Virtual Sanity

whrr
Jemala
Published in
3 min readJun 20, 2020

“But there’s nothing like doing nothing with you”

Memasuki tiga bulan bekerja dari rumah — kamar kos, sepertinya kita bisa bersepakat bahwa masa ini adalah masa yang berat yang harus dilalui setiap orang, meskipun beban yang ditanggung berbeda-beda. Tak hanya beban yang ditanggung, metode setiap orang untuk cope up di kondisi yang tidak pasti ini juga berbeda. Ada yang memilih untuk menjadi produktif berkarya, ada yang memilih untuk rajin berolahraga, ada pula yang memilih untuk bermalas-malasan (well, hi!). Tidak ada yang salah dengan pilihan-pilihan tersebut. Bahkan banyak pendapat yang mengatakan bahwa di masa pandemi ini, it’s okay to be unproductive — yang sebenarnya masuk akal, mengingat kondisi ini tidak pernah kita alami sebelumnya. Tetap ‘waras’ adalah tujuan yang harus kita capai.

But, it’s easier said than done. Ada hari-hari di mana saya merasa tidak melakukan banyak hal dan menjadi merasa tidak berguna karena itu, meskipun saya adalah salah satu orang yang mengamini pendapat tentang ‘menjadi tidak produktif’ itu. Cukup melelahkan, kalau boleh jujur. Salah satu hal yang saya lakukan sebagai pengalihan atas pemikiran-pemikiran tersebut adalah mendengarkan lagu-lagu yang dapat memompa semangat saya. Ternyata, satu hal yang luput saya sadari adalah tidak setiap saat lagu-lagu tersebut dapat memompa semangat. Ada kalanya, kita hanya bisa menerima bahwa kita sedang merasa lelah.

5 Juni 2020 adalah salah satu hari yang cukup melelahkan. Kombinasi kebosanan di kamar kos, pekerjaan, ‘ketidakmampuan’ untuk menjadi produktif, perasaan kangen ke keluarga dan teman-teman, mulai melingkupi pikiran saya.

Pusing. Stress.

Saya mencoba mengalihkan pikiran saya dengan mencari-cari lagu di Spotify. Ternyata, hari itu bertepatan dengan hari rilis album baru Bruno Major, ‘To Let A Good Thing Die’. Saya mematikan lampu, mengambil posisi tidur, lalu mulai mendengarkan album itu. It turns out to be the best decision I’ve made the whole day.

To Let A Good Thing Die

To Let A Good Thing Die by Bruno Major

Dua kata yang menurut saya tepat untuk menggambarkan album baru Bruno Major ini adalah: hangat dan tenang. Mendengarkan album ini memberikan pengalaman yang unik bagi saya — karena timing-nya yang tepat juga, sih. Saya seolah merasa ditemani lagu-lagu soundtrack dari film Toy Story versi orang dewasa dari dunia paralel lain, di mana Woody dan Buzz memperhatikan kita berkontemplasi dan sibuk dengan pikiran kita sendiri. Beberapa lagu dari album ini memiliki notasi yang terdengar familiar dan nostalgic, seperti ‘Nothing’ dan ‘To Let A Good Thing Die’ — terdengar lebih depresif dibandingkan ‘You’ve Got A Friend in Me’ atau ‘When Somebody Loved Me’ ya? hehehe. Anehnya, kita tidak diajak untuk bernostalgia melainkan untuk menjadi tenang saat menerima apapun yang terjadi di kehidupan kita.

Saya pertama kali ‘berkenalan’ dengan karya Bruno Major di akhir tahun 2019. Saya benar-benar kena hook dari lagu ‘Nothing’ yang memiliki lirik super manis — yang petikannya saya gunakan sebagai kalimat pembuka tulisan ini. ‘Nothing’ masih menjadi lagu favorit saya di album ini. Tetapi lagu-lagu lain tidak bisa diabaikan begitu saja.

‘The Most Beautiful Thing’ misalnya. Lagu ini memiliki chorus yang sangat catchy, yang bisa dengan sangat mudah dihapalkan dan disenandungkan dalam dua hingga tiga kali dengar. Ada lagi lagu yang berjudul ‘Regent Park’ dengan beat chillhop-nya dan ditemani nuansa jazz, yang bisa membuat kita senyum-senyum sendiri. Lagu ini cocok banget masuk ke playlist cafe atau co-working space.

Saya juga cukup ngefans dengan ‘Tapestry’ yang mengingatkan saya akan Asgeir, musisi asal Islandia yang dikenal dengan teknik falsetto-nya yang mumpuni. ‘To Let A Good Thing Die’ menjadi lagu yang didaulat sebagai lagu penutup. Saya mencoba menerka alasan Bruno Major menjadikan lagu ini sebagai judul albumnya, dan saya rasa alasannya sederhana: “Lagunya sebagus itu gaes. Gak paham lagi mau nangis!”

GAK. BUKAN GITU.

Lagu ini saya rasa bisa membungkus keseluruhan lagu yang ada di album ini menjadi satu tema besar: Acceptance. Tema itu pula yang saya rasakan saat saya mendengarkan album ini secara utuh untuk pertama kalinya.

Saya termasuk orang yang gemar membagikan musik yang sedang saya dengarkan ke orang-orang di sekitar saya, dan saya sangat merekomendasikan orang yang membaca tulisan ini untuk mendengarkan album terbaru Bruno Major ini. Album ini bisa membantu kita untuk merasa tenang dan cocok didengarkan di masa sulit ini, to help you stay sane.

--

--