Career Shifting, Siapkah kamu?

Sugihartono
Javan Cipta Solusi
Published in
5 min readSep 30, 2020
Image by Arek Socha from Pixabay

Career Shifting atau yang dalam istilah lain disebut dengan istilah Career Switch adalah perpindahan karir seseorang dari satu bidang keahlian ke bidang keahlian yang lain. Career shifting bisa terjadi karena beberapa sebab baik keinginan pribadi, kebutuhan organisasi, maupun karena terjadi karena terpaksa.

Background adanya Career Shifting

Tidak ada Posisi yang Durable

Sejarah manusia telah mencatat sampai saat ini telah mengalami revolusi industri selama beberapa kali. Saat ini sedang pada masa Revolusi industri 4.0. Setiap kali ada revolusi industri, dari mulai 1.0 hingga 4.0, selalu ada pekerjaan yang baru dan tergantikan. Dulu tenaga manusia banyak dipakai untuk proses produksi, setelah ditemukan mesin muncul pekerjaan operator mesin. Ditemukannya listrik memunculkan pekerjaan engineer dan operator. Sampai pada masa sekarang, dengan adanya aplikasi dan otomasi telah membuat banyak pekerjaan baru, menghilangkan banyak role pekerjaan, maupun mengurangi kebutuhan tenaga kerja pada posisi tertentu.

Faktor U

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pekerjaan ada masa usianya. Masa usia ini menyebabkan adanya seleksi alam secara alami. Pemain bola, pembalap, atlet yang sudah bertambah usia akan menurun kinerjanya sehingga dia akan tergantikan dengan orang lain yang lebih bertenaga. Lowongan pekerjaan banyak yang mencantumkan usia maksimal. Bukan bermaksud mendiskriminasi soal usia, atau menganggap yang lebih tua tidak lebih baik dari yang lebih muda. Hal ini lebih ke arah karakter pekerjaan yang lebih cocok dihandle oleh yang umurnya pada range tertentu.

Evolusi Teknologi

Evolusi teknologi telah memaksa banyak orang melakukan career shifting, karena demand sudah tidak sebanding dengan supply. Banyak pekerjaan operator telah digantikan oleh aplikasi dan otomasi. Perkembangan teknologi dan integrated system lebih memaksa lagi adanya career shifting karena sistem yang lebih baik, ditandai dengan kebutuhan operator yang lebih sedikit.

Revolusi

Dibandingkan dengan evolusi yang berjalan lebih lambat, Revolusi lebih ekstrem lagi. Perubahan terjadi dengan sangat cepat, tanpa ada kompromi. Contoh terbaru adalah pandemi COVID-19. Pandemi ini telah menekan sektor industri tertentu menuju titik nadir. Pariwisata, transportasi, hospitality adalah beberapa contoh industri yang sangat tertekan karena kegiatan bisnis harus terhenti ataupun berkurang sangat drastis. Secara langsung, pekerja dan orang-orang yang terlibat didalamnya harus melakukan career shifting untuk dapat bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Siapkah kamu?

Dengan beberapa background yang disampaikan diatas, apakah kamu siap tergantikan?

Pengalaman vs Jam Terbang

Pengalaman vs jam terbang sesungguhnya dua hal yang berbeda. Dua orang programmer dengan pengalaman 5 tahun bisa jadi berbeda kemampuannya karena pengalamannya berbeda walaupun jam terbang sama (5 tahun). Mengapa hal ini bisa terjadi? Waktu 5 tahun bisa dilalui dengan cara yang berbeda untuk dua orang dengan role yang sama. Mungkin orang pertama hanya mengulang hal-hal yang sama selama 5 tahun itu, dalam istilah lain “Pengalaman 1 tahun yang diulang selama 5 kali”. Orang kedua bisa jadi lebih banyak belajar, melakukan improvisasi, optimasi dan berperan lebih dari pada hanya seorang programmer. Kondisi demikian yang menjadikan pengalaman 5 tahun satu orang bisa jadi sama dengan pengalaman 1 tahun orang lain, hanya beda jam terbang saja.

Comfort Zone

Sudah banyak yang membahas soal hal ini. Harusnya kita sudah paham. Tapi apakah kita sudah paham kita masuk comfort zone atau tidak?. Mari kita refleksikan diri:
- Saya hanya melakukan hal-hal yang sama setiap hari tanpa ada improvisasi.
- Saya jarang melakukan optimasi pekerjaan yang saya lakukan
- Saya jarang diskusi dengan rekan kerja (baik vertikal maupun horizontal) terkait issue-issue terkini dan apa yang bisa dilakukan
- Saya merasa sudah sangat mampu melaksanakan pekerjaan saat ini
- Saya merasa sudah tidak ada ilmu lagi yang perlu/dapat dipelajari untuk meningkatkan performa pekerjaan saya
- Setiap pekerjaan saya, selalu tepat waktu, bahkan lebih cepat dari estimasi awal
Jika banyak jawaban YA dari beberapa statement diatas, maka anda telah masuk ke comfort zone.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan comfort zone, karena preferensi orang berbeda-beda. Ada yang mengutamakan kenyamanan dan stabilitas ketika bekerja. Tapi comfort zone akan berbahaya jika kita tidak siap dengan kondisi-kondisi darurat. Apa yang akan kamu lakukan ketika perusahaan tempatmu bekerja tutup? Bagaimana kalau ada reorganisasi perusahaan dan kamu dimutasi ke posisi lain?

