Kepada Anda Yang Membawa Saya Kembali Hidup.

Anak Utara
Jemala
Published in
5 min readJun 29, 2020

To you, who brought me back to life - Twist

Adalah kalimat yang terdapat dalam track berjudul ‘Twist’ dari album solo musisi favorit saya, sang vokalis Radiohead, Thom Yorke. Saya suka sekali dengan kalimat itu. Ada rasa adem tersendiri ketika bersenandung bersama track aslinya. Mengingatkan saya pada adegan di short film ‘Anima’, karya sutradara Paul Thomas Anderson, di mana Thom Yorke dengan manis menari bersama pasangannya, Dajana Roncione, meskipun ketika momen itu terjadi, track pengiringnya adalah track yang berbeda yaitu, ‘Dawn Chorus’. Adegan itu seakan menggambarkan bahwa Dajana-lah yang menjadi kunci untuk bisa hidup kembali setelah kehilangan kekasih pertamanya, Rachel Owens, akibat penyakit kanker di tahun 2016.

‘Anima’ adalah kejutan paling mutakhir di tahun 2019 & 2020 untuk saya. Sebagai penggemar Radiohead sejak dulu, saya selalu ingat rasanya terbius suara vokal Thom Yorke bahkan sejak pertama kali mendengar track berjudul ‘You’ di album debut Radiohead, ‘Pablo Honey’. Bagi saya, beliau adalah musisi panutan yang serba bisa. Suaranya mantap dan bisa bermain hampir semua instrumen sambil bernyanyi tanpa fals. Respect!

Walaupun sebagai fanboy saya sudah jelas tahu album ini akan tiba di tahun 2019, dengan ‘kebiasan’ saya akan semua musik ciptaan Thom Yorke dan kawan-kawan, saya tidak mungkin tidak terkejut dengan apa yang akan beliau lakukan dalam karya-karyanya. Banyak pembelajaran musikal yang saya pelajari dari karya beliau — selalu ada hal-hal unik di hampir keseluruhan diskografi beliau, yang bisa membuat saya ternganga ketika mendengarnya.

Lantas apa yang membuat ‘Anima’ se-spesial itu sampai saya tulis terlebih dahulu, sebelum saya ulas rilisan awal beliau seperti, ‘The Eraser’, ‘Tomorrow’s Modern Boxes’, atau ‘Suspiria’? Sesimpel karena tahun ini ada kejadian yang berhubungan dengan album ini yang membuat saya sangat terkejut. Detil menyusul.

Pronto pronto, moshi mosh… Come on chop chop! — Dawn Chorus

Belakangan, karena harus mendekam di rumah untuk bekerja, berkarya, dan pastinya demi menjaga kesehatan jasmani, ‘Anima ‘menjadi salah satu album andalan saya dalam membantu melewati rasa kosong yang suka hinggap di saat semua terasa terlalu ‘rutin’. Ketika rasa kosong hinggap dan saya menjadi terlalu kebas dengan hal yang menyenangkan dan menyebalkan. Semua demi menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari yang pastinya akan selalu hadir.

‘Anima’ dengan beat dan sound-nya yang cukup eksperimental dan playful, mampu membuat saya bergoyang kecil dan merasakan keadaan mental saya sendiri, melalui lirik-lirik ekspresif Thom Yorke yang selalu cryptic tetapi tetap mempunyai relatability level yang mengena. Saya bisa dengan aman merasa sedih, kesal, senang, dan tenang dalam album ini, sambil menikmati detil-detil teknis yang mungkin bisa saya implementasikan di musik saya sendiri kelak.

Track-track seperti ‘Traffic’, ‘Twist’, ‘Not The News’, dan ‘Impossible Knots’ selalu berhasil membuat suasana keseharian saya, entah di jalan ataupun dalam kamar, jadi lebih seru dengan beat atau bassline-nya yang catchy dan out of the box. Lalu, track lain seperti ‘Last I Heard(…He Was Circling The Drain)’, ‘The Axe’, dan ‘Runawayway’, lebih banyak membuat saya masuk dalam suasana meditative. Lucunya, keseluruhan pengalaman mendengar album ini, bila didengar tanpa menonton short film-nya di Netflix, tidak terlalu banyak memberikan saya image visual cinematic yang biasa timbul karena pancingan nada di sebuah karya musik. Yang selalu saya rasa ketika mendengar album ini isinya hanyalah saya dan pikiran saya sendiri, tanpa gambar. Banyak emosi tercampur di sini dan secara tracklist terasa lumayan acak.

