Memaknai Hari Sumpah Pemuda di era digital

Nita Fitriani
Jabar Digital Service
7 min readOct 28, 2021
Koordinator di Jabar Digital Service (kiri ke kanan) Yoga Hanggara, Rizki Rusdiwijaya, Dyana C. Jatnika, Rian Andrian, Alexander Randika. Sumber: Jabar Digital Service

Selamat Hari Sumpah Pemuda! Tepat pada 93 tahun yang lalu, momen terpenting yang menjadi tonggak dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa terjadi. Lewat Kongres Pemuda II di Batavia (Jakarta) yang dipimpin oleh pemuda bernama Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), ikrar yang kini dikenal dengan Sumpah Pemuda dilahirkan. Hayoo, masih pada ingat 3 poin yang terdapat pada teks Sumpah Pemuda nggak, nih?

Kongres Pemuda II pada waktu itu ditutup dengan persembahan dari W.R. Supratman yang kala itu memperdengarkan lagu Indonesia Raya menggunakan biolanya, tanpa syair. Lagu tersebut mendapat sambutan meriah dari para peserta kongres yang berasal dari berbagai organisasi pemuda. Sejak saat itu, semangat nasionalisme mulai berkobar di setiap jiwa pemuda bangsa Indonesia.

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia,
mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.

Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia,
mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia,
mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.

Begitulah kongres ditutup dengan mengucapkan ikrar sebagai sumpah setia oleh para pemuda Indonesia yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda. Tapi, bagaimana nilai-nilai dan makna Sumpah Pemuda bisa terus cocok dengan konteks kekinian?

Nah, di kesempatan kali ini, penulis ngobrol bareng Koordinator di masing-masing bidang di Jabar Digital Service. Sebagai pemuda yang memimpin dan menggerakkan sebuah tim menuju transformasi digital di Jawa Barat, seperti apa ya pendapat mereka terhadap peringatan Hari Sumpah Pemuda di era digital? Bagaimana mereka memaknainya?

Kalau dulu, jauh sebelum Indonesia merdeka, hal yang mempersatukan pemuda dalam kebhinekaan adalah persamaan tujuan, yaitu mengusir bangsa penjajah dari tanah air. Para pemuda bersatu, menyusun berbagai strategi untuk melakukan perubahan bagi masa depan bangsa. Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan rela mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan.

Namun ketika bangsa ini sudah merdeka, seperti apa Hari Sumpah Pemuda harus dirayakan?

Jabar Digital Service menerima penghargaan atas inovasi program dan produk digital. Sumber: Jabar Digital Service, 2019.

Alexander Randika (Koordinator Bidang Komunikasi dan Konten)

“Sekarang mungkin lebih mengajak pemuda untuk berjuang lagi. Misalnya dalam penanganan pandemi. Pemuda-pemuda dituntut untuk serba digital dengan skill-skill yang mendukung. Jadi, bentuk perayaan yang tepat adalah dengan membuktikan lewat tindakan dan karya-karya lewat inovasi untuk membangun negara.”

Dyana Chusnulitta Jatnika (Koordinator Bidang Implementasi dan Pengelolaan)

“Lebih ke peran, sih. Jadi mengoptimalkan peran dari setiap pemuda. Bagi yang masih sekolah, pelajar, dan mahasiswa misalnya berperan dalam ranah keilmuan termasuk dalam pengabdian masyarakat. Bagi yang sudah bekerja, mengoptimalkan diri dengan keahlian dan peran dalam pekerjaannya untuk kebermanfaatannya bagi sesama. Dimulai dari diri sendiri, bergantung pada status dan peranan masing-masing, khususnya dalam era pandemi ini. Kita dituntut untuk bertransformasi dengan mengadopsi teknologi dalam berkegiatan. Kalau menurutku, people must be full partners in that effort.”

Yoga Hanggara (Koordinator Bidang Pengembangan TIK)

“Sama, sih. Pemuda harus mulai mengambil peran, konteksnya di era disrupsi digital ini. Kalau kata Pak Gubernur, hanya ada dua pilihan, mau jadi yang pasrah atau jadi kelompok yang mau beradaptasi, melihat potensi, dan melakukan inovasi, khususnya di bidang teknologi. Banyak aspek kehidupan yang bisa terbantu dengan adanya teknologi. Tentu ada tantangannya, yaitu antara memanfaatkannya untuk hal yang positif atau negatif. Makannya sangat penting ada program literasi digital, sehingga pemuda bisa ambil peran dan khususnya peran yg positif, jangan hanya nyebarin hoaks. Hehe..”

