Menjadi Kapten yang Kompeten di Unit Digital Pemerintahan

Nadya Sekar Ayu
Jabar Digital Service
9 min readMay 22, 2022

Tak ubahnya Kapten Picard di film Star Trek yang menjadi sosok andalan dan bijaksana bagi setiap crew kapal Stargazer, suatu organisasi di dunia nyata juga butuh sosok kapten andalan yang dapat memimpin dalam kondisi apapun untuk bisa mencapai visi dan misi organisasi.

Selain sebagai seorang pengambil keputusan, keberadaan seorang pemimpin ternyata bukan hanya sekedar memberi perintah atau mengevaluasi hasil yang telah dibuat oleh anggotanya saja. Apalagi di zaman sekarang. Nyatanya digitalisasi telah sedikit banyak mengubah cara berpikir dan bertindak juga tanggung jawab dari seorang pemimpin.

Gak percaya? Lihat saja kedua pemimpin terkenal yang sudah sangat familiar dari perusahaan teknologi raksasa, Elon Musk (CEO Tesla Motors) dan mendiang Steve Jobs (Founder & Ex CEO Apple).

Seperti yang kita tahu, Elon Musk adalah sosok pemimpin yang visioner, punya kecenderungan untuk selalu berinovasi dan bisa dibilang semua hal bisa jadi bisnis baginya. Keputusan yang ia ambil membuat banyak teknologi digital yang kemudian dihadirkan. Tak berbeda dengan Steve Jobs, meskipun eksistensinya sudah ada sejak tahun 70-an saat digitalisasi masih minim diadaptasi, ia bisa menjadi pelopor teknologi digital lewat kemampuan cara berpikirnya sehingga menghasilkan produk yang banyak digemari masyarakat.

“Think Different” — Steve Jobs, Apple

Lantas, Gimana, ya, Menjadi Seorang Pemimpin dalam Ranah Pemerintahan di Era Digitalisasi?

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa di balik 878 project/product digital yang dihasilkan oleh Jabar Digital Service (JDS), ada sosok pemimpin yang berintegritas dan menginspirasi, yaitu Agi Agung Galuh Purwa, S.STP., M.Sc., MPA. Beliau telah memimpin JDS selama 3 tahun (2019–2022, Saat ini Pelaksana Tugas) lamanya. Agi baru-baru ini naik tingkat dipercayai untuk menjabat sebagai Kepala Bidang Electronic Government (e-Gov) di Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat.

Agi Menyambut Kunjungan Dubes Australia ke Kantor JDS (Dokumentasi JDS)

Beliau membagikan kisahnya saat mengemban jabatan sebagai pemimpin di dua tempat berbeda tidak membuat ia merasakan adanya perbedaan signifikan. Malahan menurutnya kedua posisi ini banyak memiliki irisan yang saling mendukung satu sama lain.

JDS menjadi unit yang bekerja dengan fokus untuk meningkatkan transformasi digital di Jabar melalui berbagai layanan, program, dan produk digital yang dirasakan langsung oleh masyarakat, misalnya Pikobar, Sapawarga dan Open Data Jabar. Di sisi lain, e-Gov bekerja sebagai “backbone” dari pengembangan berbagai program dan produk yang dibuat oleh JDS tersebut karena seluruh infrastruktur digitalnya difasilitasi e-Gov.

Contoh lainnya program strategis Desa Digital, penyediaan infrastruktur internet dalam program Desa Digital 1.0 (Kawasan Desa Digital) dan penyediaan wifi publik secara gratis pengelolaannya oleh e-Gov, sedangkan Desa Digital 4.0 (Desa Digital Tematik) berupa kolaborasi bersama startup di berbagai bidang sesuai dengan potensi desa baik sektor pertanian, perikanan, pengelolaan sampah terpadu, kesehatan, pendidikan dan lainnya dikelola oleh JDS.

