Manisnya Dunia

Faiza Fauziah
Kajian Today
Published in
3 min readOct 18, 2020

Catatan Ustad Nuzul

“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau (indah). Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.”

[Hadis ini shahih. Diriwayatkan oleh: Muslim [no. 2742 (99)]

Dunia Manis dan Hijau

Ada dua sudut pandang yang dibahas dari hadis ini:

1) Dunia itu Sifatnya Menyenangkan diri

Dunia itu manis dan hijau. Karena Indahnya dunia di dalam hati seseorang, hingga menyilaukannya. Kelezatan dunia, diibaratkan seperti buah-buahan yang manis atau pemandangan hijau.

Diibaratkan hijau, karena ada penelitiannya bahwa warna hijau memiliki kecenderungan menyenangkan. Saat mata lelah, melihat hal yang hijau bersifat menyenangkan hingga membuat relaksasi tubuh. Fasilitas dunia memang memanjakan panca indera, mulai dari indera penglihatan hingga indera pengecap.

2) Dunia itu Sebentar

Cepatnya berlalu sebuah dunia, seperti sesuatu yang hijau akan berubah menjadi warna lain. Menyenangkan, tapi sebentar. Makanya kita perlu mengerti apa itu karakternya dunia.

Contoh: kalau kita mau menyebur ke dalam sungai, sebelumnya kita perlu tahu dulu kedalamannya, dan di dalam sungai ada apa.

Kita hidup di dunia, perlu mengerti dulu karakternya seperti, apa yang terkandung di dalamnya, dengan membaca penjelasan dari Allah melalui Quran dan sunah.

Di awal disebutkan sifat dunia adalah manis. Nah, memangnya gampang mengusir segerombolan semut dari gula? Begitu pula kita terhadap dunia. Harus hati-hati, jangan sampai terjebak.

Siapa yang Menjadi Objek

Allah menjelaskan tentang dunia, dalam Al Hadid ayat 20.

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu

Karakter dunia adalah sandiwara, melalaikan, memperbanyak harta dan anak. Analogi dunia — seperti hujan yang tanamannya mengagumkan petani, lalu tanaman menjadi kering, lalu anda lihat warna kuning lalu menjadi hancur.

Hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini, lihat siapa yang menjadi subjek dan objek. Subjeknya adalanya tanaman yang mengagungkan, adapun objeknya adalah petani. Ahli dunia sebenarnya bukannya subjek, melainkan objek.

Yang dimaksud ahli dunia di sini adalah orang yang menghabiskan seluruh waktu semua tentang dunia, sehingga tidak ada waktu untuk Allah. Berbeda dengan Abu Bakar, Umar, ataupun orang kaya yang menggunakan hartanya dijalan Allah.

Ahli dunia sejatinya mereka adalah objek, bukan subjek. Ahli dunia sebagian mereka bos diperusahaannya, sebagian mereka petinggi di bidangnya, sebagian mereka tokoh di dunianya — sejatinya mereka hanyalah objek yang terpengaruhi, terkagum dan dikendalikan dunia.

Padahal hal tersebut hanya sebentar. Adapun di akhirat kelak, cuma ada 2 opsi: 1) Azab yang keras, 2) Ampunan dari Allah dan ridha-Nya.

Ahli Dunia, Korban Penipuan

Lalu closing dari ayat ini, kehidupan di dunia tidak lain, tidak bukan, kesenangan yang menipu.

Ahli dunia adalah objek, korban penipuan. Tidaklah kehidupan selain kesenangan yang menipu, perhiasan yang menipu. Kesannya subjek, padahal objek. Tertipu saja. Dia tidak punya kebebasan untuk mengatur hidupnya, sehingga mengikuti kemauan dunia.

Makna Khalifah

Makanya hadirin, kelanjutan dari hadis yang disebutkan di awal… sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah, dan Allah melihat bagaimana kalian beramal, beraktivitas, berbuat ketika di dunia. Oleh karena itu bertakwalah ketika menghadapi dunia.

Makna khalifah adalah yang tinggal di dunia, hidup dari satu generasi ke generasi, an bertugas menjalankan risalah dari Allah SWT. Khalifah itu generasi yang satu, melanjutkan generasi selanjutnya. Itulah alasan kenapa dinamakan khalifah, dilanjutkan.. dilanjutkan.. kepemimpinannya. Tugas mereka menjaga amanat dan risalah dari Allah. Tugas manusia adalah menjadi subjek. Subjek untuk menerapkan aturan Allah.

Tapi jika manusia menjadi jadi ahli dunia, memilih menjadi ahli dunia, terjadi perubahan peta, yang tadinya merupakan subjek, sekaran menjadi objek.

Ahli dunia tidak bisa mengatur kehidupannya. Contohnya: melihat hidup tidak ada pilihan. Misalnya saat hari libur, dikejar-kejar oleh pekerjaan, sehingga tidak punya waktu bersama anak, adapun merasa pekerjaannya sebagai satu-satunya pilihan, tidak ada pilihan lain.

Kehidupan yang benar, memberikan hak masing-masing. Ada waktu kerja, ada waktu bersama anak, ada waktu bersama keluarga. Ahli dunia di atur oleh dunianya. Buktinya ada banyak orang tidak bisa punya waktu bersama anak, pasangan. Kenapa? Karena hatinya sudah diatur, dipenuhi kekaguman pada dunia. Karena manis dan indah.

Maka bertawakal dan berhati-hatilah.

Berhati-hatilah dengan dunia, sikapi dunia dengan hati-hati, dengan takwa, menjauhi apa yang Allah larang.

Rasulullah mengatakan “kehidupan dunia itu manis dan hijau”.. itu hanya sandiwara.. hanyalah tipuan.. dan hanya sebentar.

Yang perlu disadari, dunia yang memikat, siklusnya terus berulang, akan terus berjalan, dan baru akan berhenti pada hari kiamat kelak.

Tidak ada yang merasa aman, kita tidak boleh merasa aman.

--

--

Faiza Fauziah
Kajian Today

Writing about environment, islamic lecture and personal reflection. Currently studying about Islam to find personal placidity.