My Little Thoughts of Travelling.

éstee
jezietme
Published in
5 min readFeb 19, 2019
Personal picture. Myeongdong, South Korea — 2019

“Travel is never a matter of money but of courage.”
— Paulo Coelho

Saya suka banget dengan kutipan di atas. Salah satunya karena travelling bisa menjadi alasan saya untuk keluar dari zona nyaman — memilih cara yang lebih sulit dan menantang dibandingkan cara yang biasa-biasa saja. Tapi ga bisa dipungkiri juga kalau trip yang nyaman adalah sebuah idaman. Siapa sih yang ga mau liburan santai tanpa stress? Tanpa bingung mau kemana aja, naik apa dan makan apa? Semua orang saya yakin ingin hal tersebut.

Ketika bepergian, menurut saya hanya ada dua cara nge-trip yang bisa dilakukan. Gaya My Trip My Adventure (MTMA) atau Celebrity on Vacation (CON). Kalau Anda suka bepergian ke tempat-tempat yang ekstrim dan cenderung sporty, maka Anda tergolong jenis petualang dan cocok dengan gaya MTMA. Nah bagaimana dengan Anda yang lebih suka bepergian cantik with full of leisure and pampered? Maka Anda adalah seorang traveler bergaya CON.

Gaya liburan CON cenderung merupakan gaya liburan orang-orang pada umumnya yang bepergian dengan tur, ke tempat-tempat hits destinasi yang dituju, dan kebanyakan juga membutuhkan budget yang cukup mahal :). Tentu tidak ada yang salah bepergian dengan menggunakan tur. Toh kita hanya perlu mempersiapkan fisik dan duduk manis, sementara menyerahkan urusan yang lebih merepotkannya ke tour leader.

But hey, what’s the fun in that? Masih mending kalau Anda ikut tur pribadi yang isinya hanya keluarga Anda. Kalau Anda ikut tur yang isinya puluhan orang, puluhan pribadi yang berbeda, puluhan keinginan yang berbeda, puluhan keluhan, dan puluhan anak-anak…. (sorry kids but you guys are sometimes a headache). Bayanginnya aja sudah pusing kan?

Pros of using tour? Adem, tentram, nyaman, nggak perlu mikirin mau kemana-mana aja, dan yang paling penting: nggak akan kesasar.

Did you know that getting lost is also a part of an adventure? Apalagi kalau terjebak di negara dimana mayoritas orangnya tidak bisa berbahasa bahasa internasional (re: bahasa Inggris). Wah, kalau begitu kita sudah harus jago-jagonya bahasa tubuh!

Personal picture. Schiphol Airport, Amsterdam.

Saya merasa saya mendapat lebih banyak pengalaman berharga ketika saya berpergian dengan usaha saya sendiri ketimbang dengan bantuan orang lain yang sudah lebih berpengalaman di destinasi yang saya akan kunjungi. Sebagai contoh, waktu itu saya pergi ke Thailand dengan tur pribadi — isinya hanya saya berlima dengan keluarga saya. Saya bandingkan dengan ketika saya pergi ke Singapura bermodalkan map saja. Yang lebih saya ingat adalah ketika saya pergi ke Singapura! I barely remember what I did in Thailand. Bukan karena negaranya tidak cantik, tapi saya merasa…. hanya seperti berjalan-jalan di Jakarta tapi beda kota saja. Karena kemana-mana naik mobil, ya nggak ada bedanya dengan saya di Jakarta :(

Sedangkan kalau di Singapura.. everything takes effort. Dari bingung makan dimana sampai menemukan sebuah hidden gem yang rasanya harus saya kunjungi lagi kalau ke Singapura… Rasanya naik subway and actually get lost!! It was scary but thrilling at the same time ((anaknya udik)).

Personal picture.

Travel brings me positive outlook in life and it helps me relax. Mungkin benar kalau ada pepatah yang bilang “You started to appreciate things when you lose it”. Saya pribadi merasa selalu nyaman dengan transportasi umum yang saya gunakan di Indonesia. Ke kantor naik KRL, kalau nyasar dikit tinggal pesan ojek online. Ketika pergi ke luar negeri, saya banyak tersesatnya hahaha. Bukan karena saya mau, tapi kalau dulu kan belum ada teknologi secanggih Google Map, ya jadi patokan saya hanya map kertas biasa. Tapi dengan itu saya jadi lebih banyak bersyukur sih, dan lebih banyak mengucap “untung”.

“Untung kita nggak naik yang ke arah ini, kalau ga bisa bayar lebih”, “Untung kita cek mapnya, kalau ga bablas aja nih gatau kemana”. ((Kalau dipikir-pikir, orang Indonesia banyak bersyukurnya juga ya hahaha.))

Jadi benar kalau ada yang bilang bahwa “Investment in travel is an investment in yourself”. I just think that when you travel, you’ll have so much different perspective in life. Anda bertemu orang baru, budaya baru, makanan baru. And you’ll just like… wah ternyata dunia ini beragam ya.. “Ih apaan sih haring ga enak gitu, kok orang Belanda pada doyan :(”, “Ayam McD nya China kok kecil bener ga kaya di Indo”, “Laaah murah banget makeup di Korea, kok di Indo mahal sih??”. What we thought is uncommon, is common for other culture. Menarik ga sih bagaimana Anda jadinya melihat segalanya dari perspektif yang berbeda, yang mana selama ini Anda hanya lihatnya dari jendela budaya kalian sendiri aja?? Dan saya pun merasa bahwa travelling membuka mata dan jendela kita pada dunia. That there’s soooo much going on in this world!!

Personal picture. Paris, France — 2017

And so, life begins at the end of your comfort zone. Saya percaya kalau travelling equals dengan belajar. Bahkan sebelum travelling pun kita pasti belajar bagaimana caranya dapat tiket murah, menentukan hotel yang dekat kemana-mana, mencari tahu destinasi wisata mana saja yang menarik dan lain sebagainya. Semua kita lakukan for a better and extraordinary trip :D.

Let’s be real, who wants a monotone life? Sure it’ll be safe but that’ll be bOOring. That’s why we need to challenge ourself in life to make it more interesting. Buatlah tantangan-tantangan kecil seperti solo travelling, backpacker trip, dan itinerary dengan destinasi yang uncommon! Percaya deh, Anda akan dapat suatu perasaan puas ketika berhasil menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut ;). It is the precious earning-something-by-yourself-feeling, and trust me it’s gOOd.

I believe that after all, we all just want a peaceful trip.

Jadi saya pun yang sebenarnya merupakan seorang newbie adventurer, dengan sotoynya memberi petuah kepada Anda sekalian:

Life is either a daring adventure or nothing.

--

--