[Life Experience] Umroh Menggunakan Mobil Pribadi

Riandy Rahman Nugraha
Insinyur Negeri Pasir
9 min readMar 19, 2022
Perjalanan ke Mekah dengan mobil pribadi

Salah satu keuntungan tinggal di Arab Saudi adalah kemudahan untuk melakukan umroh, salah satunya dengan menggunakan mobil pribadi.

Pada tulisan ini kami ingin berbagi tentang pengalaman kami sekeluarga melakukan perjalanan umroh dengan menggunakan mobil pribadi dari Riyadh ke Mekah dan begitu juga perjalanan pulangnya.

Sebenarnya perjalanan yang akan kami ceritakan ini adalah perjalanan kedua kami dengan menggunakan mobil pribadi. Di perjalanan kedua inilah kami baru bisa sreg untuk berbagi pengalaman kami. Jujur saja di pengalaman pertama banyak hal-hal pahit yang kami alami. Jadi tidak mood saja rasanya untuk diceritakan. Haha..😅

Kami ingin berbagi strategi dan pengalaman apa saja yang kami alami selama umroh kali ini. Barangkali ada dari teman-teman sekalian yang saat ini sedang merencanakan umroh bersama keluarga merasa terbantu dengan kisah yang akan kami sampaikan ini.

Kami melakukan perjalanan umroh ini pada tanggal 11–13 Maret 2022. Tepat di penghujung musim semi di bulan Sya’ban.

Persiapan Keberangkatan

Dua concern terbesar kami ketika melakukan perjalanan umroh adalah akomodasi hotel dan tempat parkir.

Pada perjalanan kami sebelumnya, kami memilih untuk menginap di salah satu hotel yang terdapat di dalam menara jam mekah. Walaupun sangat mudah bagi kami untuk mencapai Masjidil Haram (literally hanya tinggal melangkah keluar dari gedung menara jam) tapi ada beberapa hal yang membuat kami merasa kurang nyaman:

  • Sulitnya mendapatkan tempat parkir => Kami terpaksa harus memarkirkan mobil kami di daerah Kudai yang cukup jauh dengan Masjidil Haram (perlu naik bus atau taksi). Sekedar info, daerah Kudai ini memang daerah yang dijadikan oleh pemerintah Kota Mekah sebagai tempat parkir untuk para pengunjung Masjidil Haram, namun jaraknya itu yang cukup jauh dengan Masjidil Haram.
  • Sulitnya akses internet => Sulit untuk mendapatkan sinyal HP yang reliable di Masjidil Haram, apalagi sinyal yang kuat untuk internet. To be clear sebenarnya pihak hotel juga menyediakan public wifi, tapi kami pribadi sangat menghindari penggunaan public wifi karena sangat rentan untuk diretas.
  • Pilihan makanan yang terbatas => Maklum perut kami masih perut orang Indonesia, walaupun banyak restoran cepat saji yang terdapat di daerah Haram, kami lebih prefer untuk makan nasi putih bersama lauk pauknya. Sayang restoran Indonesia (Graha Grapari) yang ada di dalam mal gedung menara jam ketika itu masih tutup, jadi tidak terlalu banyak restoran yang sesuai dengan perut kami. Terlebih lagi karena kami ada di lingkungan Masjidil Haram, kami tidak bisa melakukan delivery order dari restoran-restoran yang menyediakan masakan Indonesia.

Berangkat dari pengalaman ini, akhirnya kami memutuskan untuk mencari hotel yang dekat dengan daerah Kudai. Alhamdulillah ternyata ada satu hotel yang sangat dekat dengan Kudai yang ternyata juga menyediakan free shuttle service ke Masjidil Haram. Hotel tersebut bernama Le Meridien Tower Makkah.

Diambil dari welcomesaudi.com

Tanpa berpikir panjang, kami putuskan untuk booking hotel tersebut dengan menggunakan aplikasi Booking.com (bukan bermaksud untuk endorse ya, cuma memang ini aplikasi andalan kami untuk booking hotel).

