Mengenang Carrie, Merayakan ‘Carrie & Lowell’

Theo Cahya
Jemala
Published in
5 min readApr 5, 2021

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 31 Maret 2021, album ‘Carrie & Lowell’ milik Sufjan Stevens genap berumur enam tahun. Kurang lebih hampir enam tahun pula, saya dan Riady mendengarkan masterpiece ini dari tempat kami masing-masing. Album ‘Carrie & Lowell’ merupakan salah satu album yang penting dalam proses berkarya Jemala — proyek musik saya dan Riady. Selain membuka ‘cakrawala’ tentang betapa banyak, bervariasi dan pendekatan-pendekatan unik Sufjan di puluhan lagu lainnya, album ini meyakinkan kami bahwa dengan kesederhanaan, kita tetap bisa membuat sesuatu yang bisa dinikmati banyak orang secara personal.

‘Carrie & Lowell’ adalah salah satu album yang juga membuat Saya & Riady mengobrol intens mengenai musik-musik yang kami dengarkan. Meskipun banyak sekali perbedaan referensi mengenai musik-musik kegemaran kami, album ini adalah salah satu album yang kami sepakati dengan sahih, bisa diulik secara detail dan diperbincangkan. Melalui album ini pula, kami belajar banyak (surprisingly), terutama tentang teknis musik seperti progresi, harmoni, hingga bagaimana cara emphasize instrumen-instrumen yang menjadi nyawa dari lagu-lagu yang kami ciptakan.

‘No Shade in the Shadow of the Cross’ adalah karya Sufjan yang pertama kali saya dengarkan. Meskipun saya sangat menikmati pengalaman pertama saya mendengarkan lagu Sufjan, lagu yang membuat saya berkeinginan untuk mendengarkan keseluruhan album adalah Death with Dignity’.

“Spirit of my silence I can’t hear you, but I’m afraid to be near you. And I don’t know where to begin”

Gila. Gimana caranya ya bisa nulis kaya gitu?

‘Carrie & Lowell’ adalah album paling personal Sufjan. Album ini bercerita tentang memori masa lalu Sufjan terhadap ibunya, Carrie, dan ayah angkatnya, Lowell. Carrie meninggal dunia pada tahun 2012 akibat kanker lambung yang dideritanya.

Di wawancara mendalam Pitchfork bersama Sufjan, disampaikan bahwa memori Sufjan akan Carrie sebenarnya terlampau sedikit, tetapi penting. Sufjan kecil harus ditinggal pergi Carrie yang saat itu bergelut dengan depresi, bipolar disorder dan schizophrenia. Kebersamaan singkat Sufjan bersama Carrie, yang kemudian menikah dengan Lowell, terjadi di awal tahun 80-an. Sufjan dan saudara-saudaranya sempat tinggal selama tiga tahun bersama Carrie dan Lowell. Lowell menceritakan bahwa kebersamaan singkat itu merupakan salah satu masa paling membahagiakan dalam hidupnya. Lowell menyaksikan betapa Sufjan dan saudara-saudaranya sungguh mencintai Carrie.

Meskipun album ini adalah album yang bercerita tentang memorinya bersama Carrie, album ini bukanlah album yang sentimental. Sufjan menuangkan kebingungan dan hubungannya yang kompleks dengan ibunya ke dalam lirik yang bercerita tentang depresi, kecemasan, kekecewaan, hingga suicidal thoughts. Album ini adalah wujud dari usaha Sufjan untuk lepas dari semua kebingungan yang membelenggunya selama ini.

Satu hal yang membuat saya takjub dengan proses penulisan lagu di album ini adalah bagaimana Sufjan meramu memori tiga tahun di masa kecil yang seharusnya samar menjadi cerita-cerita deskriptif yang detail. Pun, dengan gaya penulisan yang reflektif ini, Sufjan berhasil membuat relevansi dengan pendengar yang juga bingung menghadapi ketidakpastian di dalam hidup.

Ada satu pengalaman saya terkait ‘Carrie & Lowell’ yang cukup menyenangkan. Saat pertama kali memiliki perangkat pemutar piringan hitam di akhir tahun 2018, saya berfikir bahwa ada dua album yang menjadi ‘mandatori’ untuk didengarkan dalam format piringan hitam: ‘Rubber Soul’ milik The Beatles dan ‘Carrie & Lowell’.

Perburuan piringan hitam ‘Rubber Soul’ berjalan singkat karena rilisan tersebut banyak ditemui di Sentra Musik Blok M Square, dengan harga yang cukup terjangkau. Saat mencari ‘Carrie & Lowell’, saya cukup kesulitan untuk mencari yang harganya cocok di kantong. Untungnya, sebulan kemudian saya mendapatkan ‘Carrie & Lowelldari toko musik online, dengan harga yang cukup terjangkau — karena beli bekas sih hehe.

Piringan Hitam ‘Carrie & Lowell’

Mendengarkan ‘Carrie & Lowell’ melalui perangkat pemutar piringan hitam ternyata memberikan pengalaman yang berbeda. Ada nuansa menenangkan, seperti perasaan nostalgia yang tereskalasi, karena detail vinyl crackle saat piringan hitam tersebut diputar. Saya benar-benar mengingat momen pertama kali saya mendengarkan ‘Carrie & Lowell’ dalam format piringan hitam: Duduk di lantai sambil menopang dagu di lutut dan berdiam diri sambil melihat logo Ashmatic Kitty — label yang menaungi Sufjan Stevens, berputar-putar di label piringan hitam. Khusuk sekali rasanya.

Saat mengerjakan musik bersama Jemala, Saya dan Riady tidak mau menutup kemungkinan tentang apapun, termasuk kemungkinan untuk melakukan cover lagu-lagu yang kami gemari. Pada dasarnya kami memang gemar mendengarkan musik, jadi ketika ada kesempatan untuk memainkan lagu yang biasanya kami dengarkan, ada perasaan senang karena bisa mencoba mendalami secara detail bagian-bagian lagu tersebut.

Tiba-tiba tercetuslah ide, “Eh gimana kalo kita bikin cover lagu-lagu Sufjan Stevens?”. Tanpa berpikir panjang kami mengiyakan ide tersebut, dan memilih lagu-lagu apa saja yang akan dicover. Terpilihlah empat lagu yang paling kami sukai, dan kami rasa bisa dimainkan dengan alat musik yang kami cukup kuasai, gitar: ‘Death with Dignity’, ‘The Only Thing’, ‘Eugene’ dan ‘Should have Known Better’.

Cheatsheet lirik ‘The Only Thing’ dan ‘Death with Dignity’

Ternyata mengulik lagu-lagu tersebut tidak semudah yang kami bayangkan. Kami cukup struggling saat mencoba membawakan lagu-lagu tersebut saat latihan. Tak jarang kami berhenti di tengah jalan karena salah chord, lupa lirik, tidak sync, hingga tangan yang terasa sakit karena memainkan gitar terlalu lama.

Setelah merasa cukup berlatih dan percaya diri, kami mulai merekam empat lagu tersebut di sudut apartemen Riady. Tanpa disangka, proses merekam empat lagu ini berjalan dengan cukup lancar. Meskipun masih banyak kekurangan di sana-sini, kami merasa senang bisa membawakan lagu-lagu tersebut dengan baik. Video rekaman kami mengover lagu-lagu dari ‘Carrie & Lowell’ ini adalah bentuk tribute kami untuk mengekspresikan kecintaan kami akan karya Sufjan Stevens yang satu ini. Semoga teman-teman menyukainya!

--

--