Dalam Kendali

Anak Utara
Jemala
Published in
6 min readMar 24, 2023

Saat mulai tulisan ini secara random terlintas sebuah memori saat saya, Theo, dan Denny (vokalis Wreefill) sedang duduk bertiga malam-malam di taman Wisma 77 Tower 2, 2019 silam. Jam kerja sudah lewat dan kami baru saja selesai melakukan rekaman ringkas di kantor untuk single pertama Wreefill yang berjudul ‘I Wish You Stay’. Sekilas info, Wreefill itu proyek musik milik Denny dan Theo. Proyeknya masih jalan santai sembari Theo Jemalaan bareng saya.

Saya masih senang pas mengingat proses kami memproduksi dua single Wreefill. Waktu itu sebagai fresh graduate Double Deer Academy jurusan Digital Music Production, diberikan kesempatan untuk mempergunakan skill yang sudah dipelajari sangatlah menggembirakan. Bolehlah saya share di sini lagunya. Silahkan mendengarkan.

Singkatnya, momen ngobrol santai berselip keluh kesah tipis malam itu memancing Theo untuk menyebutkan sebuah filosofi yang bernama Stoicism. Ternyata background story dari filosofi tersebut sangat menarik dan belakangan menjadi hal yang sangat membantu saya untuk mensiasati overthinking dan people pleasing.

Saya jelas bukan ahli soal ini jadi saya tidak akan mencoba untuk menjelaskan detilnya. Sekarang ini sepertinya banyak juga orang yang suka dengan filosofi ini sehingga banyak konten yang membahasnya. Jadi untuk yang ingin menelusuri lebih lanjut tentang Stoicism, silahkan di-google.

Dikotomi Kendali

Saat pertama kali membaca tentang paham dikotomi kendali ajaran para sesepuh Stoic, otak overthinker saya seperti bisa kentut kencang selega-leganya. Paham tersebut mengajarkan pentingnya mengidentifikasi dan memilah apa yang ada di dalam dan di luar kendali kehidupan. Saya senang sekali saat tahu kalau ternyata kendali saya di hidup tidak sebanyak yang saya ciptakan. Wong yang bisa saya kendalikan dalam hidup hanya diri saya sendiri seutuhnya, mental dan jasmani. Di luar itu, semua faktor eksternal ada di luar kendali saya dan baik buruknya hanya bisa saya pengaruhi dengan respon saya. Seru juga untuk mengetahui bahwa hidup mengutamakan kualitas kesadaran diri dan pengendalian diri itu cukup. Saya jadi sadar kalau saya butuh pelan-pelan mengurangi fabrikasi tanggung jawab, demi memenuhi rasa tidak enakkan saya pada orang lain.

Walaupun begitu pemahaman di atas menyadarkan saya juga tentang satu sisi koin lainnya. Sebuah kenyataan bahwa, kalaupun saya berhasil menyikapi apapun dengan baik, dunia tidak punya kesadaran dan kewajiban untuk memberikan balasan yang baik/pantas untuk saya dan itu dengan telak harus saya telan bulat-bulat seapaadanya.

We must realize that external events are neutral, and only how we choose to react to them makes them good or bad.
Jonas Salzgeber

Terdengar agak gelap sih memang, tapi kenyataan itu cukup berhasil membentuk perspektif baru tentang kedamaian diri saya pribadi. Bahwasanya, hal di luar diri saya mestinya tidak ada yang sebegitu personal-nya untuk saya gubris sampai merenggut terlalu banyak kedamaian diri. Tentu dengan catatan saya harus terus berproses dengan kemampuan self-awareness dan self-control juga. Idealnya sih yang saya mau adalah, kalaupun saya suatu hari berhasil menguasai diri bak superman David Goggins. Saya tetap bisa ketawa-ketiwi tanpa beban walau tidak jadi musisi sesuai impian.

