Belajar Memimpin part 1: Pemimpin adalah Pembelajar

Not all readers are leaders, but all leaders are readers. — Harry S. Truman

Raden Nanda Teguh Perkasa
Javan Cipta Solusi
3 min readMay 3, 2023

--

Ya kita semua sama, semua pemimpin adalah manusia. Seorang pemimpin hanya berbeda dalam satu hal, mereka memiliki orang lain yang harus dipimpin. Dalam materi Simple Leadership Strategies yang disampaikan daring oleh Mas Fikry Fatullah (Kirim.Email), saya sepakat bahwa status pemimpin didapatkan karena 3 hal:

  1. Menjadi Pemimpin karena Jabatan. Pemimpin yang diakui dan diikuti karena menempati posisi lebih tinggi dari bawahannya.
  2. Menjadi Pemimpin karena Pengetahuan & Pengalaman. Pemimpin yang diakui dan diikuti karena dirasa lebih dahulu memiliki pengetahuan & pengalaman dibandingkan yang lainnya.
  3. Menjadi Pemimpin karena Menginspirasi (Panutan). Pemimpin yang diakui dan diikuti karena dirasa layak untuk memimpin, sudah terbukti secara langsung dan tidak langsung terkait integritas dan kapasitasnya.

Kategori ini bukanlah sebuah pilihan, namun hirarki ini berdasarkan tingkat loyalitas bawahan terhadap pimpinannya. Menjadi pemimpin karena jabatan adalah hirarki terendah, dan menjadi pemimpin karena panutan adalah hirarki tertinggi.

Mayoritas generasi Y dan Z saat ini menduduki peran pemimpin diawali karena posisi jabatan yang dia emban. Pemimpin dalam hirarki ini sangatlah rentan, rentan ditinggalkan bawahan sampai rentan tergantikan. Kondisi ini mengharuskan pemimpin untuk senang dan siap belajar, dengan belajar lah pemimpin itu akan tumbuh dan perlahan akan melewati hirarki pertama ini.

Secara umum, banyak sekali hal yang harus dipelajari oleh seorang pemimpin. Namun pada kesempatan ini, ada 2 (dua) hal dasar yang penting dan secara rutin harus dipelajari oleh seorang pemimpin:

1. Belajar untuk Mengembangkan Diri

Permasalahan adalah cemilannya para pemimpin. Loh kok cemilan? Ya karena menyelesaikan masalah itu baru sebagian kecil dari tugas memimpin. Selayaknya cemilan, menyelesaikan masalah itu harus dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, tidak perlu menunggu sarapan, makan siang ataupun makan malam.

Sebagai pemimpin kita harus mampu belajar berbagai macam disiplin ilmu. Baik itu menjadi pemimpin perusahaan, pemimpin daerah sampai ke pemimpin organisasi, kita harus belajar banyak hal. Sejatinya, kita akan selalu menemukan celah antara masalah yang kita terima dan ilmu yang kita miliki, tugas kita harus terus mengisi celah dengan pengetahuan dan pengalaman baru, agar senantiasa kita dapat terus memberikan arahan dan jalan keluar untuk orang-orang yang kita pimpin.

Beberapa cara terbaik yang dapat rutin dilakukan pemimpin dalam proses mengembangkan diri adalah:

  1. Secara langsung: Cari dan miliki mentor, Rutin berdiskusi dengan orang baru atau orang hebat, Cari inspirasi dalam kegiatan training/mentoring, Berjejaring di forum tatap muka, dan sebagainya
  2. Secara tidak langsung: Rutin membaca buku, mendengarkan podcast, menghadiri dan belajar di webinar dan sebagainya.

Banyak cara untuk mengembangkan diri, namun yang perlu diingat kita harus selalu mengosongkan gelas kita agar senantiasa dapat terisi oleh pengetahuan dan pengalaman baru.

2. Belajar untuk Mendengar dan Menyampaikan

You cannot not communicate, kita tidak pernah tidak berkomunikasi. Bukan hanya tentang berbicara, gerakan tangan, gestur tubuh bahkan sampai raut muka pun itu semua bentuk komunikasi.

Peran terpenting seorang memimpin adalah mampu mempengaruhi, dan satu-satunya strategi terbaik adalah dengan berkomunikasi. Setiap hari kita harus siap mendengar dan mampu menyampaikan. Dengan mendengar kita dapat berbagai perspektif, dengan menyampaikan kita belajar merangkum menjadi sebuah informasi. Sejatinya, lawan bicara akan mampu kita pengaruhi ketika kita mampu menjadi mereka dan memahami posisi mereka.

Ada 2 (dua) pendekatan terbaik agar kita berhasil berkomunikasi dengan siapapun, yaitu:

  1. Pacing (Menyamakan): Kita harus menjadi mereka, dengan mendengar, melihat atau merasakan. Awali dengan menyamakan pikiran, sudut pandang, perasaan, atau tingkah lakunya. Ketika kita berada pada posisi yang sama, sudah satu frekuensi dengan lawan bicara, maka kita dapat memulai membangun kepercayaan dengannya.
  2. Leading (Mengarahkan): Ketika kepercayaan itu terbangun, apa-apa yang akan kita sampaikan akan diterima, didengar dan dirasakan. Proses mempengaruhi dan mengarahkan akan mulai efektif dalam tahap ini dan akan berakhir ketika frekuensi itu hilang.

Keberhasilan komunikasi bukan dilihat dari seberapa penting atau tidaknya sebuah konten yang dikomunikasikan, namun dilihat dari seberapa mampu mereka memahami kondisi dan respon lawan bicaranya.

“Pemimpin adalah pembelajar, ketika gagal dia belajar dan ketika berhasil dia belajar.” — Fikry Fatullah (kirim.email)

--

--

Raden Nanda Teguh Perkasa
Javan Cipta Solusi

Full-time Father | Part-time Entrepreneur l Design, Tech & Sharia Enthusiasts