Photo by Dollar Gill on Unsplash

Mereka Itu Seperti Buku Tafsir

Aku ingin memberitahunya

Zholeh Wei
Published in
2 min readDec 27, 2022

--

Aku igin memberi tahunya bahwa mereka itu seperti buku tafsir yang sangat tebal. Sebuah buku yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang ditumpuk menjadi satu dan berisikan rangkaian cerita akan sebuah kehidupan. Ada kesedihan, ada kesendirian, ada kegagalan, ada kesenangan, ada kebahagiaan, bahkan perjuangan yang tertulis dengan rapi di dalamnya dan membentuk sebuah narasi bernama “Diri. Buku itu memiliki sampul yang sangat indah, cahayanya memancar menyinari sekeliling sampai-sampai membuat orang-orang yang tahu ingin mendapatkannya.

Coba bayangkan, sampulnya saja sangat indah apa lagi isinya?

Orang-orang itu kemudian berpikir bahwa di dalamnya pasti ada sesuatu yang luar biasa. Mereka meyakini bahwa buku itu akan bermanfaat serta menguntungkan untuk masa mendatang. Tapi sayang, ketika mereka diberi kesempatan untuk memegangnya, tanpa berpikir panjang mereka langsung melihat halaman tengah, bahkan beberapa orang langsung membuka halaman terakhirnya. Mereka tidak mau membacanya dengan benar secara perlahan, mereka hanya melihatnya sekilas kemudian merasa paling tahu dan mengerti seluruh isi buku. Berbekal intelektualitas membuat mereka sangat yakin dan percaya diri. Tidak sadar kesalahan pemahaman telah terjadi saat itu.

Lalu apa yang terjadi?

Orang-orang tersebut tidak akan pernah mengerti sedikit pun tentang isi buku itu. Mereka hanya ingin memilikinya, menyimpannya, dan mungkin memamerkannya pada orang lain. Dan ketika sudah usang, mereka bisa saja dengan mudah membuangnya, hal itu dikarenakan mereka tidak pernah mempelajarinya dengan benar sehingga tidak bisa menghargai isinya. Mereka itulah orang-orang yang dibutakan oleh dorongan bernama nafsu. Ketika logika tidak lagi diikuti dengan perasaan, maka yang ada hanyalah kekakuan. Dan ketika perasaan tidak diikuti oleh logika, maka yang ada hanyalah kekacauan.

Bagaimana semestinya buku itu diperlakukan?

Buku itu harus diperlakukan dengan lembut seperti sampulnya yang menawan. Cobalah baca dari lembar pertama, bacalah secara perlahan sampai kamu benar-benar mengerti isi dari tiap halamannya. Layaknya bak sebuah buku tafsir, tidak semudah membaca buku cerita biasa. Kamu harus membacanya berulang-ulang kali sampai kamu benar-benar mengerti maksud dari setiap kata dan kalimat di dalamnya. Bahlam kamu terkadang kamu juga harus bertanya agar bisa mengerti tentangnya agar tidak salah interpretasi. Tidak mudah untuk menyelesaikannya sampai akhir. Butuh ketekunan, butuh kesabaran, butuh keringat dan tentu saja butuh waktu yang tidak sedikit. Percayalah, jika kamu berhasil maka dia akan mewarnai dan menemanimu sampai akhir hayat.

--

--

Zholeh Wei

Licensed Clinical Psychologist, RS Dr. Oen Solo Baru