Konser Guna Manusia adalah Sketsa Album Kedua Barasuara

Jeng Jeng Jet
@jengjengjet
Published in
3 min readSep 8, 2018
Barsuara di Konser Guna Manusia (Foto: Fajar Yulianto)

Ketika mendengar kabar Barasuara akan merilis album baru tahun ini, satu kalimat terlintas dalam benak saya: mereka harus bertanggungjawab atas apa yang telah mereka lakukan di album Taifun.

Album pertama yang mereka rilis 2015 lalu cukup meledak di skena musik indie tanah air. Beberapa lagu di dalamnya sarat akan pesan mendalam. Dari soal kasih sayang ibu, sampai urusan toleransi antar umat manusia— dengan potongan Doa Bapa Kami.

Tanggal 14 Agustus lalu, Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) menjadi saksi salah satu hajatan musik terbaik tahun ini yang berjudul Guna Manusia. Konser ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza oleh keenam personil Barasuara. Setelah itu mereka menghajar set sesi pertama yang dibuka dengan Sendu Melagu. Standar, karena sudah sering dengar dan menonton mereka membawakan lagu ini dengan berbagai macam versi live-nya.

Kemudian hadir pula Masa Mesias Mesias yang diproyeksi menjadi salah satu materi di album baru. Ada yang berbeda saat lagu ini dimainkan, terakhir saya menonton materi ini secara live, Gerald Situmorang menjadi gitaris, sementara Iga Massardi mengisi posisi bassist. Kali ini GeSit malah balik kandang menjadi penyelaras ritme dengan 4 senar bassnya. Terasa matang sekali. Apa mungkin karena waktu itu belum 100% rampung jadi terasa biasa saja? Entahlah.

Lanjut, Setelah kehadiran Nyala Suara, Barasuara memperkenalkan anak baru bernama Seribu Racun. Lagu ini mengangkat isu mental ilness yang belakangan sedang dibicarakan oleh netizen. Di sini, Iga sebagai empunya lirik mengajak kita semua untuk peduli kepada mereka yang membutuhkan perhatian lebih agar tetap tegar dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti apa yang terjadi pada para pesohor yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara menyedihkan.

Berikutnya ada Pikiran dan Perjalanan. Di sini Iga secara halus mengangkat isu politik dalam balutan irama pop rock 2000-an awal. “Siapapun pemimpinnya nanti, masa depan kita tetap kita yang atur,” ucapnya sebelum lagu dimainkan.

Pada konser ini, Barasuara tidak sendirian. Mereka berkolaborasi dengan Institut Musik Jalanan (IMJ). Tarintih dan Bahas Bahasa terasa lebih segar karena dibumbui instrumen tradisonal seperti kendang.

Tentukan Arah yang kemarin-kemarin saya tonton lebih sering hadir dalam format medley bersama Sendu Melagu, pada saat konser itu dibawakan dengan warna berbeda. Gerald Situmorang kembali ke fitrahnya sebagai gitaris dengan memetikkan senar nylon sepanjang lagu. Sementara untuk isian bass ditutup oleh permainan keyboardist jazz kenamaan, Adra Karim, yang sering kelihatan membantu penampilan Barasuara di beberapa acara dan album baru mereka.

Ada satu meteri yang sepertinya punya sisi yang sentimentil buat para personil, yaitu Tirai Cahaya. Lagu ini berisi tentang relasi antara orang tua dan anak yang diharapkan mampu memberikan cahaya kedamaian bagi kehidupan mereka. Yang unik, saat mendengar interlude lagu ini, serasa mendengarkan The Trees and The Wild di era Iga Massardi masih menjadi gitaris di band tersebut.

Guna Manusia, yang diplot sebagai judul konser ini, menjadi materi yang sepertinya akan jadi andalan di album kedua mereka. Seperti halnya Navicula yang punya Kota Metropolutan, Barasuara mengangkat isu kerusakan alam yang makin menjadi-jadi di lagu ini. Bernuansa pop, namun juga menghentakkan distori di beberapa bagian.

Di penghujung acara, materi lama Api dan Lentera yang sering dimainkan sebagai penutup tetap menjadi andalan mereka di konser ini. Suasana semakin pecah karena Iga, Gerald dan Marco Steffiano mengajak penonton yang hadir untuk menggantikan mereka sejenak, bermain solo dan meramaikan panggung.

Secara keseluruhan, Barasuara berhasil menyuguhkan warna baru. Jika dibuat kesimpulan, album kedua Barasuara adalah album yang layak dinanti dan bisa jadi salah satu kandidat album terbaik. Pokoknya, konser ini adalah sketsa halus album kedua mereka yang apik.

--

--