Ternyata, dari zaman sebelum merdeka hingga era industri teknologi saat ini, pemaknaan dari semangat Sumpah Pemuda masih sangat relevan. Peran pemuda menjadi sangat penting dan mempunyai dampak yang besar bagi perubahan bangsa Indonesia.

Saat ini pemuda dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan yang sangat masif. Melalui pemanfaatan teknologi, para pemuda yakin bisa merubah sesuatu hal yang sederhana menjadi hal yang luar biasa berdampak bagi masyarakat luas. Hal ini tergambar jelas dalam data yang kami temukan tentang tingkat ketertarikan pemuda terhadap perkembangan teknologi.

Sumber: Databoks

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, nilai rata-rata keterampilan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) nasional untuk remaja dan dewasa adalah 64,26%. Jawa Barat berada di atas rata-rata dengan angka 71,09% (peringkat ke-7 se-Indonesia).

Namun, apakah tingkat keterampilan TIK dan peran pemuda di industri digital yang tinggi adalah wujud dari semangat sumpah pemuda masa kini?

Rian Andrian (Koordinator Bidang Analisis)

“Betul! Ini related banget dengan data yang barusan disampaikan. Peran pemuda di industri digital tentunya harus didukung dengan mindset yang kuat. Misalnya, hasil inovasi yang dilakukan dan dikembangkan harus punya impact dimulai dari lingkup terkecil yaitu masyarakat sekitar, hingga bagi bangsa Indonesia dalam skala yang lebih besar.”

Rizki Rusdiwijaya (Koordinator Bidang Data)

“Setuju, sih. Ketika pemuda berkontribusi bagi pembangunan bangsa dengan membuat produk digital, kemudian produk tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik itu sangat bagus. Kedepannya, pemanfaatan teknologi secara positif ini diharapkan dapat mendukung improvement, baik diri sendiri maupun negara. Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah memerangi hoaks dengan menyajikan konten tau berita positif yang telah divalidasi kebenarannya. Sehingga tidak menjerumuskan masyarakat kepada informasi yang salah.”

Dyana Chusnulitta Jatnika (Koordinator Bidang Implementasi dan Pengelolaan)

“Tentunya ini masuk ke salah satu semangat dari Sumpah Pemuda. Berbicara tentang digital transformation bukan hanya tentang teknologi saja, namun juga talent yang mengoperasikan teknologi tersebut. Selain hard skill, pemuda juga dituntut untuk menguasai soft skill seperti problem solving, creativity, communication, dan collaboration sangat penting untuk dikembangkan. Kalau di Jabar, kita punya Program Jabar Coding Camp, yang dukung peran pemuda di bidang teknologi dengan bantu kembangkan potensi mereka melalui pelatihan.”

Selaras dengan yang dikatakan oleh para narasumber, teknologi dalam konteks digital transformation bukan hal yang bisa terpisahkan lagi dari pemuda. Penulis menemukan Mapping & Database Startup Indonesia yang dirilis oleh Indonesia Digital Creative Industry Society sebagai bukti nyata peran pemuda saat ini.

Sumber: Mapping Database Startup Indonesia 2018.

Data menunjukkan hampir 70% startup di Indonesia dibangun oleh Generasi Y di rentang usia 27–40 tahun, bahkan data menunjukkan kontribusi Generasi Z (usia 21–26) dalam angka kepemilikkan startup sebesar 15,20%. Di Indonesia sudah terbukti tumbuhnya startup teknologi menghasilkan “multiplier effect” pada banyak usaha-usaha UMKM. Ini sebuah hal positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, di mana sebagian besar sebaran usaha adalah UMKM. Startup memberikan manfaat bukan hanya kepada konsumen tetapi juga bagi kreator dan penjual.

“Pemerintah telah menyatakan secara eksplisit dorongan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekuatan industri digital terbesar, dengan visi Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia.”

Hari Santosa Sungkari, Deputi Badan Ekonomi Kreatif RI (2018)

Dengan begitu, kutipan yang mungkin sangat sering kita dengar seperti “Pemuda adalah agent of change” memiliki arti yang sebenarnya. Bahkan Bapak proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, pernah berkata, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”. Kutipan tersebut menggambarkan bahwa masa depan sebuah bangsa ditentukan oleh peran generasi mudanya.

Aplikasi Sapawarga sebagai wujud peningkatan pelayanan publik. (Sumber: Jabar Digital Service)

Nah, sebagai Koordinator yang memimpin banyak talenta muda JDS, seperti apa sih DigiTeam menerapkan nilai-nilai Sumpah Pemuda?

