Cerita Smartcitizen Melewati Hari-Hari Bersama Covid-19
Kasus Covid-19 di Indonesia kini naik kembali. Pada 10 Februari 2022, jumlah terkonfirmasi positif di Indonesia bertambah 40.618 kasus, dengan DKI Jakarta sebagai provinsi yang penambahannya tertinggi mencapai 11.090 kasus. Penambahan kasus Covid-19 yang cepat setiap hari disebabkan kecepatan penularan varian Omicron dibandingkan varian sebelumnya. Varian ini juga bisa menginfeksi orang yang sudah divaksin atau menginfeksi ulang mereka yang telah sembuh dari Covid-19.
Gejala awal dari varian Omicron umumnya meliputi demam, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Meskipun demikian, pasien yang terkonfirmasi positif dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri (isoman). Isoman hanya diperbolehkan bagi pasien di bawah 45 tahun dan tidak memiliki penyakit bawaan. Selama masa isoman, kegiatan yang dapat dilakukan pasien relatif terbatas, sehingga rasa jenuh pun datang menghampiri. Berbagai cara dilakukan untuk menghilangkan rasa bosan dan mempercepat proses pemulihan.
Imam Prasetia: Mendapat Hobi Baru Saat Menjalani Isoman
Imam terkonfirmasi positif Covid-19 pada 1 Februari 2022 lalu. Beberapa hari sebelum melakukan tes PCR, Imam merasa pusing, demam, flu, dan tenggorokan kering. Setelah dua hari, gejala-gejala tersebut sudah tidak dialaminya lagi.
“Sempat demam di hari pertama. Demam, badan sakit, kepala pusing, pilek. Tapi, anehnya, enggak ada batuk. Tenggorokan terasa kering, seperti habis olahraga, habis itu enggak minum. Kalau pilek mungkin karena cuaca yang panas dan hujan, musim pancaroba,” ujar Imam. Meskipun sudah merasakan gejala, Imam tetap bergegas menuju kantor. Ia sama sekali tidak mengira terpapar Covid-19. Sesampai di kantor, kondisi Imam memburuk. Ia mulai merasa sakit di seluruh badan, hingga keesokan harinya.
Pada hari ketiga, kondisi Imam sudah mulai membaik. Gejala yang tersisa pada saat itu hanya pilek dan sedikit pusing. Pada hari itu juga Imam mendengar kabar bahwa rekan kerjanya terkonfirmasi positif Covid-19. “Yang mendorong saya untuk PCR itu, setelah mendengar kabar teman kantor saya positif. Kebetulan pas di kantor itu, saya kontak erat sama dia,” ungkapnya. Imam baru melaksanakan PCR pada hari kelima. “Sebenarnya saya sudah meniatkan untuk PCR pada hari keempat, tapi sayangnya ada kerjaan dan harus ikut rapat. Jadi saya baru PCR besoknya,” tambahnya. Imam melakukan tes PCR di puskesmas. Ia pun menceritakan gejala dirasakannya kepada pihak puskesmas. Setelah melakukan tes PCR pada pagi hari, hasilnya dikirimkan melalui pesan singkat dari Kementerian Kesehatan pada tengah malam. Imam pun dinyatakan positif Covid-19.
Dua hari setelah dinyatakan positif, pihak puskesmas menghubungi Imam untuk mengecek kondisinya. Selama isoman, Imam mengonsumsi minuman vitamin C dalam kemasan, memakan buah-buahan, dan memperbanyak konsumsi air putih. Sesekali Imam juga mengonsumsi susu UHT. Ia pun jadi lebih sering berjemur dan berolahraga.
Imam menceritakan bahwa kondisinya sudah jauh lebih baik pada hari kedelapan. Ia pun berencana untuk melakukan tes antigen pada hari kesepuluh, agar dapat cepat beraktivitas kembali.
Tidak banyak kegiatan yang dapat Imam lakukan selama isoman. Ia pun sempat merasa “iri” kepada teman-temannya yang masih berkumpul di luar. “Biasanya kita kumpul bareng. Sekarang saya hanya bisa lihat mereka melalui Instagram,” candanya. Karena aktivitas yang terbatas, Imam memiliki hobi baru. Selama isoman, ia jadi gemar membaca. Sebelumnya, Imam tidak terlalu suka membaca. Namun, sekarang ia rajin membaca, terutama berita harian.
