberangkatan saya ke Saudi hingga pada akhirnya saya berhasil mendapatkan Iqama (Residence Card).

Alasan kenapa saya merasa perlu untuk menuliskan pengalaman saya ini karena ternyata cukup banyak hal-hal diluar dugaan yang terjadi selama saya mengalami proses ini. Namun alhamdulillah pada akhirnya Allah mudahkan semua proses ini bagi saya. Karena itulah barangkali lewat tulisan ini saya bisa membantu teman-teman sekalian yang mungkin saat ini sedang menjalani proses yang serupa dengan yang saya alami ketika itu. Setidaknya barangkali bisa membuat teman-teman lebih tenang dalam menghadapi prosesnya. 😃

Persiapan Keberangkatan

Setelah proses pembuatan visa selesai, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pemesanan tiket pesawat ke Saudi. Ketika itu saya menggunakan Traveloka untuk mencari tiketnya.

Setelah proses searching, pada akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket maskapai Saudia meskipun harga tiketnya jauh lebih mahal ketimbang maskapai lainnya (selisihnya yang paling murah itu~5 juta cuy dan itu untuk kelas ekonomi bukan bisnis!). Alasannya karena 3 hal:

  • Hanya Saudia yang melakukan direct flight (langsung ke Riyadh dari Soekarno Hatta), jadi durasi perjalanannya juga yang paling singkat yaitu ~9 jam.
  • Dibayarin sm Haraj, ya iyalah mikir jg gw kalau harus beli tiketnya pake uang sendiri. 😂
  • Maskapai ini nggak nge-ban Macbook Pro 15 inch tahun 2015. Yup, karena sebagian produk di seri ini di-recall oleh Apple, cuma alhamdulillahnya laptop saya bukan yang termasuk di recall, tapi tetap saja kalau di maskapai yang menerapkan ban seperti Emirates, saya harus membuktikan bahwa laptop saya nggak terkena recall programnya (dibuktikan dengan surat) atau sudah diganti baterainya (dengan membawa struk penggantian baterainya).

Pada hari keberangkatan saya juga memutuskan untuk membawa dokumen-dokumen tambahan (selain paspor & tiket) yang sekiranya diperlukan selama saya di Saudi:

  • Kontrak kerja saya yang asli yang dikirimkan oleh Haraj
  • Fotocopy ijazah, bukan yang sudah ditranslasi ke Bahasa Arab (karena translasi dokumennya diambil oleh kedutaan)
  • KTP Indonesia
  • Laporan medical checkup saya di Indonesia
  • Surat KTKLN beserta kartunya

Semua dokumen ini saya simpan di tas ransel yang saya pakai supaya mudah untuk dikeluarkan kalau-kalau diperlukan.

Keberangkatan ke Saudi

Ketika check-in di counter maskapai Saudia, selain paspor & tiket, ternyata saya juga diminta untuk menunjukkan iqama. Saya agak bingung karena gimana saya bisa punya iqama sedangkan ini keberangkatan pertama saya ke Saudi?

Akhirnya saya bilang ke petugasnya kalau ini keberangkatan pertama saya ke Saudi. Akhirnya petugasnya bilang: “Baik, boleh saya minta surat jaminan-nya?”. Saya makin bingung, apalagi ini surat jaminan? Mereka pikir saya illegal worker kah sehingga perlu surat jaminan? 😅

Akhirnya terjadilah dialog seperti berikut (nggak exact sama persis sih):

  • Saya: “Surat jaminan itu apa ya, mas?”
  • Petugas: “Oh itu surat dari penjamin di Saudi yang intinya menyatakan Bapak bekerja sebagai apa disana”
  • Saya: “Oh saya nggak dikirimin surat semacam itu dari Saudi hanya surat kontrak kerja saja, kalau saya perlihatkan kontrak kerja saya saja bisa?”
  • Petugas: “Oh iya, bisa, Pak”

Alhamdulillah saya sudah menyiapkan dokumen ini di tas ransel yang saya bawa, jadi tinggal saya keluarkan dan berikan kepada petugasnya. Alhamdulillah setelah itu mereka memproses check-in saya dan saya mendapatkan boarding pass. Tapi apakah kendalanya sudah selesai? Hehe.., ternyata belum.

