Pembukaan Acara Seni Bandung #1 (24/9/17)

Asra Wijaya
ISH Review
Published in
4 min readSep 30, 2017
Courtesy of ISH Museum of Arts and Literature

Bandung usai hujan sore itu. Alun-alun ramai seperti biasa. Keramaian rupanya bertambah di Jalan Dalem Kaum. Ada panggung di sana. Berukuran sekitar 7x5 meter. Panggung pembukaan Seni Bandung. Pas penulis tiba, sedang ada penampilan dari grup musikalisasi Puisi UIN SGD Bandung. Mereka melagukan salah satu puisi dari Jeihan.

Ramai orang-orang menyaksikan hiburan di Jalan Dalem Kaum. Sebuah perhelatan kesenian yang diisi oleh berbagai komunitas kesenian dan kebudayaan di Bandung. Di sebelah sana, di seberang mesjid ada pula pertunjukan Wayang Monolog. Di bak mobil pick-up, mobil pindah kosan dan juga mobil tahu bulat itu, pegiat Wayang dari ISBI Bandung(Institut Seni Budaya Indonesia) memainkan pertunjukan wayang monolog dengan bahasa Sunda. Penontonnya memang tidak seramai panggung utama. Mungkin ini karena posisinya di tepi jalan, di lahan yang jadi tempat parkir pengunjung. Terlihat pula satpol PP turut menjaga penonton sambil mengatur lalu lintas. Wayang Monolog turut pula mendapat penonton juga pemotret.

Di panggung utama, seorang Pemandu Acara sedang mewawancarai Pegiat Komunitas Rindu Menanti. Komunitas ini bekerja sama dengan Komite Sastra Seni Bandung akan mengadakan rangkaian kegiatan sastrawi. Mereka akan memajang puisi-puisi di taman-taman kota Bandung. “Penyajian puisi visual atau rupa itu diharapkan akan menimbulkan minat masyarakat untuk ikut serta berpuisi”, terang Pak Ketua Komite Sastra. Estetika pastipatoris barangkali. Sebuah usaha juga untuk menyajikan puisi to the next level. “Jika sebelumnya kita biasanya menemukan antologi puisi dalam buku, maka kini akan ada antologi puisi taman”, tambahnya. Selain itu, akan ada pula deklamasi puisi di perempatan-perempatan lampu merah. Sembari menunggu detik-detik lampu merah berubah kuning (tanpa menunggu hijau), para pengguna jalan akan disuguhkan deklamasi puisi. Mungkinkah pengamen di sana akan beradu-indah dengan deklamasi-deklamasi puisi itu? Entahlah.

Komite Sastra bersama Komunitas Rindu Menanti

Lantas nun dari Papua turut pula Suku Kamoro mengisi acara ini. Mereka menampilkan tarian suku Kamoro. Tamu undangan ini cukup menarik perhatian penonton. Terbukti dengan bertambahnya jumlah smartphone yang diacungkan ke udara dan lensa kamera yang dibidikkan ke orang-orang suku Kamoro. Sebuah tarian dengan kostum rumbai-rumbai coklat dan diiringi perkusi Tifa.

Penampilan Suku Kamoro dari Papua

Seni dan Hiburan akan digelar secara berkala di Kota Bandung. Selama sebulan penuh. Acara model begini kabarnya merupakan yang pertama di Indonesia. Dari 25 September sampai 25 Oktober. Dan hari itu, Minggu 24/9/17 adalah hari pembukaannya. Penulis kemudian pulang karena hari sudah magrib. Sudah malam. Bapak Ridwan Kamil dijadwalkan akan membuka acara seni Bandung malam harinya.

Dilansir dari tribunjabarnews, Direktur Eksekutif Seni Bandung, Iman Soleh mengatakan kegiatan tersebut salah satunya mentransformasikan sebuah kota menjadi panggung global.

“Mempertunjukkan penampilan yang berkualitas, pameran-pameran dan kolaborasi dari seniman-seniman internasional juga lokal. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan keterhubungan yang segar dan baru dari medan sosial seni dengan komunitas urban, melalui pendekatan kultural,” ujar Iman di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Senin (20/2/2017).

Seni Bandung #1 ini berjudul “Air, Tanah dan Udara”. Semacam gimik demi memuitisasi kehidupan kota nan kian kejam dan beringas ini. Masyarakat butuh hiburan, hiburan yang juga sekaligus proses refleksi terhadap hubungan mereka dengan alam, hubungan mereka dengan budaya urban. Hiburan yang diharapkan sanggup membuka pandangan baru terhadap realitas yang ada. Bukan justru sesuatu yang eskapis, yang menjadi pelarian atau pelampiasan atas keseharian pelik, rumit, dan menghimpit.

“Kita harus mengakui bahwa gerak peradaban kota ini telah meninggalkan jejak perusakan pada alam. Banyak pihak baik unsur pemerintah, LSM, peneliti, ilmuwan yang menggeluti masalah lingkungan dalam hubungannya dengan kultur urban. Kegiatan ini akan menjalin kerjasama dengan pakar-pakar tersebut,” tutur Iman Soleh.

“Pemkot Bandung menganggarkan lima miliar rupiah untuk acara ini. Mungkin tidak untuk semua acara, hanya sebagian saja. Tapi mudah-mudahan acara ini lancar dan kegiatan ini nantinya bisa bercerita pada dunia tentang siapa kita dan Kota Bandung dapat bermartabat di kancah global,” ujar pria yang karib disapa Emil ini.

Bapak Wali Kota Ridwan Kamil sedang ingin mengembalikan identitas Bandung sebagai kota Seni dan Budaya di Jawa Barat ini. Amin. Mudah-mudahan niatan baik itu terkabul. Untuk lebih lengkapnya soal seni bandung silakan kunjungi websitenya di senibandung.id.

--

--