Meskipun tidak mengalami gejala yang terlalu parah, menjalani isoman tetap tidak mengenakkan bagi Imam. Mengingat kasus positif Covid-19 yang sedang melonjak, ia mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan mematuhi protokol kesehatan. “Jadi, untuk teman-teman, kalau memang tidak terlalu penting, lebih baik di rumah saja, tidak usah keluar,” pesannya.
Baca juga: Varian Omicron: Bagaimana Cara Pencegahannya?
Muhammad Gyas Sufy: Virus Cepat Datang dan Cepat Hilang
Sehari sebelum merasakan gejala, Gyas masih melakukan aktivitas yang paling digemarinya, yaitu bermain skateboard hingga larut malam. Setelah pulang, ia masih belum merasakan gejala. Namun, setelah bangun tidur keesokan paginya, Gyas merasa pusing dan tidak enak badan.
Gejala awal yang dialaminya antara lain pusing, demam, dan batuk ringan. Demam yang ia rasakan cukup tinggi, 38,9 derajat Celcius. Selain itu, Gyas juga sempat mengalami gejala lain seperti anosmia. Gejala yang dirasakannya sangat hebat adalah pusing dan demam. Awalnya ia hanya minum parasetamol, tetapi kondisinya tidak kunjung membaik. “Biasanya, habis minum obat, sembuh. Tapi, pada hari kedua, demamnya enggak turun. Jadi langsung memutuskan untuk antigen dan ternyata hasilnya positif,” tuturnya. Setelah terkonfirmasi positif, Gyas segera menghubungi orang-orang yang pernah kontak erat dengannya untuk mempercepat proses tracing.
Memiliki adik yang bekerja di rumah sakit merupakan sebuah keuntungan bagi Gyas. Adiknya sigap memberikan obat-obatan untuk mempercepat proses pemulihan sang kakak. Gyas mendapat obat antivirus, parasetamol, dan beberapa vitamin. Ia juga mengonsumsi jamu dan madu pemberian ibunya. Meskipun demikian, efek dari obat-obatan tersebut baru ia rasakan pada hari ketiga. “Hari-hari pertama, obat rasanya seperti nggak berpengaruh. Mulai hari ketiga baru kondisi mulai membaik. Hari kelima baru gejalanya sudah benar-benar hilang,” ucap Gyas. Gejala yang ia rasakan sangat cepat menyerang tubuhnya. Tetapi, gejala-gejala tersebut tidak bertahan lama dalam tubuh Gyas. “Seperti berita yang beredar, varian Omicron ini cepat banget. Tapi, setelah empat hari, sudah hilang. Berbeda dengan sebelumnya yang butuh waktu sekitar 14 hari untuk pemulihan. Virusnya cepat datang dan cepat hilang,” tambahnya. Pada hari kesepuluh isoman, Gyas mengaku sudah merasa sehat dan bugar kembali.
[Varian-varian Covid-19, Apa Perbedaannya?]
Tidak banyak kegiatan yang bisa ia lakukan selama isoman. Karena mengalami gejala awal yang cukup hebat, empat hari pertama ia habiskan untuk istirahat total. Pada hari kelima, ia mulai melakukan kegiatan-kegiatan ringan, seperti menonton dan bermain gim. Rasa bosan pun sempat menghinggapinya, karena kegiatan yang bisa dilakukannya terbatas di dalam kamar.
Kendati merasa jenuh selama isoman, Gyas berpesan kepada teman-temannya untuk tetap di rumah saja dan menjauhi kerumunan. Selalu kenakan masker dan rutin mencuci tangan. Kurangi aktivitas di tempat umum, demi melindungi diri kita sendiri dan orang-orang yang kita sayangi.
Saffar Masyhur Abdul Salam Hamid: Kali Kedua Terpapar Covid-19
Pada Juli 2021 lalu, Saffar sempat terpapar Covid-19 varian Delta. Ia menceritakan, gejala yang ia rasakan tahun lalu terbilang cukup hebat. Saffar mengalami demam hingga 39 derajat Celcius. Meskipun tidak mengalami batuk, ia sulit untuk bernapas, sehingga harus menggunakan bantuan oksigen. Saturasi oksigennya turun, sampai ia harus memanggil dokter ke rumah. Pada awal 2022 ini, Saffar berjumpa kembali dengan varian lain Covid-19. Meskipun demikian, gejala yang dialaminya kali ini cukup berbeda dengan tahun lalu.