Rian Andrian (Koordinator Bidang Analisis)

“Pemuda juga menjadi tonggak transformasi digital di area pemerintahan. Kalau saya berkontribusi dengan nge-lead teman-teman di bidang analisis yang fokus pada penyelesaian task seperti memberikan kemudahan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat dalam menyediakan layanan publik. Kami mengembangkan program-program yang fokus pada peningkatan taraf hidup masyarakat, sesuai dengan amanat dan misi JDS tentunya.”

Yoga Hanggara (Koordinator Bidang Pengembangan TIK)

“Pemuda merupakan agen perubahan. Kalau saya memulainya dengan mengajak agar teman-teman di tim meningkatkan keberanian, membuang rasa ragu dan rasa takut. Koordinator menjadi penyedia “tempat” yang nyaman bagi tim untuk eksplorasi.”

Layaknya dua sisi koin, kehadiran teknologi memberi dua dampak yang berbeda bagi kehidupan masyarakat. Di satu sisi dapat mendorong pengembangan sistem layanan yang lebih efisien, namun juga dapat memberi dampak negatif apabila tidak digunakan dengan hati-hati.

Bisa dibilang, DigiTeam punya ‘previlege’ untuk bisa memberikan dampak yang lebih luas, dampak lebih besar kepada masyarakat karena langsung berada dalam sistem. Secara langsung berkolaborasi bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah adalah peluang untuk melancarkan misi transformasi digital di sistem pemerintahan Jawa Barat demi layanan publik yang lebih baik buat masyarakat.

Namun apapun keahliannya, di mana pun pemuda itu bersandar, private sector maupun dalam pemerintahan, kita punya porsinya masing-masing untuk mengembangkan sesuatu yang lebih baik melalui teknologi. Visi dan misi membawa pemuda untuk memiliki pendirian, memiliki karakter, dan memiliki tekad untuk berdampak bagi banyak orang.

Kunjungan peserta Program Jabar Coding Camp, pelatihan coding untuk meningkatkan skill pemuda Jabar (Sumber: Jabar Digital Service)

Bicara tentang harapan

Berdasarkan Buku Statistik Pemuda Indonesia 2020 yang diterbitkan oleh BPS, jumlah pemuda Indonesia (usia 15–24 tahun) menyumbang 23,86% populasi negara saat ini. Berarti, di tahun 2035, kelompok ini akan menjadi bagian dari penduduk usia produktif negara atau dengan kata lain, Indonesia akan menghadapi bonus demografi.

Menuju bonus demografi, apa sih harapannya rekan-rekan terhadap pemuda Indonesia kedepannya?

Rian Andrian (Koordinator Bidang Analisis)

“Ada dua tantangan yang harus terus digali dan dipelajari oleh pemuda sebagai bekal untuk bisa menghadapi era digital, yaitu kompetensi dan karakter. Dengan kompetensi, kita bisa berperan di area tertentu, sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Sedangkan dari segi karakter, mengembangkan nilai-nilai kejujuran, pantang menyerah, dan semangat juang menjadi tugas besar pemuda masa kini.”

Rizki Rusdiwijaya (Koordinator Bidang Data)

“Harapannya, para pemuda bisa terus berkontribusi untuk negara yang dituangkan dengan memberikan karya terbaiknya bagi bangsa. Kita juga bisa memulai untuk menanamkan nilai-nilai positif kepada generasi muda sejak dini, misalnya dimulai dari anak sendiri. Memberikan pendidikan dan menanamkan jiwa nasionalis agar ketika tumbuh kelak, dapat menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat di sekitarnya.”

Alexander Randika (Koordinator Bidang Komunikasi dan Konten)

“Berkaryalah dimanapun kamu berada, dan berikan manfaat yang seluas-luasnya kepada sekitar. Menetapkan goals dalam hidup juga menjadi penting dalam menentukan arah untuk melangkah. Gali potensi diri dan perluas jejaring kapanpun dan dimanapun ada kesempatan.”

Merayakan Sumpah Pemuda bisa dimulai dari hal kecil dan sederhana. Terus berkarya dan melakukan inovasi sesuai peran masing-masing sebagai bentuk dalam meneruskan perjuangan para pahlawan di masa lalu.

Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda!

--

--

Jabar Digital Service
Jabar Digital Service

Published in Jabar Digital Service

The West Java Government’s digital and innovation team. We ‘disrupt’ the province’s governance and public services with design and technology.

Nita Fitriani
Nita Fitriani

Written by Nita Fitriani

Need a cup of tea (or more) when I write.

No responses yet