Oh ya, sebelum kami booking hotel, kami sudah terlebih dulu mendapatkan izin untuk umroh lewat aplikasi Eatmarna. Alhamdulillah si sulung juga sudah bisa ikut umroh karena sudah lengkap vaksin covid-nya. Setelah izin sudah kami dapatkan, barulah kami melakukan booking hotel.

Selain persiapan logistik ketika stay di Mekah, kami juga mempersiapkan bekal makanan selama perjalanan. Bekal makanan ini sangat penting karena walaupun dalam perjalanan cukup banyak rest area, tapi cukup jarang terdapat restoran disana.

Kami memilih untuk membawa fried chicken dari Al-Baik sebagai bekal. Di perjalanan sebelumnya kami memilih nasi ayam dari restoran Al-Romansiah. Namun sayangnya karena ini makanan basah, nasinya berubah menjadi basi di tengah perjalanan. Inilah alasan kami memilih fried chicken sebagai bekal di perjalanan kami kali ini, selain anak-anak menyukainya, makanannya juga relatif kering sehingga lebih tahan lama.

Keberangkatan ke Miqat

Karena kami akan melakukan umroh, kami perlu berangkat terlebih dulu ke Miqat untuk berihram. Karena kami tinggal di Riyadh, maka Miqat kami adalah sebuah daerah yang bernama Al-Sail Al-Kabir.

Perlu perjalanan sekitar 9 jam untuk mencapai Al-Sail Al-Kabir dari Riyadh dengan menggunakan mobil. Kami berangkat dari Riyadh sekitar pukul 02:00 (dini hari) di Hari Jum’at dan sampai di Miqat sekitar pukul 10:30.

Rute menuju Al-Sail Al-Kabir dari Riyadh

Selama perjalanan alhamdulillah banyak terdapat rest area yang bisa kami gunakan untuk rehat sejenak dan mengisi bensin. Berikut ini adalah rest area yang kami singgahi selama perjalanan dari Riyadh ke Al-Sail Al-Kabir:

Tempat parkir di Al-Sail Al-Kabir

Setelah kami sampai di Al-Sail Al-Kabir kami memutuskan untuk shalat jum’at disana. Selain itu kami juga membeli baju ihram untuk anak sulung kami disana, harganya relatif murah hanya 35 riyal.

Keberangkatan ke Mekah

Setelah urusan kami di Al-Sail Al-Kabir selesai, barulah kami melanjutkan perjalan menuju Mekah. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 90 menit. Kami berangkat sekitar pukul 14:00 dari Al-Sail Al-Kabir dan sampai di Mekah sekitar pukul 15:30.

Menuju Mekah dari Al-Sail Al-Kabir

Sesampainya di Mekah kami tidak langsung menuju hotel karena kami baru bisa check-in pada pukul 16:00. Akhirnya kami berkeliling kota dulu sampai waktu check-in tiba.

Check-In Hotel

Ketika kami sampai di hotel pada pukul 16:00 ternyata tempat parkirnya sudah penuh. Maklum hari Jum’at (weekend). 😅

Akhirnya kami putuskan untuk split up, saya pergi untuk mencari tempat parkir sementara istri bersama anak-anak melakukan check-in.

Setelah keliling kesana kemari alhamdulillah saya menemukan tempat parkir di pinggir jalan yang berseberangan dengan hotel. Sebenarnya hotel tersebut posisinya sangat dekat dengan Kudai, tapi tetap saja kalau jalan kaki ya lumayan juga apalagi bawa koper dan barang anak-anak. Selain itu banyak juga ternyata tamu hotel yang memarkirkan mobilnya di tempat itu.

Alhamdulillah ketika saya sampai kembali di hotel, istri sudah menyelesaikan proses check-in sehingga kami bisa langsung masuk ke kamar hotel.

