Kolaborasi Mengurangi Emisi Jakarta Melalui JAKI

Amira Sofa
jakartasmartcity
Published in
5 min readJan 17, 2022

--

Smartcitizen, coba deh ingat kembali aktivitasmu sehari belakangan. Berapa lama waktu yang kamu habiskan di depan gadget? Berapa jam air conditioner (AC) di rumah kamu biarkan menyala ketika tidak digunakan? Ada berapa baju yang kamu checkout di marketplace favoritmu hari ini? Sekilas, aktivitas-aktivitas pribadi tersebut berjalan secara natural tanpa perlu diperhitungkan. Namun, tahukah kamu, setiap pilihan yang kamu buat dalam beraktivitas tak hanya berpengaruh untuk dirimu, melainkan juga lingkungan? Sebab, pakaian, makanan, peralatan elektronik, dan segala sesuatu yang kamu konsumsi atau gunakan dapat memproduksi emisi, yakni zat-zat beracun yang membahayakan makhluk hidup serta lingkungan. Akan tetapi, kamu bisa mengurangi emisi, dimulai dengan menghitungnya menggunakan fitur JakEmisi.

Peningkatan emisi merupakan penyebab utama perubahan iklim (climate change). Hal ini terjadi pula di Jakarta. Kita bisa merasakan sendiri cuaca tak menentu, banjir, hingga penyebaran pandemi sebagai efek dari perubahan iklim di ibu kota. Jika melihat dengan “kacamata” yang lebih besar, bumi kita memang sedang memanas. Bahkan, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan, tujuh tahun terakhir bumi sedang berada dalam kondisi terpanas dan muka air laut mencapai titik ketinggian baru.

Rata-rata perubahan suhu dunia (sumber: Met Office)

Perubahan iklim tak bisa sepenuhnya dihentikan. Namun, kita bisa memperlambatnya dengan mengurangi emisi gas rumah kaca ke udara. Indonesia, bersama dengan 196 negara lainnya sudah menandatangani Perjanjian Paris untuk mengurangi 45% emisi pada 2030 dan 100% pada 2050. Dalam skala provinsi, Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia untuk mengurangi emisi, sebagai bentuk upaya menjaga ketahanan iklim ibu kota, yang salah satunya adalah melalui JakEmisi. Fitur terbaru di aplikasi JAKI ini dapat membantu kamu menghitung jumlah emisi yang kamu hasilkan dari kegiatan sehari-hari. Melalui artikel ini, kita akan membedah fitur JakEmisi, sekaligus menilik kolaborasi Jakarta dan WRI Indonesia dalam mensosialisasikan pengurangan emisi.

Kolaborasi WRI Indonesia dengan Pemprov DKI untuk Kurangi Emisi

WRI Indonesia yang didirikan dengan nama Yayasan Institut Sumber Daya Dunia merupakan lembaga penelitian independen yang menggagas serta melakukan aksi, untuk menciptakan keseimbangan antara perlindungan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan manusia. Aksi yang dijalankan WRI Indonesia beragam, dari mempublikasi artikel-artikel ilmiah, publikasi metodologi di aplikasi Emisi, hingga kampanye melalui media sosial dan webinar. Kini, WRI Indonesia menjalin kolaborasi dengan Pemprov DKI Jakarta terkait perubahan iklim, banjir, dan polusi udara.

Kolaborasi ini juga meliputi isu emisi, berawal dari penilaian WRI Indonesia bahwa emisi yang dihasilkan manusia dari aktivitas sehari-hari menyumbang kontribusi yang besar bagi perubahan iklim. Oleh karena itu, WRI Indonesia ingin mencari solusi yang berbasis alam, dapat dilakukan oleh masyarakat, dan bisa membuat Jakarta lebih tangguh terhadap krisis iklim. Melalui kolaborasi dengan Pemprov DKI Jakarta yang memiliki visi dan misi serupa, WRI Indonesia mengembangkan fitur JakEmisi yang mampu memenuhi tiga kriteria solusi tersebut, dan sejak Desember 2021 lalu fitur JakEmisi sudah dapat digunakan.

“JakEmisi bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak nyata perubahan iklim, emisi yang dihasilkan sehari-hari, dan pentingnya menghitung emisi,” ungkap Muhamad Rizki, Mobility and Transport Specialist dari WRI Indonesia. Ia juga menekankan bahwa selain mendorong masyarakat untuk peduli emisi, tujuan jangka panjang JakEmisi adalah untuk berkontribusi secara langsung dalam upaya mengurangi emisi. Menurut Rizki, keberadaan JakEmisi diharapkan dapat membantu mendorong terbentuknya pola hidup efisien dan kesadaran untuk beralih ke teknologi yang dapat menurunkan emisi.