Setelah perpisahan dengan keluarga terutama dengan si cinta & anak-anak, akhirnya saya menuju ke bagian imigrasi untuk persiapan boarding. Di bagian imigrasi ini saya pun diminta untuk menunjukkan paspor & kontrak kerja. Setelah itu terjadi sebuah wawancara kecil disana:

  • Petugas: “Wah, mau ke Saudi ya? Bekerja?”
  • Saya: “Iya, bekerja”
  • Petugas: “Sebagai apa?”
  • Saya: “Software Engineer”

Pada saat ini petugas mulai membaca dengan seksama isi kontrak kerja saya.

  • Petugas: “Wah, sebagai Senior Software Engineer ya?”
  • Saya: “Iya, mas”

Sampai disini alhamdulillah suasananya jadi cair, petugasnya juga jadi seems lebih ramah.

  • Petugas: “Kalau waktu di Indonesia kerja sebagai apa?”
  • Saya: “Freelance, mas. Ngerjain proyek-proyek” (Well, memang technically pekerjaan saya di mata hukum Indonesia adalah freelance, bukan pegawai swasta)
  • Petugas: “Oh yang penghasilannya gede gede dari luar negeri itu ya? Kenapa nggak lanjut disini aja?” (sambil mengembalikan paspor & kontrak kerja saya)
  • Saya: “Hahaha…, capek, mas” (Well, iya karena karena technically saya memang nggak punya hari libur & saya juga nggak punya jam kerja yang tetap, selain itu ngurusin barudak sambil ngoding meskipun full bareng-bareng sama istri tapi tetep capek jg karena nggak ada pembagian waktu yang jelas antara kerja & keluarga 😅)

Setelah wawancara selesai saya dipersilakan untuk menuju ke boarding gate.

Oh ya, pemeriksaan yang ketat kayak gini merupakan hal yang wajar ya, teman-teman. Karena memang di visa kita nggak tertulis kita bekerja sebagai apa. Dan banyak juga kasus TKI ilegal ke Arab Saudi, jadi wajar kalau pemeriksaannya ketat banget dimulai dari kita check in di counter maskapai sampai imigrasi.

Cuma memang prosedur kayak gini nggak ada informasinya sama sekali. Alhamdulillah aja semua dokumen saya taruh di ransel. Kebayang nggak kalau saya nggak memutuskan untuk menaruh dokumen-dokumen di ransel? Apalagi nggak membawa dokumennya sama sekali? 😓

Nah jadi seenggaknya sekarang teman-teman tahu kalau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan visa kerja teman-teman memang perlu dibawa.

Mendarat di Saudi

Setibanya saya di Saudi, ada 2 jenis antrian di bagian imigrasi: New & Reentry. Antrian New ini untuk orang yang baru pertama kali masuk ke Saudi seperti saya, sementara antrian Reentry untuk expat yang sudah memegang iqama atau warga negara Saudi itu sendiri.

Setelah sampai di counter imigrasi, saya diminta untuk menyerahkan paspor. Setelah itu saya difoto ditempat (saya nggak sadar juga sih, cuma tahunya pas fotonya udah ada di iqama 😂) & diambil sidik jari. Setelah itu petugasnya menuliskan deretan nomor dalam tulisan arab di paspor saya.

Nah nomor ini ternyata penting banget, teman-teman. Karena nomor inilah identitas sementara kita di Saudi sampai kita mendapatkan Iqama. Nomor ini juga yang akan kita perlukan nanti saat mengurus keanggotaan kita di Saudi Council of Engineering. Nomor ini dinamakan sebagai Border Number.