Karena bekerja shift, Saffar kerap pulang malam hari. Ketika mulai mengalami batuk, ia sempat berpikir karena kelelahan dan efek angin malam yang dingin. Intensitas batuk yang dialaminya pun semakin sering dan mulai merasa tidak enak badan. Gejala lain mulai berdatangan pula, seperti bersin, tenggorokan sakit, badan terasa linu, dan anosmia. Berbeda dengan tahun lalu, Saffar kini merasakan batuk yang sangat hebat. “Yang dirasa batuk kering. Bahkan, pas tidur, suka kebangun, saking parah batuknya. Sampai batuknya membuat ingin muntah,” ujar Saffar. Tidak disangka, keesokan harinya istrinya ikut sakit. Mereka akhirnya memutuskan untuk melakukan tes swab pada 18 Januari 2022 dan hasilnya positif Covid-19.
Setelah dinyatakan positif, Saffar mendapat pesan elektronik dari Kemenkes dan diberikan instruksi untuk menebus obat-obatan. Kemenkes bekerja sama dengan beberapa layanan telekonsultasi untuk pasien berkonsultasi secara daring. Obat yang dikirimkan sesuai dengan resep yang dokter berikan di layanan telekonsultasi. Selain itu, pihak puskesmas setempat juga datang untuk melihat kondisi keluarga Saffar dan memberikan obat yang sesuai dengan gejala yang dialami. Setelah mengonsumsi obat dan vitamin yang diberikan, kondisi Saffar pun menjadi jauh lebih baik. Gejala hebat yang ia alami hanya bertahan selama empat hari pertama.
Saffar bersyukur tinggal di perumahan yang memiliki solidaritas tinggi. Secara bergantian, tetangga sekitarnya mengirimkan makanan. Hal ini merupakan bentuk perhatian dari warga sekitar untuk kesembuhan Saffar dan istri. “Dapat banyak kiriman dari tetangga, Alhamdulillah,” kata Saffar.
Meskipun dalam proses pemulihan, Saffar tetap menuntaskan pekerjaannya secara remote di rumah. Tidak banyak kegiatan yang bisa ia lakukan selama isoman, sehingga ia memutuskan untuk tetap melanjutkan pekerjaannya. Sesekali batuk hebat yang ia alami mengganggu tugasnya, terutama saat memimpin rapat. Berbeda dengan kondisinya saat pertama kali terpapar Covid-19 yang harus beristirahat total, saat terpapar untuk kedua kalinya ini Saffar masih bisa melakukan kegiatan seperti biasa.
Setelah masa isoman selesai, kondisi Saffar kini sudah pulih dan telah bisa berkegiatan di luar rumah. Ia mengaku, tubuhnya sekarang lebih sensitif terhadap dingin. “Paling kalau kena dingin, masih suka batuk. Misal, minum air dingin atau kena ac terlalu dingin, batuknya suka datang. Tapi, enggak terlalu parah, sih,” tuturnya.
Mengingat akhir-akhir ini banyak orang yang lalai, Saffar berpesan kepada masyarakat untuk tidak meremehkan prokes. Segera vaksin untuk teman-teman yang belum mendapat vaksin sama sekali. Lengkapi pula dengan vaksin booster untuk teman-teman yang sudah mendapat vaksin dosis satu dan dua. Vaksin membantu untuk meningkatkan kekebalan tubuh kita dan mengurangi risiko tertular penyakit.
Dina Raniah: Mendapat Penyuluhan dari Puskesmas
Sempat pulang malam dan kehujanan, Dina tidak menduga ia telah terpapar Covid-19. Pada 15 Januari 2022, Dina dan beberapa rekan kerjanya merasa tidak enak badan. Karena cuaca yang sedang tidak bersahabat, mereka menganggap gejala yang dialami karena cuaca. Keesokan harinya, tenggorokan Dina mulai terasa tidak enak. Ia mengalami kesulitan menelan dan memutuskan untuk membeli permen pelega tenggorokan. Setelah dua hari, ia merasa lebih baik dan langsung pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, Dina mendapat kabar bahwa tiga rekan kerjanya terkonfirmasi positif.