Karena approach-nya sebagai musik elektronik yang penuh dengan eksperimentasi, ini bukanlah masalah untuk saya. Mungkin, justru bisa membuat saya mengerti apa itu emotional roller coaster. Contohnya seperti ketika saya dihantam dengan salah satu track favorit saya yang beratmosfer sendu seperti ‘Dawn Chorus’, dengan liriknya yang berbicara abstrak tentang kembali mencoba menjadi manusia yang lebih baik — setidaknya ini yang saya tangkap saat membaca liriknya. Seketika, saya yang tadinya masih ingin mengerjakan sesuatu, bisa berubah 180 derajat menjadi ingin meringkuk dalam selimut di kegelapan sambil introspeksi. Atau saat mood sedang bagus, saya lebih bisa menikmati perjalanan pulang pergi kantor dalam busway yang terasa kosong dengan keadaan tetap instropektif namun hati terasa lega.

Sepertinya impact album ini untuk manusia overthinker seperti saya bisa menjadi pedang bermata dua. Saya sadar akan hal itu, tetapi ternyata menyenangkan bagi saya ketika ada soundtrack yang mampu mendukung situasi dan kondisi hati, baik itu saat keadaan sedih maupun senang. Walaupun ada kesempatan untuk terasa terlalu dalam, tapi pengalaman seperti itulah yang membuat saya merasa jadi lebih dekat dengan musiknya dan juga menambah alasan: Mengapa secara personal saya bisa suka sekali dengan sebuah album musik?. ‘Anima’ buat saya mampu menjawab kebutuhan soundtrack saya itu dengan fleksibel.

With just enough love to go ‘round. - Twist

Mengapa saya memakai beberapa quotes dari lirik ‘Twist’ di sini? Jawabannya ada di foto yang saya sematkan di bawah ini.

This here is ‘enough love’ for me to go ‘round & ‘round.

Piringan hitam pertama saya dan satu-satunya yang diberikan kepada saya sebagai hadiah ulang tahun oleh salah satu manusia paling chill, baik dan super thoughtful yang pernah saya kenal di masa hidup saya. Tidak tanggung-tanggung beliau bahkan mengirimkan hadiah ini, 2 minggu sebelum hari ulang tahun saya. Takut meleset, katanya.

Seketika saat saya mendapatkan hadiah ini — yang beliau daulat sebagai pizza, beliau meminta tolong saya untuk menghangatkannya langsung ketika sampai ke tangan saya. Puji Tuhan, sebelum saya hangatkan di microwave, saya sadar bahwa ini ternyata adalah piringan hitam ‘Anima’. Lagu pertama yang terbersit di otak saya ketika melihat artwork sleeve-nya adalah ‘Twist’.

To you who holds the fireflies. - Twist

Rasa syukur dan terima kasih jelas sulit terukur dengan hadiah semacam ini. Jitu dan tepat sasaran! Saya sudah mengincar album ini sejak pertama rilis dan sebenarnya di benak saya, CD saja cukup. Namun Tuhan berkolaborasi dengan manusia berhati baik memberikan kejutan spektakuler di hidup saya dengan album ini. Gilanya lagi, ini bahkan di luar keinginan saya yang tadinya hanya mengincar CD-nya saja walaupun tetap ingin punya vinyl-nya. Jujur saya norak, jadi sampai sekarang vinylAnima’ ini belum saya unwrap. Toh, saya juga belum punya turntable untuk memainkan album ini & merasakan kesempurnaannya dalam format piringan hitam.

Saya hanya bisa bilang kepada manusia baik ini,
To you, L**** who brought me back to life. Thank you!

Sekian.

--

--

Anak Utara
Jemala
Editor for

1 as Anak Utara. 2 as Jemala. North Jakarta based aspiring Music Producer.