Selesai dari imigrasi & pengambilan koper saya langsung keluar ke tempat penjemputan. Ternyata saya sudah ditunggu oleh pihak Haraj. Cuma yang membuat saya takjub, selain kepala HR ternyata yang menjemput saya adalah pak CEO sendiri. Sebuah kehormatan banget sih bagi saya. 😃

Sebelum meluncur untuk makan malam bersama, saya dibelikan nomor handphone Saudi terlebih dahulu di airport. Oh ya nomor handphone ini sangat penting sekali ya, karena nanti seluruh sistem kependudukan kita (termasuk bank) akan menggunakan nomor ini sebagai acuan. Jadi harus dijaga banget nomornya jangan sampai expired atau hilang. Ketika itu saya dibelikan nomor dari Mobily. Cukup dengan menyerahkan identitas diri berupa paspor nomor tersebut sudah bisa didapatkan.

Selepas itu saya diajak untuk makan malam bersama lalu setelah itu diantarkan ke apartment yang sudah disewa oleh Haraj untuk tempat tinggal saya. Saya cukup takjub juga karena yang disewakan untuk saya adalah apartment untuk keluarga, bukan single. Alasan mereka simple, supaya nanti pada saat saya sudah membawa keluarga saya kesini, saya tidak perlu lagi repot-repot cari apartment. MasyaAllah…, semoga keberkahan bagi Haraj…😭😭😭

Medical Checkup (Lagi)

Saya diberikan waktu sekitar seminggu untuk beristirahat. Pada masa itu pula saya diminta untuk melakukan medical checkup lagi sebagai syarat pembuatan iqama.

Ketika itu saya diantar oleh perwakilan kantor ke RENAL Medical Centre untuk medical checkup. Proses medical checkup-nya sama seperti medical checkup ketika di Indonesia (rontgen, ambil darah, dan pemeriksaan fisik oleh dokter) hanya saja sekarang ditambah dengan pemeriksaan urin & stool (feses).

Ah iya, untuk medical checkup ini diperlukan pas foto sebanyak 2 lembar. Hanya saja ketika itu saya sama sekali tidak diberi tahu apapun oleh perwakilan kantor untuk membawa pas foto. Alhamdulillah saya masih menyimpan pas foto yg saya gunakan untuk pembuatan buku nikah dulu di dalam tas ransel yang saya bawa. 😂

Meskipun sudah jauh berbeda (sekarang sudah jauh lebih tembem dan bulat), tapi alhamdulillah dari pihak klinik masih mau menerima. Ah ya ketika itu yang saya serahkan adalah foto 3x4 karena adanya hanya itu, tapi seharusnya ukurannya 4x6 (atau 51mm x 51mm?). Yang jelas ketika saya melihat petugasnya menempelkan foto saya di form, tempat untuk menempel pas fotonya lebih besar ketimbang ukuran pas foto saya. Jadi buat amannya sih teman-teman bawa aja pas foto semua ukuran pas ke Saudi (3x4, 4x6, & 51mm x 51mm). 😂

Sekitar 3 hari kemudian perwakilan kantor mengabarkan pada saya bahwa hasil medical checkup-nya sudah selesai & hasilnya bagus. Alhamdulillah…

Karena hasil medical checkup-nya bagus, perwakilan kantor mengatakan saya tinggal menunggu iqama-nya selesai. Biasanya sih sekitar 3 hari, namun qadarullah pada akhirnya saya baru mendapat iqamanya setelah ~1 bulan karena berbagai kendala yang akan saya ceritakan di bagian berikutnya. 😃

Menunggu Iqama

Setelah ~1.5 minggu menunggu, qadarullah tidak kunjung ada kabar juga bahwa iqama saya sudah selesai. Setelah diselidiki oleh perwakilan kantor ternyata ada persyaratan yang kurang dari aplikasi iqama saya yaitu membership dari Saudi Council of Engineering.