Keesokan harinya, Dina mulai mengalami batuk setelah bangun tidur pada pagi hari. Kemudian ia bergegas untuk melakukan tes antigen dan hasilnya ternyata positif. Dina kemudian menjalani tes PCR. Hasilnya keluar tepat tengah malam dan Dina terkonfirmasi positif Covid-19.
Keesokan paginya, Dina mendapat beberapa pesan elektronik dari Kemenkes dan puskesmas. Ia juga sempat ditelepon oleh pihak puskesmas untuk mengecek kondisi dan gejala yang ia rasakan. Saat itu, demam dan sakit tenggorokan yang sempat ia rasakan sudah hilang, berganti dengan batuk yang semakin hebat. Pada sore hari, petugas puskesmas datang untuk melihat kondisinya dan membawakan obat-obatan sesuai dengan gejala yang ia rasakan.
Setelah mengonsumsi obat-obatan dari puskesmas, kondisi Dina membaik. Demam yang sempat ia rasakan turun pada hari ketiga. Batuk yang Dina alami membuat napasnya menjadi sedikit terengah-engah. Batuk dan flu yang ia alami pun hilang pada hari kelima isoman.
Ketika ia menjalani isoman, pihak puskesmas dekat tempat Dina tinggal juga mengadakan penyuluhan kepada warga kecamatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 secara daring. Penyuluhan tersebut untuk mengedukasi warga dan sebagai wadah untuk sharing para pasien. “Dari puskesmas dapat penyuluhan juga. Jadi, satu kecamatan yang positif dibuatkan Zoom. Di sana mereka cerita-cerita juga,” tutur Dina.
Karena sudah merasa sehat pada hari kelima, Dina merasa bosan menunggu hingga masa isomannya selesai. Karena kegiatan yang bisa dilakukannya terbatas, ia membeli painting by numbers untuk menghilangkan rasa jenuhnya. “Jadi, aku cari kesibukan, supaya enggak lihat hp terus. Makanya aku memutuskan untuk beli painting by numbers itu. Lumayan sih, jadi enggak pusing karena liat HP terus,” ujarnya. Dina juga kerap berolahraga ringan dan berjemur ketika cuaca sedang cerah.
Meskipun sudah merasa sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa, Dina tetap menjalani masa isomannya hingga 14 hari. Pada hari ke-14, ia melakukan tes antigen kembali untuk memastikan dirinya sudah benar-benar pulih dan bisa kembali beraktivitas di luar rumah.
Kegiatan yang terbatas saat menjalani isoman membuat pergerakan tubuh kita berkurang. Karena itu Dina berpesan kepada teman-teman yang sedang menjalani isoman, untuk tetap berolahraga dan perbanyak gerakan tubuh. “Banyakin olahraga, banyakin gerak, yang ringan-ringan aja. Karena kemarin, jujur setelah isoman, pas balik bermobilitas, badan terasa pegal,” ungkap Dina. Ia juga menyarankan agar teman-teman yang sedang isoman tetap bersemangat, karena pikiran yang positif juga akan mempengaruhi proses pemulihan.
[Isolasi Mandiri di Rumah: Panduan dan Apa Saja yang Bisa Dilakukan]
Indira Ayu Maharani: Rutin Berolahraga Sejak Terpapar Covid-19
Gejala awal yang dialami Indira tidak jauh berbeda dengan pasien-pasien lainnya. Indira merasa sakit kepala dan tenggorokan ketika berada di kantor. Setelah minum parasetamol, bukannya membaik, kondisinya justru memburuk. Sakit kepala yang ia rasakan semakin hebat dalam perjalanan pulang. Sesampai di rumah, ia kemudian bergegas untuk beristirahat, karena sakit kepala yang tak tertahankan.
Keesokan harinya, Indira merasa menggigil. Suhu tubuhnya naik hingga 38 derajat Celcius. Ia masih mengira bahwa gejala yang dialaminya adalah radang tenggorokan. Ia hanya mengonsumsi obat warung untuk meredakan gejala yang dialaminya. Tapi, tiba-tiba ia merasakan batuk yang parah. Indira juga memiliki riwayat asma, sehingga napasnya pun berbunyi. Karena kondisi yang tak kunjung membaik, Indira memutuskan untuk pergi ke dokter. Setelah berkonsultasi dengan dokter, ia hanya disarankan untuk beristirahat, karena diduga mengalami radang tenggorokan biasa.