Kolaborasi dengan Startup untuk Kegiatan Desa Digital Level 4 (Dokumentasi JDS)

Perjalanan Menjadi Seorang Pemimpin

Selama 3 tahun memimpin JDS, Agi merasa bahwa selama itu pula beliau memiliki “lab personal” untuk mengembangkan dirinya dengan status sebagai seorang PNS. Setelah sempat berkuliah di Korea Selatan dan mengambil fokus penelitian terkait pemerintahan digital, ia merasa sudah saatnya mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari terutama bagi perkembangan transformasi digital di Jabar.

Agi memandang seorang pemimpin tidak hanya sebagai pemberi tugas dan pengambil keputusan. Beliau ingin memanfaatkan posisinya untuk membangun budaya organisasi yang sesuai tuntutan zaman sekaligus menghadirkan layanan publik berkualitas bersama seluruh rekan DigiTeam.

Keseharian Budaya Kerja Rekan DigiTeam (Dokumentasi JDS)

Baginya, dalam mengembangkan leadership skill-nya, ia banyak belajar dari learning by doing.

“Saya percaya skill-set apapun bisa dipelajari, termasuk kepemimpinan. Walaupun adakalanya karena unsur keterpaksaan, karena kita diberikan amanah untuk memimpin. Istilahnya kalau mau bisa berenang ya diceburin renang”, ungkap Agi.

Berkaitan dengan “diceburin” tersebut, sejak kecil ia sering dipilih menjadi ketua kelas. Hal ini tidak memberikan Agi pilihan lain selain untuk menjalankan amanah tersebut. Seiring waktu, beliau mulai aktif mengikuti berbagai organisasi di tempat ia mengenyam pendidikan dari mulai OSIS hingga pers mahasiswa. Tak disangka, sepanjang pengalamannya, Agi bisa belajar banyak terkait kepemimpinan, termasuk berpikir kritis dan berjejaring. Semua pengalaman ini membawa Agi untuk percaya bahwa kemampuan apapun itu bisa muncul dengan baik karena terus dilatih.

Belajar dari Tokoh Nasional hingga Orang-Orang Terdekat

Sebagai seorang pemimpin tentunya Agi juga menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kepemimpinannya. Sejak kecil, hobinya membaca buku-buku sejarah dan kecintaannya pada dunia pendidikan mengantarkan beliau untuk mengenal lebih jauh sosok Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Semboyannya yang berbunyi “Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani”. Masih ingat, dong apa artinya? Di depan seorang pendidik harus bisa menjadi teladan, di tengah harus bisa menumbuhkan semangat para siswa, dan di belakang memberikan dorongan.

Menurut Agi, semboyan tersebut tak hanya relevan bagi seseorang yang berprofesi sebagai guru, namun juga seorang pemimpin.

“Menjadi seorang pemimpin itu berarti harus bisa menjadi sosok yang tidak egois dan visioner. Artinya, pemimpin selayaknya menghasilkan legacy yang dampaknya bisa melampaui batasan usia biologisnya. Ketika dihadapkan dengan masalah, pemimpin harus kritis, open-minded dan mampu membaca data secara akurat yang dijadikan pijakan dalam menciptakan strategi untuk menyelesaikan masalah,” pungkas sosok yang gemar olahraga lari ini.

Di JDS sendiri, ada dua nilai tambahan yang beliau adopsi untuk DigiTeam, yaitu growth mindset & agility. Kedua nilai tersebut selalu Agi tanamkan dalam dirinya sehingga bisa menjadi sosok pemimpin andalan hingga saat ini.

Perbedaan Growth Mindset & Fixed Mindset (sumber: Binus University)

Menurut Carol Dweck lewat buku Mindset: The New Psychology of Success, growth mindset dimiliki oleh orang-orang yang percaya bahwa bakat adalah sesuatu yang bisa dikembangkan. Ketika seseorang memiliki bakat tertentu sejak lahir, itu hanya merupakan sebuah permulaan. Bakat tersebut akan bisa memberikan pengaruh dan manfaat ketika dilatih terus menerus. Orang yang memiliki growth mindset akan terus belajar untuk memperkaya ilmu dan kemampuan demi mencapai kesuksesan. Bahkan mereka menjadikan kegagalan sebagai modal untuk berkembang.

