MENULIS

Trian Verson Tumanan
2 min readNov 6, 2017

--

Dulunya aku tidak suka membaca buku, tapi membaca komik. Kakakku selalu membeli komik di setiap ada rilisan baru yang keluar dan aku tertarik untuk mengikuti pola gerak-geriknya. Meja yang panjangnya sekitar 1 meter itu terisi penuh oleh komik. Banyak jenis komik yang terpampang di meja dan aku hampir membaca semua jenis komiknya walaupun tidak sampai tamat. Saking senangnya dengan komik, aku dan teman-teman saling bercerita tentang kejadian-kejadian dramatis dan keseruan yang tertulis dan tergambar di komik. Aku juga membaca manga-manga lain lewat internet tanpa membeli komik karena beberapa manga di internet belum tentu ada di toko buku. Aku melihat-lihat komik mana yang tertarik menurutku untuk dibaca. Ketertarikanku terhadap komik sudah mulai sirna semenjak aku mulai suka membaca buku.

Tidak seperti sekarang yang suka membaca buku, aku dulunya tidak suka membaca buku seperti buku pelajaran, novel, dan berbagai macam buku yang hanya berisi rangkaian kata-kata. Oleh sebabnya, aku lebih suka membaca komik.

Buku hanyalah tulisan-tulisan yang dapat mengganggu pikiranmu - aku yang belum kenal buku

Tapi, sekarang aku sudah mulai membiasakan membaca buku. Aku masih ingat ketika aku tidak punya pengetahuan apa-apa tentang suatu pembahasan dan aku ditegur untuk membaca refrensinya. Mungkin itulah penyebab aku membaca buku sekarang. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi, kayanya bukan itu alasanku mengapa aku ingin membaca buku. Aku membaca buku bukan hanya untuk mendapatkan banyak informasi, tapi untuk bisa mengingat kembali kejadian-kejadian atau gagasan atau ide yang pernah muncul. Karena dengan membaca, aku jadi bisa mengetahui dan mengingat banyak hal. Ketika aku lupa, aku bisa membaca kembali untuk diingat. Aku tidak akan melupakan apapun entah itu suatu kejadian yang dianggap buruk, sedih, dan kejadian-kejadian yang ingin dilupakan. Aku lebih memilih untuk mengingat banyak hal. Karena dengan semua itu, aku bisa belajar untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi kedepannya. Tapi, hal itu merupakan kemustahilan jika aku bisa banyak mengingat, maka dari itu aku menulis.

Sebelumnya aku tidak suka membaca apalagi menulis. Menulis merupakan kesia-siaan pada saat aku masih tidak suka membaca. “Menulis hanyalah untuk pelajaran bahasa indonesia” ujarku. Sesampai aku sudah memahami esensi membaca dan kenikmatan membaca, aku ingin menulis. Aku menyesal karena sudah membenci tulisan. Aku merasa lebih baik jika aku suka menulis dari dulu. Aku bisa menceritakan kisahku di tulisan. Aku bisa tahu kejadian-kejadian yang pernah dialami. Aku bisa tertawa atau tersipu akan tulisan-tulisanku. Aku tidak akan melupakan segala hal. Dan yang terpenting, aku akan selalu ada. Aku tidak akan hilang. Jika aku mati, aku masih ada dalam sebuah cerita. Cerita yang lengkap dan jelas terpampang pada beribu-ribu halaman. Aku akan abadi dalam kenangan.

--

--