Ketika itu mulai resahlah saya karena untuk join Saudi Council of Engineering ini diperlukan beberapa dokumen yang tidak saya miliki:

  1. Translasi ijazah (either dalam bahasa inggris atau bahasa arab) yang sudah di stamp oleh kedutaan saudi di Indonesia
  2. Translasi transkrip (either dalam bahasa inggris atau bahasa arab) yang sudah di stamp oleh kedutaan saudi di Indonesia

Perwakilan kantor tersebut juga kebingungan karena sebelumnya dia tidak pernah menghadapi masalah ini. Dulu ketika dia mengurus Iqama untuk teman saya yang menggunakan visa Software Engineer / Computer Programmer (مبرمج حاسب آلي), teman saya tidak diminta untuk melakukan registrasi ke Saudi Council of Engineering terlebih dulu.

Oh ya sekedar info saja, di Saudi ada 2 visa kerja yang berkaitan dengan komputer:

  1. Computer Engineer
  2. Computer Programmer (Software Engineer)

Kalau teman-teman yang alumni ITB insyaAllah ngeuh kan ya bedanya antara Teknik Komputer (EL) & Teknik Informatika (IF)? Nah ini juga sama kayak gitu, jadi Computer Engineer ini tugasnya untuk menghandle komputer secara umum tapi lebih menitikberatkan ke sisi hardware (Teknik Komputer) sementara Computer Programmer menitikberatkan sisi software (Teknik Informatika).

Cuma yang menjadi masalah adalah gelar di ijazah kita. Jadi kalau teman-teman gelarnya Bachelor of Engineering teman-teman harus membuat visa kerja sebagai Computer Engineer meskipun teman-teman adalah lulusan Teknik Informatika. Yang diperbolehkan untuk membuat visa kerja sebagai Computer Programmer adalah orang-orang yang memiliki gelar Bachelor of Science.

Nah inilah teman-teman kenapa di tulisan saya yang sebelumnya saya menyarankan teman-teman sekalian yang lulusan IF ITB untuk menerjemahkan ijazah teman-teman ke Bahasa Inggris. Karena memang gelar kita mah rancu, kalau di ijazah dalam Bahasa Indonesia gelarnya Sarjana Teknik (Bachelor of Engineering) sementara kalau diterjemahkan ke Bahasa Inggris secara official dari STEI gelarnya adalah Sarjana Sains (Bachelor of Science). 😂

Sayangnya ketika itu ijazah yang saya serahkan untuk pemrosesan visa saya adalah ijazah dalam Bahasa Indonesia yang notabene gelarnya tertulis sebagai Sarjana Teknik (Bachelor of Engineering), sehingga kemungkinan besar gelar yang tertera di translasi ijazah saya dalam Bahasa Arab adalah Bachelor of Engineering, bukan Bachelor of Science (saya nggak pernah melihat translasi ijazah saya karena ketika itu semuanya diurus oleh PT. Abul dan di akhir proses visa translasi ijazah saya tidak dikembalikan oleh kedutaan Saudi) sehingga ketika itu saya berpikir bahwa jangan-jangan memang karena masalah gelar ini.

Ada kabar burung juga dari seorang teman bahwa pemerintah Saudi sekarang ini menerapkan aturan baru bahwa untuk Computer Programmer dikategorikan sebagai engineering job sehingga diperlukan membership dari Saudi Council of Engineering ketika akan membuat iqama.

Entah yang mana yang benar, namun sepertinya yang benar adalah kabar dari teman saya tersebut, karena pada akhirnya pekerjaan saya di Iqama tetap Computer Programmer, bukan Computer Engineer.

Tapi tetap saja pada intinya saya perlu translasi ijazah & transkrip yang sudah dilegalisir oleh Kedutaan Saudi untuk submission saya ke Saudi Council of Engineering sebagai member. 😅😅😅

Proses Join Saudi Council of Engineering

Ketika mendapati masalah ini, terbesit dalam pikiran saya barangkali memang bukan rezeki saya buat kerja di Saudi. Yo wis lah gak apa-apa toh memang niat saya dari awal juga cuma pengen ngerasain aja gimana sih tinggal di Saudi. Kalau kerasan ya lanjut kalau enggak ya udah tinggal balik lagi aja ke Indonesia buat lanjutin sekolah di ITB.

