AKA, Band Rock Liar di Era 70-an

Jeng Jeng Jet
@jengjengjet
Published in
3 min readMay 8, 2019

Alih-alih meneruskan usaha ayahnya, Ucok justru cabut dan memilih jalan yang jauh dari pendidikannya sebagai apoteker. Dari sebuah apotik milik ayahnya di Surabaya, Ucok Harahap bermimpi menjadi seorang rockstar yang disegani.

Sejak awal ia bekerja di Apotik Kali Asin, Surabaya, hanya untuk menabung membeli alat musik gitar. Saat gitar sudah terbeli, ia tak henti-hentinya berlatih di apotik tersebut. Ucok tentu tak ingin menahan hasratnya jadi rockstar sendirian. Pada tahun 1967 ia mengajak Zainal Abidin (drum), Piter Wass (bass) dan Soenatha Tanjung (gitar) untuk membentuk sebuah band, yang dinamai dengan akronim Apotik Kali Asin, AKA.

Jalan terjal mereka hadapi saat band ini baru menapaki dunia permusikan. Zainal dan Piter cabut. Kemudian posisi kosong tersebut diisi oleh Syech Abidin, adik Zainal dan Arthur Kaunang, anak teman dari ibu Ucok.

Tak hanya permainan musik yang terilhami musik rock semacam Led Zepplin, AKA juga terkenal dengan kegilaannya di atas panggung. Ucok secara total melakukan aksi-aksi ekstrem, seperti dipukuli, digantung, bahkan juga dimasukkan ke dalam peti mati.

Pada tahun 1973 saat mereka pentas di Taman Ismail Marzuki, Ucok dibuat kaget ketakutan bukan main. Saat itu ia dimasukkan ke dalam sebuah peti mati lalu dikunci. Setelahnya ia sadar, ternyata ia dimasukkan ke dalam peti mati yang benar-benar ada mayatnya. Ucok yang tak bisa keluar dari peti berteriak histeris dari dalam peti. Penonton yang hadir pun tertawa.

Cerita konyol lain terjadi pada saat ia main ke Jember. Dalam buku Nuran Wibisono, Nice Boys Don’t Write Rock n Roll: Obsesi Busuk Menulis Musik menceritakan, bahwa sang maestro rock era Orba ini jatuh saat kepalanya digantung. Tali yang mengikatnya putus, lalu terjatuh dengan kepala yang mendarat terlebih dahulu. Apa respon Ucok setelahnya? Ia menganggap talinya putus karena guna-guna dari orang yang tidak menyukai dirinya.

Musik Psychedelic Liar

Ucok memiliki karakter vokal yang gahar. Melengking. Urakan. Ofensif. Berapi-api. Sama seperti halnya musik rock barat yang punya karakter vokalis yang bersuara tinggi. Ditambah lagi dengan permainan gitar dari Soenatha yang sangat berkarakter. Progresi kort yang dimainkan juga bukan barang murah. Serta duo maut Syech dengan permainan drum seperti John Bonham dan Ringo Starr, dan petikan bass Arthur yang tepat guna. Lengkap dan istimewa.

Sepanjang perjalanan musik AKA, setiap album mereka selalu jadi barang wajib bagi para penikmat musik rock di era 70-an. Tak hanya itu, musik mereka yang sudah tersebar di kanal streaming YouTube sudah menjadi referensi mewah bagi para generasi berikutnya. Album debut mereka, Do What You Like (1970), bahkan sampai dirilis ulang oleh label dari Eropa, Granadilla Music, di tahun 2014 yang lalu.

Ucok Terdepak

Semakin tinggi popularitasnya, semakin besar juga ujian yang didapat. Ucok semakin banyak mendapatkan proyek sampingan, sehingga sulit fokus dengan band yang telah membesarkan namanya. Selain itu, personil AKA lainnya juga sudah gerah dengan kelakuan Ucok yang dianggap glamor dan suka sekali dekat dengan para grupis. Walhasil, ia didepak dari band yang ia bentuk sendiri.

Namun bubarnya AKA tak menyurutkan semangat bermusik personil yang tersisa. Soenatha, Arthur dan Syech berganti nama menjadi SAS (Soenatha, Arthur & Syech).

Sumber: Tirto.id

--

--