Diluar dugaan ternyata kamar hotel yang kami sewa sangat bagus sekali. Padahal harganya sama dengan harga yang kami bayarkan ketika menginap di hotel yang berada di clock tower dulu. 😅

Selain itu sinyal internet juga sangat lancar dan kami juga bisa delivery order dari restoran Indonesia lewat aplikasi Jahez. Wah menang banyak deh pokoknya. Alhamdulillah…😃

Alhamdulillah bisa pesan masakan Indonesia..

Melaksanakan Umroh

Jadwal umroh saya dan si sulung adalah hari Sabtu pukul 08:00. Sementara jadwal umroh istri pada awalnya adalah pukul 10:00. Namun karena ada rumor bahwa anak balita boleh dibawa umroh (artinya si bungsu bisa ikut kami umroh), akhirnya istri memutuskan untuk mengubah jadwal umrohnya ke pukul 08:00. Sayangnya ini adalah keputusan yang keliru karena rumor ini tidak benar.

Setelah selesai bersiap, kami semua pergi ke Masjidil Haram dengan menggunakan shuttle bus yang sudah disediakan oleh hotel. Hanya dalam waktu sekitar 5–10 menit kami sudah sampai di Masjidil Haram.

Ketika kami mau masuk ke pintu untuk umroh qadarullah anak kami yang bungsu tidak diperbolehkan untuk ikut karena tidak memiliki izin untuk umroh. Akhirnya disepakati bahwa saya dan si sulung yang melakukan umroh terlebih dulu, sementara istri dan si bungsu menunggu di luar masjid.

Alhamdulillah semua proses umrohnya berjalan dengan lancar. Tidak disangka si sulung bisa umroh dengan sangat kalem walaupun harus thawaf dan naik turun bukit Safa dan Marwa. Padahal bapaknya saja sudah merasa gempor. 😅

Si sulung setelah shalat ba’da thawaf

Pada pukul 10:01 saya dan si sulung sudah bisa berkumpul kembali dengan istri dan si bungsu. Namun karena izin umroh istri untuk sudah diubah ke pukul 08:00, izin-nya sudah expired tepat pada pukul 10:00. Ini artinya istri sudah tidak diperbolehkan lagi masuk ke Masjidil Haram untuk umroh. Kalaupun ingin membuat izin baru juga sudah tidak bisa lagi karena ada syarat minimum tunggu 10 hari dari izin umroh sebelumnya.

Ini pelajaran berharga sekali untuk kami sih. Seharusnya kami tidak semudah itu percaya pada rumor yang baru saja beredar.

Pada awalnya istri sudah cukup hopeless dan berusaha untuk mencari cara lain untuk umroh. Namun saya bersikukuh agar istri mencoba untuk masuk ke dalam masjid dulu. Karena kalau di Saudi wanita itu sangat diistimewakan dan dihormati, jadi banyak kelonggaran-kelonggaran yang diberikan pada mereka. Yah kalaupun tidak berhasil ya tidak apa-apa juga. Tapi setidaknya kan sudah mencoba.

Ketika itu saya sudah pasang badan untuk nego dengan petugasnya. Cuma alhamdulillah tanpa perlu nego apapun istri saya langsung diperbolehkan masuk ke dalam masjid walaupun permitnya sudah expired. Alhamdulillah, memang rezekinya istri untuk umroh.

Akhirnya saya dan anak-anak menunggu di luar masjid. Tidak lama kemudian anak-anak meminta untuk pulang ke hotel. Maklum memang mataharinya cukup menyilaukan dan membuat gerah sih. Setelah berkomunikasi dengan istri lewat SMS (karena sinyal internet tidak reliable), akhirnya saya dan anak-anak pulang duluan ke hotel menggunakan bus shuttle yang disediakan oleh hotel.