Ya, bukan berarti karena tahu teorinya dan mulai coba praktek bisa mempermudah situasi. Namanya juga situasi, dengan sifatnya yang eksternal sejatinya memang ada di luar kendali. Situasi kami pun selama mencoba full-time Jemala banyak sekali yang tidak terkendali. Kami cukup sering saling mengingatkan tentang peran baik dan buruk kendali dalam hidup kami masing-masing dan berJemala saat ngobrol. Sejauh ini, untuk saya pemahaman dikotomi kendali sangat amat membantu dalam menyikapi random-nya hidup.

The chief task in life is simply this: to identify and separate matters so that I can say clearly to myself which are externals not under my control, and which have to do with the choices I actually control. Where then do I look for good and evil? Not to uncontrollable externals, but within myself to the choices that are my own…
Epictetus

Kenyataan

Jujur di tahun 2022 hingga 2023 ini, saya kecewa dengan diri saya. Old habits Bruce Willis alias, Die Hard. Sebenarnya ingin sekali bisa semakin ngebut dengan Jemala entah bagaimana caranya itu. Namun, pada kenyataannya kami dihadapkan dengan hal-hal yang yah… begitulah.

Pada akhirnya kami pun harus kembali belajar untuk menyamankan diri dengan segala perubahan demi bisa berJemala terus. Ya, namanya juga perkara hukum konsekuensi dan implikasi. Dua tahun sudah kita mencoba mencari uang lewat Jemala namun belum tercapai. Hasilnya ya tahun ini dan kemarin, kami harus kembali membagi waktu untuk bekerja dan bermusik. Sebenarnya bukan rasa yang asing, karena dulu kami sempat begitu juga. Tapi kali ini berbeda karena saya tidak lagi sekantor sama Theo. Intinya waktu kami untuk bisa bertemu dan fokus mengerjakan Jemala harus berkurang jauh.

Di Luar Kendali

Awalnya sih saya ingin mengeluh soal perubahan yang terjadi. Setelah dipikir lagi, hal-hal yang di luar ekspektasi dan kendali saya itu malah sebenarnya menjadi hal yang seru. Kembali bekerja nyatanya melebarkan kesempatan dan pengetahuan baru yang dahulu mungkin terlewati karena fokus rekaman berdua. Theo dan saya masing-masing jadi bisa bertemu kawan-kawan baru yang mempunyai pengalaman dan wawasan lebih di industri musik ataupun kreatif secara umum. Saya jadi sadar kalau banyak juga hal di luar kendali yang bisa ciamik.

Tidak hanya itu, rasanya kami mulai melihat hasil usaha kami mengendalikan pilihan-pilihan kami — berbekal pengetahuan dan kemampuan yang kami punya saat itu. Mungkin selayaknya investasi, hari-hari yang kami pupuk dengan selipan usaha yang kadang terasa insignifikan. Tiba-tiba membuahkan angka empat digit stream count untuk tujuh single kami di platform Spotify. Itu mencakup lagu yang ada dalam EP ‘St. Germain’ hingga ‘Tanpa Suara’. Standar saya mungkin tidak pernah setinggi itu, sehingga saya senang sekali saat melihat angka-angka tersebut.

Dilanjutkan dengan melihat ‘As I Stared Outside’ diliput webzine Fungjai Thailand. Mulai pula press release Jemala di-notice lebih banyak media musik online. Serta kemunculan rilisan kami di beberapa playlist editorial streaming platform lainnya seperti, Apple Music. ‘Tentang Renung dan Tabur’ yang di-feature dalam channel Youtube Inafolka. ‘Aperture’ yang dipilih jadi soundtrack short film ‘Breathe’ karya teman kami, Handreas Stefano dan Senry Alvin. Menemukan lagu kami bisa di-download di website musik bajakan. Hingga ditawarkan untuk jadi brand ambassador software Davinci Resolve via email palsu. Ketika mampu secara sadar memilih untuk memandang semua faktor eksternal di atas secara netral, itu memampukan saya merespon dengan rasa kagum. Hal-hal baik dan kureng yang timbul bisa menjadi surreal serta menyenangkan. Setidaknya, yang kureng bisa jadi bahan bercandaan kami.

