Photo by Tengyart on Unsplash

Emosi Itu Bukan Hanya Soal Marah atau Kecewa

Zholeh Wei
Jadi Bagaimana?

--

Ketika aku berhadapan dengan para konseli yang memiliki masalah dengan emosinya, seringkali aku menanyakan “konotasi apa yang terlintas dibenakmu ketika mendengar kata emosi?” Yes, hampir semuanya menjawab dengan nada yang sama, yaitu emosi sangat identik dengan marah atau hal-hal negatif lainnya.

Konotasi tersebut akhirnya membuat kebanyakan orang berharap untuk dapat terbebas dari emosi-emosi ‘irasional’ yang membuat hidup mereka menyedihkan. Namun, coba bayangkan jika tidak ada emosi akan seperti apakah hidup kita?

Perlu kita pahami, bahwa setiap hari diri kita membawa berbagai macam emosi yang siap dikeluarkan sesuai dengan situasinya. Emosi bukan soal irasionalitas, emosi itu bagian dari diri kita yang saling terikat.

Emosi itu adalah perasaan yang melibatkan rangsangan fisiologis (Seperti denyut jantung yang cepat), pengalaman sadar (seperti, memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang), dan ekspresi perilaku (sebuah senyuman atau raut muka cemberut).

Emosi bukan hanya soal hal-hal yang membuat diri kita marah atau sedih, tapi juga meliputi yang sebaliknya. Emosi dapat kita golongkan menjadi dua tipe, yaitu

  • Emosi positif, yang meliputi happiness, interest, love, joy, dll.
  • Emosi negatif, yang meliputi anger, anxiety, sad, guilt, disgust, fear, dll.

Jadi, emosi tidak melulu tentang hal-hal yang negatif. Namun, segala bentuk perasaan yang muncul dari dalam diri kita, baik itu senang, sedih, bahagia, menangis, ketertarikan, marah atau pun jatuh cinta. Semua emosi itu, perlu kita terima dengan baik.

Perjalanan Emosi di Otak

Ketika berbicara emosi, sangat erat kaitannya dengan hal-hal yang terjadi di otak kita. Membahas emosi memang tidak bisa hanya dari sisi psikologis, namun juga harus dari sisi fisiologisnya ataupun neurosains. Setiap emosi memiliki jalurnya masing-masing di area otak kita.

  • Ketika merasa bahagia, beberapa bagian di otak kita aktif secara bersamaan, yaitu bagian right frontal cortex, precuneus, left amygdala, dan bagian left insula . Aktivitas ini melibatkan hubungan antara kesadaran (frontal cortex dan insula) dan “feeling center” yaitu amygdala.
  • Ketika merasa kita merasa takut, mengaktifkan bagian bilateral amygdala, hypothalamus dan area left frontal cortex. Hal ini melibatkan beberapa pemikiran (frontal cortex), a “gut” feeling (amygdala), dan rasa urgensi yang biasanya terkait dengan kelangsungan hidup (hypothalamus).
  • Ketika merasa sedih, pada bagian otak terjadi peningkatan aktivitas pada right occipital lobe, left insula, left thalamus, amygdala dan hippocampus. Hipokampus sangat terkait dengan ingatan, dan sangatlah make sense jika kesadaran akan ingatan tertentu dikaitkan dengan perasaan sedih. Emosi yang satu ini memiliki perhatian khusus, karena jika lama kelamaan dibiarkan bisa berakibat kepada gangguan kejiwaan seperti depresi.
  • Disgust atau perasaan jijik, rasa jijik adalah perasaan yang cukup menarik dan sering dikaitkan dengan penghindaran atau avoidance. Emosi ini terkait dengan aktivasi dan hubungan antara left amygdala, left inferior frontal cortex, dan insular cortex.
  • Marah, emosi ini adalah emosi yang penting yang terus dicoba oleh banyak orang untuk dapat dikendalikan agar tidak meluap-meluap yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kemarahan dikaitkan dengan aktivasi hippocampus,amygdala, kedua sisi prefrontal cortex dan insular cortex.
  • Surprise atau kejutan, ini adalah emosi yang mebingungkan karena bisa membuat kita merasa baik atau bisa juga membuat kita merasa buruk. Emosi ini mengaktivasi bilateral inferior frontal gyrus dan bilateral hippocampus. Hipokampus sangat terkait dengan ingatan dan elemen kejutan, secara alami terkait dengan pengalaman akan sesuatu yang tidak kita ingat atau tidak harapkan.

--

--

Zholeh Wei
Jadi Bagaimana?

Licensed Clinical Psychologist, RS Dr. Oen Solo Baru