Artinya ya memang nothing to lose sih buat saya. Jadi ya udah jalanin aja, barangkali nantinya saya bisa share pengalaman unik saya ini ke teman-teman yang memang berencana buat berangkat ke Saudi. Akhirnya dengan mindset seperti ini saya putuskan untuk menjalani saja prosesnya.

Hal yang pertama yang perlu saya lakukan adalah berikhtiar untuk membuat translasi ijazah. Ada 2 hal yang saya lakukan pada step ini yaitu kontak PT. Abul untuk meminta mereka membuatkan lagi translasi ijazah saya dan juga membuat translasi ijazah di Saudi dengan bantuan kantor.

Kenapa kok saya melakukan double job begitu? Yap karena saya pribadi nggak terlalu yakin dengan PT. Abul karena memang pengurusan dokumen ini memang bukan spesialisasi mereka dan pada akhirnya kekhawatiran saya ini memang terbukti benar karena setelah iqama saya selesai pun dokumennya belum selesai. Jadi ya semacam Plan A & Plan B gitu. Toh memang nothing to lose ini (ya paling hanya hilang uang beberapa juta aja sih tapi ya sudahlah memang harga yang pantas untuk sebuah pengalaman yang nggak setiap orang bisa merasakan). 😃

Oh ya pada step ini pihak kantor sama sekali nggak ngeuh kalau saya memerlukan legalisir dari pihak Kedutaan Saudi di Indonesia meskipun saya sudah berusaha untuk menjelaskan keadaan saya berulang kali pada mereka. Kenapa? Ya karena kalau teman-teman saya yang lain yang dilegalisir adalah ijazah asli mereka. Jadi bukan translasinya yang dilegalisir. Nah jadi pihak kantor pada titik ini menganggap saya sudah memegang ijazah yang dilegalisir oleh Kedutaan Saudi di Indonesia. 😅

Jadi ketika itu kantor meminta saya untuk menyerahkan hasil scan dari ijazah saya untuk dibuatkan translasinya dalam Bahasa Arab. Yo wis lah akhirnya saya kasih aja scan ijazah saya yang masih dalam Bahasa Indonesia karena memang adanya cuma itu. Ternyata setelah diberikan ke translator, translatornya tidak bisa membuat terjemahannya karena dia tidak paham Bahasa Indonesia. Akhirnya saya diminta untuk mentranslasikan ijazahnya ke Bahasa Inggris dulu. 😂

Yo wis akhirnya saya translasikan sendiri ijazah saya ke Bahasa Inggris. Ketika itu saya dibantu oleh teman saya Habibie Faried untuk melakukan translasinya dengan melihat hasil translasi ijazahnya yang dilakukan oleh STEI. Setelah translasi ke Bahasa Inggris selesai, sayapun langsung menyerahkannya ke pihak kantor.

Besoknya, translasi ijazah saya dalam Bahasa Arab sudah selesai. Saya diminta untuk mengupload ijazah itu ke situs Saudi Council of Engineering beserta dokumen-dokumen lainnya yaitu:

  • scan ijazah asli
  • scan bagian belakang ijazah yang sudah dilegalisir oleh Kedutaan Saudi di Indonesia => karena ijazah saya nggak dilegalisir ya sudah halaman kosong aja yang saya upload, tapi harusnya bentuknya mirip seperti ini => ini punya Habibie Faried sewaktu dia apply visa kerja ke Dubai
  • scan translasi ijazah dalam Bahasa Arab
  • scan transkrip dalam Bahasa Inggris => saya menggunakan transkrip dalam Bahasa Inggris yang memang diberikan oleh ITB saat penyerahan ijazah (cuma translasi ijazah dalam Bahasa Inggrisnya memang nggak dikasih sama ITB).
  • scan paspor
  • scan employee certificate => surat keterangan dari pihak kantor yang menyatakan bahwa memang benar saya adalah karyawan di Haraj
  • scan surat pernyataan pendaftaran sebagai anggota ke Saudi Council of Engineering => ini disediakan di situsnya Saudi Council of Engineering, jadi kita tinggal download, print, tanda tangan lalu di scan (kalau saya difoto sih nggak di scan)
  • scan engineering society membership (optional) => disini saya memasukkan sertifikat AWS yang saya miliki
  • C.V (optional)

Walaupun seems hopeless tapi ya sudahlah nothing to lose. Akhirnya semua dokumen saya submit.