Sedangkan agility merupakan kemampuan untuk bisa beradaptasi sesuai dengan kondisi yang dialami. Pada dasarnya konsep agile digunakan pada proses product management & software development. Namun, hal itu nyatanya bisa diadaptasi sebagai nilai yang digunakan dalam menjalankan organisasi melihat dinamika yang cepat dalam keberjalanan organisasi baik dari sisi keanggotaan maupun produk yang digarap.

Prinsip pada Konsep Agile (sumber: Twitter)

Dan, ya, sepanjang karirnya di JDS, Agi selalu meyakinkan DigiTeam untuk memiliki growth mindset & agility sehingga dapat memberikan dampak positif baik bagi perkembangan DigiTeam dan tentunya tujuan JDS dalam transformasi digital di Jabar. Berkat nilai-nilai ini pula pada tahun 2021, Agi berhasil meraih penghargaan BTX Top Executive Awards pada ajang BTX Show and Transformation Awards.

Menjadi Pemimpin di Ranah Pemerintahan

Berbicara tentang growth mindset & agility, nyatanya kedua hal tersebut bisa diaplikasikan oleh pemimpin di pemerintahan yang terkesan rigid. Dengan berbagai birokrasi dan regulasi khas pemerintah, Agi berhasil membawa DigiTeam untuk mengadaptasi konsep agile dalam proses pengembangan program dan produk digital.

Meskipun demikian, sifat rigid di pemerintah belum bisa sepenuhnya diubah atau bahkan ditinggalkan. Oleh karena itu, Agi berucap bahwa pemimpin di pemerintahan harus memiliki sifat open-minded dengan fokus pada substansi tidak hanya pada aspek administrasi. Sifat ini bisa membawa seorang pemimpin di pemerintahan untuk mengembangkan organisasinya sehingga bisa terus berjalan dan beradaptasi dengan perubahan meski dengan batasan yang ada.

Dalam pengaplikasian konsep agile, banyak sekali tantangan yang dihadapi terkait regulasi dan birokrasi. Terlebih seorang pemimpin punya tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Adanya pertemuan antara 2 hal yang saling bertolak belakang ini, membuat seorang pemimpin harus punya sifat bijaksana dan risk taker atau berani mengambil risiko.

Beruntungnya, JDS punya ruang fleksibilitas. Berada di lingkup pemerintahan tidak membuat JDS terbatas dalam mengeksplorasi berbagai hal berkaitan dengan digitalisasi dan tentunya kolaborasi dengan berbagai pihak.

“Sebagai evidence, kita (re:JDS) di government berhasil, lo, membentuk organisasi hybrid, organisasi gabungan yang terdiri dari PNS bersama non-PNS di berbagai keahlian setara organisasi startup digital”, ungkap Agi.

Dengan nilai-nilai yang diadaptasi ada harapan bahwa unit digital pemerintah seperti JDS bisa berjalan secara berkelanjutan karena sudah menjadi kebutuhan zaman.

Digital Leadership Skill

Ketertarikannya pada dunia digitalisasi membuat Agi selalu mengikuti perkembangan transformasi digital global. Ia melihat bahwa tren digital sudah sangat terasa sejak mulai bergabung di Diskominfo Jabar tahun 2014. Selain itu, pengalaman bersekolah di Inggris dan Korea Selatan yang notabene punya indeks Information and Communication Technology (ICT) tinggi memberikan Agi dorongan dan nilai-nilai untuk membawa Indonesia khususnya Jabar untuk bertransformasi ke arah yang sama. Dari sinilah Ia merasa bahwa penting untuk seorang pemimpin memiliki digital leadership skill terutama ketika berkecimpung di dunia digitalisasi pemerintahan.

Digital leadership skill adalah kepemimpinan strategis dengan memanfaatkan teknologi digital dalam sistem kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Eits, tapi bukan hanya penggunaan teknologi seperti e-mail, media sosial, website, atau bahkan teknologi artificial intelligence saja yang menjadi indikatornya. Dalam perjalanannya pun seseorang dengan digital leadership skill harus memiliki kemampuan untuk menjadikan aset digital berupa data sebagai bahan bakar pengambilan keputusan.

