Lawatan Buku We Are Nowhere and It’s Wow & Non-Spesifik

Mikael Johani & Anya Rompas, Sepasang Kekasih yang Mungkin akan Menjadi Hughes dan Plath-nya Puisi Indonesia di Kineruku Bandung

Asra Wijaya
ISH Review
4 min readAug 25, 2017

--

Mikael, Anya, dan Afi

Mikael Johani bersama Gratiagusti Chananya Rompas mengadakan lawatan buku (Book Tour) ke Kineruku, Bandung, Sabtu kemarin. Tour ini rencananya akan berlanjut ke Jogja, Solo sampai Surabaya.

Mencetak #RelationshipGoals pada poster oranye-ungunya, Mikael dan Anya, bercerita seputar perjalanan hubungan mereka satu sama lain, Mikael, Anya, serta puisi-puisi keduanya.

Poster acara

17 Oktober 2008 di Ubud Writers & Readers Festival, Mikael dan Anya meluncurkan buku puisi mereka: We Are Nowhere and it’s Wow dan Kota Ini Kembang Api dibawah penerbit indie irisPUSTAKA. Waktu itu cuma terbit 200 eksemplar.

Kemarin, 19 Agustus 2017 di Kineruku, Mikael dan Anya, membicarakan buku ‘terbaru’ mereka. Mikael dengan We Are Nowhere and it’s wow yang dicetaku ulang oleh PostPRESS dan Anya dengan Non-Spesifik dari penerbit Gramedia.

Dari segi judul, Mikael, menurutnya, memplesetkan judul lagu: Bright Eyes, We Are Nowhere and It’s Now. Sedang Anya mengambil Non-Spesifik dari istilah bipolar non-spesifik yang ia alami.

We Are Nowhere and It’s Wow merupakan puisi-puisi yang ditulis Mikael saat tinggal di Australia. Semuanya menggunakan bahasa Inggris. Mikael membagi tiga bagian buku puisinya, home, home part deux, dan away. Mikael usia 16 tahun pindah ke Australia kemudian mengambil kuliah Classic di Australian National University.

gambar buku yang dicomot dari situs kineruku

Kegalauan Mikael soal ‘home’, menjadi benang merah puisi-puisi dalam we are nowhere and it’s wow. Baginya, kala di Australia, itulah homenya. 13 tahun di Australia kemudian, ia kembali ke Jakarta, dan jakarta beralih menjadi ‘home’nya. Saat itulah Mikael menulis lagi tentang Jakarta di dalam puisi-puisinya.

Sementara Anya, setelah lulus dari Sastra Inggris UI, melanjutkan studi master di Gothic Imagination di University of Stirling, Skotlandia.

Mikael dan Anya dipertemukan puisi di dunia maya. Waktu itu di milis puisi Komunitas Bunga Matahari, Anya sebagai pendiri mendapat japri dari Mikael.

Dari situlah puisi turun ke hati (klise). Perjalanan mereka lanjut ke UBUD Festival, sampai menikah dan Jaemanis lahir hingga sekarang sudah berumur 8 tahun.

Berikut ini beberepa potongan pertanyaan dari AFI sang moderator yang punya ‘banyak pertanyaan’ beserta kunci jawaban dari Mikael dan Anya.

Perihal apakah pasangan mereka menjadi pembaca first draft puisi-puisi mereka.

Mikael : Anya kerap menodong Mikael dengan draf-drafnya. Dan Mikael selalu jujur memberikan komentar dan kritik, kadang pedas dan pernah sampai membuat Anya bisa menangis (ini sewaktu Anya membaca lagi puisinya, dan menjadi terharu sendiri, setelah itu Mikael bilang, “now, it’s better”).

Prediksi tentang gaya perpuisian masing-masing andaikata tidak menikah dengan satu sama lain

Tentu akan berbeda menurut Mikael. Mikael menulis tentang kehidupan sehari-harinya. Setelah menikah, tentu kehidupan sehari-hari itu tidak bisa luput dari pasangannya. Anya juga demikian, sama.

Penyair dan penulis yang diperoleh dari pasangan

Mikael ‘mendapat’ penulis-penulis Gothic Irlandia, macam The Monk-nya Matthew Gregory Lewis. Sementara Anya banyak ‘mendapat’ penyair Perancis dari Mikael.

Perbedaan puisi ini dengan yang sebelumnya.

Mikael : Secara umum we are nowhere sekian tahun lalu tersebut menurutnya masih belum jujur, maka dari itu dia membuang beberapa puisi yang menurut dia sotoy tentang Jakarta dan menambahkan apa adanya-ness dalam buku ini. Enam bulan Mikael habiskan untuk sampai diterbitkan oleh Post PRESS.

Anya : Sehabis nervous breakdown adalah kala buku ini terbit. Anya baru saja melewati fase dimana ia tidak lagi menyukai hal-hal yang ia sukai dulu. Ia berhenti membaca buku. Lantas setelah itu Anya makin produktif, sisi gelap dan liar yang bahkan ia sendiri tidak menyadarinya keluar ke dalam puisinya. (keluar ke dalam?). Produktifitasnya menambah daya kreatif pasangan ini.

Penonton yang budiman dan budiwati

Komentar kepada buku puisi pasangan

Mikael pernah membaca review dari mahasiswa sastra Unair bahwa Puisi Anya merupakan puisi yang tidak biasa dengan diksi dan metafora yang mempunyai glossary berbeda dengan kosakata puisi Indonesia, akan tetapi itu tidak begitu membantu ceritanya. Meskipun Mikael tidak mengerti juga tentang itu. Menurut Mikael Puisi Anya adalah bagian diri Anya yang keluar lebih spontan tanpa metafora yang rumit. Cenderung suasana yang dirasa oleh Anya.

Menurut Anya puisi Mikael cukup menggambarkan pribadi misterius Mikael. Lantas internalitas dalam puisi-puisi Mikael. Dan banyak hal seperti ketertarikannya dengan Jakarta, bahkan tato di tangannya itu ada metro mini bajaj dll yang kesemuaannya berkait dengan Jakarta. Untuk paham puisi Mikael kadang kita mesti memahami dulu apa alusi yang dia gunakan, semisal tanggal sebelum sehari pembantaian massal etnis Cina di Jakarta dalam salah satu puisinya.

Anya, Toby, dan Mikael sedang bermain sulap

Kineruku masih dengan Mas Budi dan Mba Rianti yang menyediakan cemilan gratis. Mereka juga menyediakan pertunjukan baru sebagai selingan acara : Pertunjukan Sulap dari Toby Show. Bincang buku puisi ada sulapnya. Keren !

Seorang penonton menjadi voluntir ketika Toby Show

Kini Power Kopel punya alternatif baru dalam dunia hashtag Relationship Goals: Tour Buku Puisi.

--

--