11 Hal yang Paling “berkesan” di Film Tahun 2017

Asra Wijaya
ISH Review
Published in
6 min readJan 5, 2018

Tanpa basa-basi langsung hantam ke papan skor:

  1. Mija di Film Okja

Mija menjadi sosok terfavorit dalam ingatan saya. Sorot mata dan raut mukanya yang tegar dan bersemangat itu membuat saya kagum lagi senang. Adegan ketika Mija memutuskan menemui Okja, babi raksasa nan mirip hippopotamus itu, layaknya seorang samurai yang siap menghunus katana ke tubuh musuh. Berlari menuruni bukit, berlari mengejar “pencuri” Okja ke jantung kota Seoul. Berlari. Mungkin signature Bong Joon ho(sutradara): berlari ini, menjadi pernik yang punya ikatan emosional dengan masa kanak-kanak saya. Ketika berlari, Mija lebih keras dari pembatas-pembatas, sekat-sekat. Bahkan dinding kaca fiber itu pecah berderai dihadapan badannya yang mungil itu(literal).

2. Adegan Menari Ayah dan Anak dalam film The Battleship Island

The Battleship Island mirip dengan Sweet 20 dalam mengaduk-aduk perasaan. Porsi tawa dan duka ditempatkan dengan cermat dan ditransisikan secara halus. Adegan ketika Sang Ayah menari dengan anak perempuannya itu berhasil bikin saya meneteskan air mata sedih.

3. Sopir Taksi dalam A Taxi Driver

Song Kang-ho adalah aktor hebat dari Korea. Kali ini dia berperan sebagai seorang sopir taxi (Kim Man-seob) di kawasan Gwang-ju. Kostum kuning dan mobil hijaunya mengesankan keceriaan dan keluguan. Karakter sang sopir yang ceroboh, pragmatis, lantas berkembang dan tumbuh menjadi pemberani. Man-seob ialah kelas pekerja yang tidak peduli soal politik, namun harus terlibat dengan pusaran tragedi dan kekerasan. Sisi manusiawi dan psikologis manusia yang tumbuh dan goyah tertiup angin di tengah tragedi militerisme.

4. Martin dalam film Killing of The Sacred Deer

Martin mungkin adalah masa remaja seorang Joker. Remaja peneror kehidupan keluarga seorang dokter. Sebuah kesalahan di masa lalu sang dokter harus dibayar dengan syarat nan tragis. Alkisah, Ayah Martin meninggal ketika dibedah jantungnya oleh sang dokter. Perlahan Martin membalas ‘kematian’ itu dengan keadilan versi cerita Yunani. Barry Keoghan, pemeren Martin ini, amat saya sukai. Ketenangan ekspresi namun menghantui ala Martin tak terlupakan. Dia bukan tipe psikopat yang beku ala Javier Bardem di film No Country for Old Man. Bukan pula jenis ekspresif yang hiperaktif ala Heath Ledger dalam The Dark Night. Martin adalah remaja yang terlihat polos namun kuat dan percaya diri. Adakah dia reinkarnasi dari Hannibal Lecter? Tidak tahu.

5. Pemeran Kakek Tunanetra dalam film Night Bus

Setelah menang sebagai Film Terbaik FFI 2017. Night Bus ditayangkan lagi di bioskop. Saya suka film ini karena tema bus malam begitu dekat dengan kehidupan saya. Di perjalanan, mulai dari naik bus sampai konflik pecah, saya menantikan celotehan dari Sang Kakek Tunanetra itu. Beliau menjadi tokoh yang mengantarkan humor ke dalam ketegangan. Adegan terfavorit adalah ketika si Kakek menampar keras pipi pemimpin kelompok bersenjata. Film ini mengangkat problem konflik gerakan separatis dan isu fanatisme agama.