Sesampainya di hotel, si sulung langsung saya gundul dengan menggunakan alat cukur yang sudah kami bawa.

Tadinya setelah istri selesai umroh, saya ingin mengajak anak-anak kembali ke Masjidil Haram. Qadarullah mereka menolak karena merasa lelah. Ya wajar sih saya saja yang sudah dewasa pun merasa sangat lelah. Akhirnya istri sepakat untuk langsung pulang ke hotel.

Sesampainya istri di hotel, giliran saya yang kembali lagi ke Masjidil Haram untuk bertahalul. Istri tidak berani katanya untuk mencukur gundul rambut saya. Jadi saya perlu kembali lagi ke Haram untuk tahalul di tempat cukur langganan saya. 😂

Kepulangan ke Riyadh

Kami pulang ke Riyadh di hari Ahad pagi sekitar pukul 08:00. Karena tidak perlu lagi melewati Miqat, kami bisa langsung menuju Riyadh. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 10 jam.

Perjalanan menuju Riyadh

Sebenarnya ini adalah perjalanan pertama kami dari Mekah ke Riyadh dengan mobil pribadi. Di perjalanan umroh sebelumnya kami mampir ke Madinah dulu.

Berbeda dengan perjalanan dari Madinah ke Riyadh, perjalanan dari Mekah ke Riyadh sangat banyak rest area. Setiap beberapa puluh kilo mesti ketemu satu rest area yang bagus. Kalau dulu dari Madinah ke Riyadh rest area itu sangat jarang ada, kami dulu baru bisa menemukan rest area setelah ~450 km dari Madinah dan itupun rest areanya kurang terawat juga. Disamping itu banyak sekali juga checkpoint (pemeriksaan oleh petugas) selama perjalanan ketika itu. Kami benar-benar kapok deh untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil pribadi dari Madinah ke Riyadh. Mending naik pesawat. 😅

Nah karena di perjalanan dari Mekah ke Riyadh banyak rest area, perjalanan menjadi cukup enjoyable. Alhamdulillah ketika Maghrib kami sudah bisa sampai di Riyadh.

Berikut ini adalah daftar rest area yang kami singgahi:

Daftar ini tidak lengkap karena ada beberapa rest area yang saya lupa untuk simpan koordinatnya. 😅🙏🏻

Oh ya ketika kami keluar dari Mekah, kami diarahkan oleh Google Maps untuk melewati King Fahd Road. Nah ternyata jalan ini melewati suatu daerah pegunungan batu yang mirip seperti pegunungan alpen Kanada ketika musim panas. Bahkan kami juga sempat melihat ada kereta gantung disana. Nama daerahnya adalah Al-Hada.

Walaupun pemandangannya sangat indah, jalannya itu sangat mengerikan, teman-teman. Bayangkan jalan di Puncak (Bogor) tapi jauh lebih menanjak dan berkelok-kelok. Nah kira-kira seperti itulah jalannya. 😅

Sayang dokumentasi daerah Al-Hada ini ada di HP kami yang rusak jadi tidak bisa kami bagikan disini. Tapi masyaAllah sangat indah sekali tempatnya.

Total Biaya

Total biaya yang kami keluarkan untuk perjalanan ini adalah sekitar 2000 riyal. Rinciannya adalah sebagai berikut:

  • Hotel (2 malam): 1210 SAR
  • Konsumsi dan logistik (3 hari): 420 SAR
  • Bensin (PP): 360 SAR

Total: 1990 SAR = ~2000 SAR

Inilah kisah umroh kami dengan menggunakan mobil pribadi, teman-teman. Mudah-mudahan kisah kami ini bisa bermanfaat untuk teman-teman sekalian yang sedang merencanakan umroh bersama keluarga dengan menggunakan mobil pribadi. 😃🙏🏻

--

--

Riandy Rahman Nugraha
Insinyur Negeri Pasir

Love to learn something new. Insight hunter. Engineering Manager @haraj.