Keesokan harinya, Indira mulai kehilangan kemampuan penciuman dan perasa. “Besoknya aku mulai enggak bisa mencium apa pun. Pas aku coba cium parfum, enggak ada baunya. Mau makan juga rasanya pahit banget,” ujar Indira. Demam yang sempat dirasakannya sudah turun, tetapi ia masih mengalami flu dan batuk. Akhirnya ia memutuskan untuk melakukan tes antigen dan ternyata hasilnya positif. Suami yang mengantarnya pun ikut melakukan tes dan hasilnya juga positif.
Karena riwayat asma yang ia miliki, Indira sempat mengalami sesak karena batuk yang cukup sering. “Setiap malam aku enggak bisa tidur karena batuknya,” ungkap Indira. Meskipun demikian, ia tidak menggunakan alat bantu oksigen, karena dapat mengontrol pernapasannya, seperti bernapas melalui mulut ketika sesak dan menenangkan diri.
Setelah terkonfirmasi positif, pihak puskesmas pun datang ke rumah Indira untuk melihat kondisi Indira dan suami, dengan alat pelindung diri (APD) lengkap. “Aku juga dikontrol dari puskesmas. Mereka datang ke rumah dengan APD lengkap, untuk kontrol kondisi aku dan keluarga. Mereka cek saturasi oksigen dan tensi darah,” jelasnya. Setelah diberi obat oleh puskesmas, batuk yang dialami Indira tidak kunjung reda. Indira memutuskan untuk membeli obat batuk sendiri dan batuknya pun mulai reda.
Gejala hebat yang ia rasakan hanya bertahan hingga tiga hari pertama. Batuk yang ia alami sudah tidak separah batuk ketika gejala awal muncul. Ia juga mengonsumsi air rebusan kayu Bajakah untuk meredakan batuknya.
Merasa sudah bisa melakukan aktivitas kembali, Indira menyibukkan diri saat isoman dengan cara membersihkan rumah, melanjutkan pekerjaan kantor secara remote, dan berolahraga. Indira mengungkapkan, ia jadi rajin berolahraga saat menjalani isoman. “Sekarang olahraga jadi rutinitas tiap pagi. Tiap bangun tidur paling tidak 30–60 menit bikin keringat,” ujarnya. Indira dan suami bermain bulutangkis di halaman rumahnya, lengkap dengan mengenakan masker. Menurut Indira, kegiatan yang bisa menggerakkan badan sangat penting dilakukan saat isoman untuk mengurangi rasa linu di badan.
Banyak kegiatan yang mulai ia lakukan untuk menggerakkan badannya. Indira mengaku, sebelumnya jarang membersihkan halaman. Karena keterbatasan aktivitas yang bisa dilakukan, ia pun kini rajin membersihkan dan memotong rumput di halaman rumahnya. Ia kerap menyibukkan diri, agar tidak terlalu memikirkan virus di tubuhnya.
Penularan varian Omicron yang cepat membuat kita harus semakin waspada. Menurut Indira, kita harus membentengi diri sendiri dengan minum vitamin, makan makanan bergizi, dan mulai pola hidup sehat untuk mencegah penularan virus. Indira menambahkan pula, agar kita tidak lengah dalam menjaga jarak dan rutin cuci tangan. Selalu jaga kebersihan serta kesehatan di mana pun kita berada.
Sudah mendapat vaksin lengkap hingga booster bukan berarti kita boleh lengah terhadap pandemi ini. Gunakan masker, jauhi kerumunan, dan selalu patuhi protokol kesehatan lainnya. Di tengah lonjakan kasus varian Omicron kini, jika tidak ada keperluan yang mendesak, lebih baik kamu tetap di rumah saja. Untuk Smartcitizen yang belum melakukan vaksinasi, segera daftar dan pilih jadwal vaksinasi melalui aplikasi JAKI atau kunjungi website corona.jakarta.go.id. Tetap jaga kesehatan, ya, Smartcitizen!