Cihuy
Keren

Tentunya saya juga mau berterima kasih banyak sekali kepada komunitas NFT tercihuy Indonesia, The Monday Art Club yang memberikan kami kesempatan untuk menjajal rasanya berproses dan berkolaborasi secara live bersama seniman lokal tingkat wahid dalam exhibition bertajuk ‘Work In Progress’ di Art Jakarta 2022.

Sibuk
Beres

Hasilnya adalah sebuah lagu baru dengan artwork yang terlalu bagus karya ilustrator Stefany Zefanya dan Liffy Wongso, serta lirik puitis menenangkan yang ditulis oleh sang penulis, Helena Natasha. NFT hasil karya kolaborasi kami bisa dinikmati dan dimiliki via link berikut: https://opensea.io/assets/ethereum/0x0fb30dfdb75fe8351abb0bd5c0a0e7ea32da6e4a/2
Yang terakhir, moment takkan terlupakan kawan di akhir tahun 2022 pastinya adalah bermain live di acara Emerging Acoustic MBloc Space! Pengalaman yang sangat besar untuk saya pribadi.

Mohon maaf untuk kualitas audio-nya. Kami terlalu excited untuk bermain sampai lupa cek rekaman kami sendiri 🥲. Thumbnail photo oleh: Andhi Liansyah

Worst Case Scenario

Terkait hal yang tidak bisa dikontrol, mudah sekali untuk saya menyimpulkannya menjadi berbagai imajinasi buruk. Saya sadar penuh bahwa usaha kami bisa saja dengan mudah tidak digubris oleh siapapun, apalagi orang-orang penting di industri musik dan itu sah-sah saja. Nothing personal. Lewat pelajaran yang saya petik dari filosofi ini, saya jadi mampu lebih sadar dan present saat kenyataan yang berjalan sedang tidak seburuk yang saya bayangkan. Tidak lagi membiarkan diri saya larut, tenggelam dalam imajinasi buruk yang seringkali saya ubah kedoknya jadi ‘worst case scenario’.

Kadang kedok tersebut bisa menjadi ilusi kendali. Saya pikir dengan punya skenario terburuk, saya bisa satu langkah di depan dan mensiasati masalah sebelum terjadi. Dalam bentuk fatal-nya, secara sadar malah berusaha menjadikan skenario terburuk itu nyata, hanya untuk membuktikan kalau skenario itu valid. Kalau valid berarti bisa dikendalikan dong? Ya, seringnya tetap ga bisa dibuktikan dan berakhir malu sendiri. Worst case-nya ya ditutup dengan kebohongan demi kebohongan lain.

Skenario terburuk buat saya pribadi saat ini, hanya bisa berguna saat digunakan menjadi plan alternatif kala sedang preparasi hal yang pasti dan kuantitatif. Semisal saat sedang hitung budget, list alat, cek lokasi, latihan sebelum manggung atau persiapan liburan, acara, dan shooting. Itu baik adanya demi memitigasi hal-hal yang sifatnya bisa dihitung.

Namun, sifat skenario terburuk dalam hidup secara umum adalah meramal masa depan yang jelas tidak bisa ditebak. Seringkali secara normal bahkan jarang terjadi. Kalaupun terjadi, seringkali juga tidak sesuai ‘worst case scenario’. Bisa lebih adem atau lebih worst.

We suffer more often in imagination than in reality.
Seneca

Akhir Kata

Belakangan saya selalu berharap pada diri sendiri, jangan sampai saya tidak mengendalikan yang ada dalam kendali saya dan mencoba terlalu kuat untuk mengendalikan yang di luar kendali. Semoga juga bisa semakin bijak dalam mengklasifikan hal yang bisa saya kendalikan dan tidak.

Ya, mungkin kalau saya tidak pernah dikenalkan sama buah kebijaksanaan bro Zeno, Seneca, Markus, dkk. Hati saya dalam menjalani Jemala akan jadi seperti balon hijau. Sangat kacau… Maaf crispy.

--

--

Anak Utara
Jemala
Editor for

1 as Anak Utara. 2 as Jemala. North Jakarta based aspiring Music Producer.