Mengenal Sorry Syndrome, Kebiasaan yang Bisa Bikin Kamu Terlihat Kurang Percaya Diri

Inspigo
Inspigo
Published in
4 min readDec 16, 2022

Sering minta maaf terus-menerus? Bisa jadi kamu mengalami sorry syndrome

Inspigoers, pernah dengar sorry syndrome alias kecenderungan seseorang untuk meminta maaf secara berlebihan?

Seperti karakter Mpok Minah di sitkom Bajaj Bajuri yang selalu mengawali pembicaraan dengan meminta maaf, padahal dia nggak salah apa-apa.

Atau bagi kamu yang selalu menyematkan kata maaf saat mengirim pesan singkat ke senior, maupun atasan kerja.

Meminta maaf menjadi budaya turun temurun khususnya di Indonesia. Namun, sadarkah kamu bila mengucapkan maaf secara berlebih justru menurunkan rasa percaya diri?

Selain itu, ada beberapa ciri lain tentang sorry syndrome ini. Mulai dari merasa kurang nyaman, merasa sangat bersalah terhadap kesalahan kecil, bahkan meminta maaf untuk hal yang merupakan kesalahan orang lain.

Lantas, kenapa sorry syndrome selalu melekat di dalam kehidupan kita? Apa benar jika fenomena ini bisa menurunkan kepercayaan diri? Selengkapnya, temukan jawabannya di artikel ini, Inspigoers.

Apa Penyebab Sorry Syndrome?

Adanya trauma di masa lalu bisa menjadi cikal bakal sorry syndrome (Foto oleh Freepik)

Terdapat beberapa alasan penyebab datangnya sorry syndrome yang membuatmu meminta maaf secara terus-menerus. Berikut adalah penjelasannya dari psikoterapis Juliana Breines:

Pertama, sorry syndrome dapat terjadi karena trauma atau rasa sakit yang kita alami di masa lalu. Hal-hal tersebut memang nggak bisa langsung dihindari, namun nggak ada salahnya untuk selalu optimis, sehingga membuat diri kita lebih berharga.

Kedua, sorry syndrome juga dapat disebabkan oleh perbedaan gender. Hal ini didasari studi yang dilakukan Karina Schumann dan Michael Ross bahwa wanita cenderung lebih banyak meminta maaf ketimbang pria. Temuan ini diyakini karena wanita akan berkata lebih jujur, sedangkan pria perlu menimbang-nimbang sebelum meminta maaf.

Ketiga, sebagai tanda self-esteem atau menurunnya harga diri. Seseorang terbiasa merasa takut dan khawatir dalam bertindak akibat menurunnya harga diri dapat menyebabkan sorry syndrome. Oleh karena itu, Juliana menyarankan agar kita memiliki harga diri yang baik, sehingga terhindar dari perasaan sorry syndrome.

Sejumlah alasan lain di balik sorry syndrome adalah keinginan untuk bertanggung jawab terkait hal yang dilakukan. Contohnya, sewaktu kanak-kanak, kita pernah nggak sengaja melakukan kesalahan yang membuat hubungan antar teman kita menjadi renggang. Jadi, kita punya keinginan maaf yang tinggi.

Cara Alternatif untuk Atasi Sorry Syndrome

Mengucapkan terima kasih alih-alih mengatakan maaf adalah cara yang tepat (Foto oleh Freepik)

Di saat kamu mengalami sorry syndrome, bukan sekadar untuk menghindari ucapan kalimat meminta maaf, melainkan kamu dapat memahami alternatif tindakan untuk mengatasi kebiasaan itu seperti yang telah Inspigo jelaskan di bawah ini.

1. Ucapkan kalimat terima kasih sebagai penggantinya

Inspigoers, coba deh ganti kalimat maaf kamu dengan ucapan terima kasih. Memang terdengar asing, namun makna berterima kasih di sini adalah membuat lawan bicara kamu merasa dihargai, sehingga kamu juga akan merasa nyaman.

2. Tempatkan permintaan maaf pada waktu yang tepat

Permintaan maaf yang tulus dapat membantumu menghilangkan permusuhan dan mendorong terciptanya persahabatan. Namun, pilihlah waktu yang tepat untuk melakukan permintaan maaf. Misalnya, ketika kamu telah melakukan kesalahan, atau membuat orang lain merasa kecewa karena kamu datang telat saat melakukan janji.

3. Hindari kekeliruan atau kesalahan

Pelan-pelan, bisa yuk menghindari kelalaian. Jika dilakukan terlalu sering maka akan berujung kepada permintaan maaf yang berlebihan. Oleh karena itu, usahakan agar tetap fokus dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga kamu akan terhindar dari hal tersebut.

4. Menyadari suatu ketidaksempurnaan

Kamu nggak perlu setiap hari harus meminta maaf karena sedang sakit atau memiliki keterampilan kerja yang masih perlu kamu kembangkan. Yang kamu perlu sadari adalah tetap percaya diri akan ketidaksempurnaan itu dan bukan membuat hal tersebut menjadi pemicu datangnya sorry syndrome.

5. Mendapatkan dukungan profesional

Tapi, kalau kamu masih merasa bersalah dan akhirnya selalu meminta maaf secara berlebihan baik itu di media sosial ataupun di kehidupan nyata, mencari dukungan profesional merupakan jalan terbaik. Hubungi psikolog atau psikiater terdekat di tempat tinggalmu, sehingga kamu akan merasa nyaman dan kembali percaya diri.

Punya kepercayaan diri yang tinggi memang bisa mengatasi sorry syndrome. Latih potensi yang kamu miliki, sehingga akan meningkatkan kepercayaan diri. Kamu bisa dengerin podcast dari Ucita Pohan, seorang penyiar radio yang punya pengalaman segudang dalam menciptakan kepercayaan diri. Dengarkan tipsnya, hanya di aplikasi Inspigo!

Ketuk banner untuk mendengarkan podcast di aplikasi Inspigo!

Ajak juga team kamu untuk bisa upskilling bersama dengan 1000+ bite-sized learning contents oleh para pakar yang berpengalaman. Gunakan sekarang! Eksklusif melalui platform Inspigo for Business.

Ketuk banner untuk mendaftar Inspigo for Business

Temukan inspirasi kapan saja dan di mana saja dengan mendengarkan podcast Indonesia dari Inspigo — Inspiration on the go. Dapatkan skill dan knowledge dari banyak orang hebat melalui aplikasi Inspigo yang dapat diunduh di Google Play Store, Apple App Store atau Huawei App Gallery

Selalu up-to-date konten terbaru Inspigo dengan ikuti kami di Instagram, Facebook, Twitter, atau LinkedIn.

--

--

Inspigo
Inspigo

Dapatkan inspirasi & skill baru lewat berbagai topik menarik, kapan, dan di mana saja.