6. Lagu “la hape jodo” dan Frasa “soto ayam” dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak

Marlina adalah kesuksean. Film ini banyak menuai pujian mulai dari skenario yang apik, sinematografi yang indah, juga scoring yang mantap. Bahkan disebut oleh situs luar negeri sebagai genre baru : satay western. Film tentang perjalanan seorang Janda bernama Marlina yang dirampok dan diperkosa di rumahnya sendiri, mencari keadilan. Sehabis menonton Marlina, soto ayam menjadi kosakata baru yang sering di ucapkan. Misalkan ada kawan yang bertanya, “Makan apa?” “ Nitip apa” atau mungkin “Kapan” jawabnya satu : Soto Ayam !(sebagai pengganti teh botol Sosro). Dengan logat yang Di Sumba-sumbakan. Kemudian nyanyian rakyat yang disenandungkan oleh beberapa tokoh dalam film ini lantas kureka-reka ulang.. Nanananana… pajua Ere.. Nanananana pajua Ere..

7. Lagu “Hey Hey Siapa Dia” di film Sweet 20

Tatjana Saphira adalah orangnya yang menjadi peran utama dalam film buat ulang dari Miss Granny. Beberapa lagu Ia nyanyikan untuk mengisi soundtrack film yang bernuansa retro ini. Suara jernih-inosen Tjana kala menyanyikan lagu Payung Fantasi selalu terngiang di benak saya bahkan sampai beberapa hari setelah menonton Sweet 20. Mungkin karena Tjana menyanyikan lagu ini dengan teknik vokal sederhana namun disertai rasa yang penuh dan dalam.

8. Khaled dalam film The Other Side of Hope

Film karya Aki Kaurismaki dari Finlandia ini bertema kemanusiaan di tengah pengungsian. Sisi lain dari harapan diangkat ke layar film lewat cerita sederhana tentang imigran gelap. Ekspresi Khaled yang diperankan oleh Sherwan Haji di akhir film ini sungguh indah. Sebuah raut muka putus asa, pasrah sekaligus puas. Khaled yang mengungsi dari Syiria ke Helsinki menjalani kehidupan baru di dunia asing. Hasrat bertahan hidupnya diuji dengan kerinduan kepada keluarga, persoalan identitas penduduk, serta kriminalisasi bermotif ras.

9. Young-hee dalam On the Beach at Night Alone

Saya punya ketertarikan tersendiri kepada film-film Hong Sang-soo. Kim Min-hee juga. Penampilan bagus Kim Min hee lewat The Handmaiden karya Park Chan wook tahun lalu dilanjutkan dengan gemilang di On te Beach at Night Alone. FYI, di film ini Kim Min-hee memperoleh penghargaan Silver Bear for Best Actress di 67th Berlin International Film Festival. Seorang perempuan yang mencintai suami orang lain (seperti dalam lagu dangdut Indonesia itu) begitu lugas dan fasih mengutarakan kalimat-kalimat cerminan kegalauan dirinya. Di tepi pantai Young-hee bertanya-tanya,” Apakah dia merindukanku, layaknya aku merindukan dirinya? Di film ini Young hee berkontemplasi mengenai kehidupannya, makna cinta dan identitas diri.

10. Poster Film mother!

Seorang Jennifer Lawrence dalam gaun putih memegang organ jantung dengan kedua tangannya. Ngeri nan artistik. Dan sebaliknya artistik nan ngeri.

11. Lady Bird

Akting Saoirse Ronan itu natural, memukau. Dia benar-benar menjadi seorang Lady Bird yang pemberontak. Adegan paling berkesan adalah ketika dia meminta ibunya untuk bicara padanya ketika sang Ibu sedang merajuk. Singkat tetapi penuh emosi.

Kemudian dialog “Give me a number” yang awalnya kurang saya pahami maksudnya, sama dengan Sang Ibu yang kebingungan apa maksud Christine (Lady Bird). Berikan nomor apa? Ternyata nominal biaya yang diperlukan untuk membesarkan dirinya. Lady Bird akan bekerja keras hingga dewasa untuk membayar kembali sejumlah uang agar tak bicara lagi dengan sang Ibu.

Sekian. Mudah-mudahan mangkin banyak adegan berkesan di film-film tahun 2018.

--

--