Cara JAKI Bantu Pengguna Menghitung Emisi

Kamu sudah mengetahui bahwa JakEmisi dapat membantu masyarakat menghitung emisi. Namun, bagaimana prosesnya di aplikasi? Rizki menjelaskan bahwa pengguna perlu memilih aktivitas yang ingin ia hitung emisinya terlebih dulu. Hingga saat ini, tersedia empat aktivitas di JakEmisi, yakni peralatan elektronik, pembelian pakaian, makanan, dan pembuangan sampah. Kemudian, pengguna perlu memasukkan data yang dibutuhkan. Data ini dapat berbeda-beda, tergantung dari aktivitas yang dipilih. Misalnya, pada kategori peralatan elektronik, kamu diminta untuk memasukkan jenis peralatan elektronik, jumlah unit yang digunakan per hari, durasi pemakaian per hari, serta jumlah hari dalam seminggu peralatan tersebut digunakan. Selanjutnya, total emisi yang dihasilkan akan muncul dan hasil tersebut telah diakumulasi selama tiga bulan penggunaan. Jenis emisi yang ditampilkan dirinci lagi menjadi emisi CO2, emisi NOx, dan emisi SO2, masing-masing selama tiga bulan. Dari hasil ini, masyarakat bisa melakukan evaluasi terkait emisi yang dihasilkan dalam satu aktivitas tertentu maupun melakukan perbandingan dengan aktivitas lain.

Meskipun JakEmisi terfokus pada penghitungan emisi pengguna fitur, manfaatnya tak hanya itu saja. “Fitur ini juga dapat digunakan untuk keperluan riset maupun percontohan bagi badan usaha, dinas pemerintahan, dan sebagainya,” ungkap Rizki. Tentunya, terkait kebutuhan riset, keamanan data menjadi hal yang dijunjung oleh tim pengembang JakEmisi. Data yang digunakan dalam riset bukan merupakan data pribadi pengguna, melainkan data terkait emisi.

Masa Depan JakEmisi

Saat ini, Pemprov DKI Jakarta dan WRI memfokuskan JakEmisi pada penghitungan emisi untuk tujuan reduksi terlebih dulu. Setelah reduksi berhasil dilakukan, JakEmisi dapat beralih fokus ke aksi penyerapan emisi. “Ke depannya, ada beberapa inovasi yang ingin dilakukan, seperti menambahkan jumlah aktivitas pada kalkulasi emisi dan fitur edukasi pengurangan emisi. Saat masuk ke fase penyerapan emisi, kami juga ingin menyediakan layanan untuk masyarakat menanam pohon di rumah atau taman-taman Jakarta, maupun fitur komunikatif dengan pengguna yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi dengan komunitas, dan sebagainya,” tambah Rizki.

Tujuan besar tersebut tentunya tak bisa dicapai sendirian. Berbagai pihak harus saling bekerja sama untuk menunjukkan komitmen menjaga iklim. Misalnya, Pemprov DKI Jakarta, dengan membuat kebijakan-kebijakan terkait yang sudah dilakukan selama ini. Atau kamu, dengan kesadaran dan upaya mengurangi emisi yang dihasilkan dari kegiatanmu sehari-hari. Dimulai dari menghitung, mengevaluasi, lalu perlahan menguranginya. Jika kamu ingin menjadi bagian dari perjalanan menjaga ketahanan iklim Jakarta, kamu bisa memanfaatkan fitur JakEmisi di JAKI. Belum punya aplikasinya? Tenang, kamu bisa unduh kapan saja di Google Play Store ataupun Apple App Store.

Pada dasarnya, mengurangi emisi hanyalah satu dari sekian banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga bumi. Sejauh ini, Pemprov DKI Jakarta juga telah melakukan berbagai inovasi lain untuk memaksimalkan upaya tersebut. Jika kamu ingin mengetahui apa saja upaya menjaga ketahanan iklim di Jakarta, baca artikel ini. Selamat membaca dan mari terus merawat bumi dengan mengurangi emisi!

Yuk, bantu JAKI berbenah dengan mengikuti Survei Layanan JAKI, di sini.

--

--

Amira Sofa
jakartasmartcity

A full-time writer. Enthusiastic for self-development and social issues.