Nostalgia

Asra Wijaya
ISH Review
Published in
2 min readSep 21, 2018

Lima Puisi Asra Wijaya

1
Saat liburan sekolah aku bertandang ke rumah nenek di desa. Aku masih kelas 1 SD. Setahun setelah pak Harto turun. Rumah nenek ada di pelosok. Listrik belum masuk. Malam ayah memompa lampu strongkeng. Paman membawakan spirtus biru.

Lantai papan yang dingin
Tidur tanpa mimpi
Subuh-hari terbangun
Air dingin udara dingin
Malas berwudu
Solat subuh dan ingin tidur lagi

2
Sebelum aku masuk sekolah, sebelum adikku lahir, hidupku amat senang. Mungkin karena aku masih kecil. Ayah dan Ibuku juga masih akrab, tidak musuhan seperti sekarang.

Alangkah indah
Masa-masa
Sebelum sekolah
Alangkah senang
Bermain-main
Di tanah lapang
Meskipun kalau pulang
Kena marah-marah
Alangkah indah tidak jera-jera

3
Ibu bilang waktu kecil aku didapat dengan dibeli di rumah sakit. Aku katanya bayi cina. Jadilah sekarang ketika mendengar Teresa Teng menyanyikan tian-mi mi seolah aku pernah meyimaknya. Setiap memandang Checilia Cheung aku merasa pernah tinggal di hutan bambu

Sejak kecil
Panda adalah Panda
Kemudian besar ada
Yang belajar kungfu dan ber
main film

4
Terduduk

Aku duduk
Di sini aku duduk di tengah usia bimbangku
Menghabiskan masa dan malam yang panjang
Menonton film dan membaca buku
Tenggelam dalam waktu dan kata-kata
Di antara dua hasrat
Benci diri sendiri yang tak kunjung mandiri
Bergulat tanpa tahu
Seperti seorang anak yang tersesat
Di sebuah pusat perbelanjaan
Kehilangan ibu
Bimbang, bingung
Ingin menangis tapi tahu itu tidak berguna
Inilah aku di antara kesendirian dan kesepianku, muak, mual
Dan segala hal yang menyakitkan

5
Tiada Lagi

Yang dulu kepadanya aku berkisar, kini tiada lagi
Di sini, di antara dua depresi diriku
Duduk aku dan termangu
Lesu demikan lesu
Setelah kehilangan kata-kata yang pernah
Kepada mereka aku merahasiakan harapan-harapan
Dunia bukan lagi belantara kata-kata
Yang menjadi pilar dan warna yang tumbuh
Dunia bukan lagi hutan simbol atau rimba makna
Yang menjadi lahan bagi serba kemungkinan
Beberapa serdadu telah menembak mati

Kata-kata, peluru-peluru kepastian bersarang dan membuat lobang yang menganga pada dada sebelah kiri mereka

Kata-kata kini jatuh: berbaring di lembah

--

--