Bagaimana Mempersiapkan Career Shifting?

Mempersiapkan lebih baik daripada tidak siap. Career shifting niscaya akan terjadi baik cepat maupun lambat. Tidak ada orang yang berkarir menjadi programmer dari mulai pertama kerja hingga usia pensiun. Pasti ada kejenuhan maupun dianggap tidak relevan ketika sudah tidak produktif maupun tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi. Bagaimana agar kita selalu siap menghadapi career shifting, apapun role pekerjaan saat ini?

Tidak berhenti Belajar

Belajar dan mengaktualisasi diri adalah salah satu cara untuk dapat terdepan diantara yang lain. Apapun posisi kamu, meningkatkan skill adalah salah satu kebutuhan utama. Ilmu selalu berkembang, teknik selalu menemukan cara terbaru dan terbaiknya. Dulu develop aplikasi PHP dengan metode native, sekarang sudah banyak framework PHP dan hampir tidak ada aplikasi yang di develop tanpa framework. Kalau Programmer PHP tidak belajar framework, apakah dia akan relevan sekarang?

Menulis

Menulis dirasakan sebagai kemampuan yang hanya harus dimiliki oleh posisi tertentu saja, tapi sesungguhnya setiap pekerjaan mengharuskan memiliki skill menulis. Apakah Framework akan dipakai jika programmer pembuatnya tidak menuliskan dokumentasinya?. Bukannya programmer yang menerima legacy code selalu menanyakan “ada dokumentasinya?”.

Komunikasi

Komunikasi pada zaman now dilakukan dengan banyak cara, baik langsung bertemu, conference call, email, maupun chat. Jadi secara umum, komunikasi menuntut 2 kemampuan utama dalam menyampaikan pesan:
- Menulis : Menyampaikan apa yang menjadi pesan dalam bentuk tulisan
- Berbicara : Menyampaikan pesan dalam kata-kata

Diskusi

Diskusi adalah bentuk komunikasi juga tapi lebih intens dan ada topik yang dibahas. Untuk dapat berdiskusi dengan baik, perlu kemampuan berikut:
- Mendengar : Mampu menyerap dan memahami ide/gagasan lawan diskusi
- Merumuskan Ide : Diskusi tidak akan berjalan kalau hanya satu pihak yang menyampaikan ide, penting untuk kita dapat merumuskan ide yang relevan dengan topik diskusi
- Berbicara : Mampu menyampaikan ide yang dirumuskan maupun menanggapi ide/gagasan lawan diskusi.

Salah satu golden rule diskusi yang sering dilupakan dan tidak diketahui adalah “Bertanya bukan hanya karena kita ingin bertanya, tapi sebagai bentuk eksistensi kita pada forum diskusi”

Analisis

Analisis dalam artian kita selalu memahami keseluruhan pekerjaan yang dilakukan, tidak hanya menjalankan tugas sesuai dengan instruksi pekerjaan. Banyak orang melaksanakan pekerjaan sekedar untuk menjadikan pekerjaan itu “DONE” tapi tidak paham esensi dari pekerjaan itu. Hal ini menyebabkan kurangnya engagement ke tim dan adanya potensi bahwa pekerjaan tersebut tidak berkualitas baik. Bayangkan sejumlah orang bekerja dalam tim, tapi tidak paham dan tidak mau tahu goal tim mau membuat apa, dia hanya fokus pada pekerjaan yang ditugaskan ke dia. Mungkin ketika pekerjaan itu disatukan, tidak akan tercapai hasil yang maksimal.

Mengapa saya menulis ini? berkaca pada diri sendiri yang selama lebih dari 10 tahun bekerja pada posisi yang berbeda-beda, mulai dari role Programmer (dengan beberapa language), Middleware Engineer, System Analist, Project Manager, Pre-Sales, Business Development, Marketing, Sales. Lintas Role baik sebagai Vendor, Freelancer, User, maupun konsultan. Lintas Industri (Manufaktur, Telco, Government, Startup). Lintas Level dari entry level sampai decision maker.

Sangat disayangkan ketika seseorang tidak mau mengupgrade maupun mengaktualisasi diri hanya karena “skill itu nggak dibutuhkan kok untuk pekerjaanku”, “aku sibuk, nggak ada waktu untuk belajar & upgrade skill”. Mungkin mainmu kurang jauh, tidurmu kurang malam, temanmu kurang banyak.

Seorang pencari rumput aja tahu, sebelum berangkat dia harus mengasah sabitnya agar tajam dan dapat mendapatkan rumput dengan cepat tanpa kesusahan. Padahal dia tau, perlu waktu untuk mengasah sabitnya sebelum dia berangkat, tapi dia menyadari, tanpa di asah, dia akan kesulitan mendapatkan rumput dengan cepat dan akan buang banyak tenaga.

--

--