Pemantauan Data Covid-19 oleh DigiTeam (Dokumentasi JDS)

Banyak manfaat yang dapat diberikan ketika seorang pemimpin memiliki kemampuan digital leadership, beberapa diantaranya meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan standardisasi dari keberjalanan organisasi, meningkatkan kecepatan dan akses informasi, membuka peluang untuk menghadirkan tim secara virtual & smart working sehingga tim dapat bekerja dengan lebih efektif.

Dan kembali kepada growth mindset, digital leadership skill juga merupakan kemampuan yang bisa dilatih. Menurut jurnal ada beberapa hal yang perlu kamu latih untuk bisa memiliki digital leadership skill diantaranya bagaimana cara berkomunikasi untuk menyampaikan pendapat dengan baik secara digital, mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan data, beradaptasi & berinovasi disruptif, menjaga konektivitas dengan berbagai pihak, dan tentunya meningkatkan kemampuan secara teknis.

Dengan pemimpin yang punya digital leadership skill, hingga saat ini JDS berhasil menggarap projek dan program dengan problem statement yang lebih jelas. Tentunya hal itu dibantu oleh berbagai teknologi dan tools yang digunakan, serta utamanya adalah data. Selain itu, produk digital yang dihasilkan pun banyak menyabet berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri.

Transformasi ini membawa angin segar bagi pemerintahan untuk bisa sustain di era digital yang berjalan dengan cepat. Tidak hanya pemimpin, tapi kemampuan dari anggota organisasi pun berperan besar. Oleh karena itu, kepemimpinan dengan segala kompetensi digital tidak bisa hanya berhenti di sini. Kami butuh kamu untuk bersiap jadi the next digital leader dalam ranah pemerintahan di masa depan.

Kegiatan Town Hall DigiTeam Akhir Tahun 2021 (Dokumentasi JDS)

Sosok Agi Menurut Rekan DigiTeam

“Menurut saya pribadi, Pak Agi merupakan tipe pemimpin yang asertif. Beliau ini tegas dan mau menerima masukan dari yang lain ketika membicarakan tentang target atau dalam mengambil keputusan. Pak Agi itu berusaha untuk melihat dari dua sisi antara regulasi (sistem pemerintahan) dan kapasitas tim JDS. Beliau juga sangat terbuka untuk berkonsultasi tentang hal-hal yang memang belum dia paham. Jadi mau belajar orangnya.” — Gumilar, Kepala Seksi Layanan Digital dan Informasi

“Kerja bareng selama 3 tahun ini, aku sangat respek sama Mas Agi dengan pembawaannya yang membimbing dan mengayomi. Beliau ngasih keleluasaan untuk berkreativitas ke bawahannya. Mas Agi ini meski kerja di pemerintahan, tapi tetap menjalankan konsep agile sekaligus tetap patuh terhadap aturan dan birokrasi. Jadi dalam mengambil keputusan, beliau ini termasuk pemimpin yang bijak. Mas Agi juga up-to-date banget sama perkembangan digital, jadi beliau kalau merasa belum paham gak akan sungkan untuk bertanya sama rekan lainnya. ” — Rizki, Koordinator Bidang Data

“Kepemimpinan Mas Agi itu baik, dalam artian kalau ada arahan sangat jelas, disiplin, dan teratur. Beliau itu juga humble jadi semacam gak ada sekat antara atasan dan bawahan. Selain itu, beliau ini bener-bener agile.” — Budi, General Affair Lead

Mas Agi itu orangnya santai, disiplin, dan bertanggung jawab. Kaya misal kalau ada arahan langsung dari atasan beliau, Mas Agi ini meskipun sebagai lead JDS gak langsung nyerahin ke bawahannya, tapi terjun langsung untuk diskusi bersama dan memberikan kepercayaan pada DigiTeam untuk berkreasi.” — Surya, Graphic Designer

Jadi, udah siap mau melatih kemampuan digital leadership-mu dari sekarang? JDS bisa jadi tempat yang tepat buat kamu berlatih dan jadi bagian dari transformasi digital di Jabar. Kamu bisa langsung berkunjung ke website JDS karena banyak peluang karir untuk mengembangkan potensi kamu. Selamat mencoba!

--

--