Setelah seminggu berlalu, masih tidak ada kabar juga dari Saudi Council of Engineering. Akhirnya saya putuskan untuk ngobrol langsung dengan Pak CEO tentang kemungkinan kalau saya pulang ke Indonesia. Intinya cuma pengen ngobrol aja memungkinkan atau nggak ketika saya kembali ke Indonesia saya masih tetap di Haraj tapi statusnya menjadi Remote Worker lagi.

Nah barulah disini Pak CEO bertanya alasan saya kenapa kok membicarakan hal seperti ini. Akhirnya saya jelaskan pada beliau bahwa kemungkinan besar aplikasi keanggotaan saya di Saudi Council of Engineering akan ditolak karena ada dokumen yang tidak bisa saya lengkapi yaitu legalisir ijazah oleh Kedutaan Saudi di Indonesia. Barulah pada saat itu Pak CEO paham dengan keadaan yang saya alami dan beliau meminta saya untuk sabar menunggu beberapa hari lagi, kalau masih juga tidak ada kabar maka beliau akan turun tangan secara langsung untuk menyelesaikan masalah ini.

Setelah beberapa hari berlalu memang tidak ada kabar. Akhirnya beliau pun turun tangan untuk menyelesaikan masalahnya. Alhamdulillah sekitar 3 hari kemudian saya mendapatkan notifikasi bahwa ada beberapa data yang perlu diperbaiki di form submisi saya, setelah saya submit lagi besoknya alhamdulillah saya mendapatkan notifikasi bahwa keanggotaan saya di Saudi Council of Engineering diterima. Alhamdulillah itu artinya saya bisa melanjutkan proses pembuatan iqama saya.

Ah ya pada titik ini pengurusan translasi ijazah & transkrip yang saya serahkan ke PT. Abul tidak berjalan dengan baik. Ya saya juga maklum sih karena memang spesialisasi mereka bukan di bidang itu. Saya sarankan sih nanti teman-teman mending urus sendiri aja prosesnya legalisir ijazahnya pada saat awal.

Ah ya saya juga nggak merekomendasikan pakai agen sih kalau untuk pengurusan legalisir ijazah. Kenapa? Ya karena memang akan jauh lebih worth it terutama dari sisi experience kalau teman-teman melakukannya sendiri, karena jadi lebih tahu prosesnya dan pada akhirnya ngebuat teman-teman bisa lebih pede kalau kedepannya ketemu masalah seperti ini. Untuk proses legalisir ijazah ini kayaknya mirip-mirip sih untuk semua negara. Intinya perlu ada cap dari dikti, cap dari kemenkumham, cap dari kemenlu, dan cap dari negara yang teman-teman tuju. 😃

Mendapatkan Iqama

Sekitar seminggu kemudian alhamdulillah saya mendapatkan Iqama saya. Iqama tersebut dikirimkan ke kantor melalui layanan pos Saudi.

Cuma setelah saya periksa dengan seksama ternyata ada kesalahan nama saya pada tulisan Arabnya. Setelah coba saya tanyakan ke bagian HR mereka mengatakan insyaAllah tidak akan ada masalah. Yang terpenting tulisan latinnya benar sesuai dengan apa yang tertulis di paspor.

Memang sih so far tidak ada masalah sih, bahkan saya buka rekening bank saja bisa. Mudah-mudahan kedepannya juga demikian. 😃

Alhamdulillah setidaknya sekarang saya bisa explore Saudi lebih lama lagi. 😃

--

--

Riandy Rahman Nugraha
Insinyur Negeri Pasir

Love to learn something new. Insight hunter. Engineering Manager @haraj.