Bukan Kamu Lagi

Rama Wulan
kakinetik
Published in
4 min readJan 15, 2023

Aku ingin mengirim sebuah pesan kepadanya, kepada seseorang dimasa laluku tentang apa yang aku bicarakan dengan teman-temanku kemarin sore bukanlah dirinya. Bukan juga tentang apa yang pernah kami jalani saat kami bersama, karna bagiku tak ada yang perlu diceritakan lagi. Bukankah masa lalu hanya akan menjadi pelajaran yang tidak perlu dibicarakan?.

Photo by Andrej Lišakov on Unsplash

Beberapa hari lalu, aku mengadakan anonymous question pada halaman media sosialku. Seperti biasanya, beberapa jam setelah aku menaikkan tautan pertanyaan, aku memanjat halaman pertanyaan itu lalu memulai untuk memikirkan harus bagaimana menjawabnya. Kamu tau kan bahwa tidak semua pertanyaan perlu dijawab?. Aku sendiri memiliki hak untuk tidak menjawab, bukan karena tidak berkenan menjawab, hanya saja aku paham betul batasan untuk diriku sendiri bahwa tidak semua informasi perlu dibagikan untuk mengobati rasa penasaran khalayak ramai.

Berbagai pertanyaan mulai dari kehidupan keseharian hingga romansa tentu saja sangat banyak. Salah satu pertanyaan itu tentang masa lalu, pertanyaan singkat, dan aku memang sudah curiga bahwa pertanyaan itu bukan berasal dari temanku, melainkan dari bot karena pertanyaan serupa pernah dijawab oleh temanku yang lain.

Send me anonymous question below!
Ur Ex?

Kupandangi layar ponselku. Kupanjat lagi pertanyaan lain, akan tetapi aku masih terpikirkan jawaban pertanyaan itu. Kupikir lagi sepertinya tidak mengapa, karena aku memiliki jawaban bagus. Aku mulai mengetik dengan keypad ponselku, aku memikirkan apa yang belum lama ini aku diskusikan bersama sahabatku saat kami melakukan video conference sebelum tidur.

Aku drag pertanyaan dibagian atas tadi, dibawahnya kutambahkan jawabanku.

SING MBIYEN YO MBIYEN (yang dulu ya dulu)
Casenya : Gimana kalo ada laki-laki yang sudah move one, sedang mencoba berproses dengan seseorang perempuan, tapi si laki-laki masih melihat mantannya untuk memastikan kehidupannya bahagia.

My Answer:
1. Lawan kata mencintai itu bukan benci, melainkan tidak peduli. Jadi kalo dia masih lihat-lihat kehidupan orang ya artinya dia masih peduli dan… (bakal banyak asumsi)
2. Berpotensi bikin masalah, apalagi dia nanti ada pasangan, belum ditambah dengan problematika “PERBANDINGAN”
3. YA NGAPAIN KEPO KALO NGGAK ADA KEPENTINGAN, wkwkwkw

Setelah aku selesai untuk mengetikkan jawaban yang sesuai dengan keinginanku, aku sampaikan kepada teman-teman diskusiku kemarin tentang apa yang aku tuliskan sebagai jawaban diskusi itu. Setelahnya kami melanjutkan diskusi kapan hari itu dalam group chat.

Beberapa saat kemudian seseorang dari masa lalu itu datang dan memberikan sebuah pesan dalam media sosialku. Seketika aku tertawa. Bukan karena pesan yang dia sampaikan lucu, tapi karena aku tidak pernah berekspektasi kalau dia akan membalas postingan jawabatan itu dengan mengirimkan pesan kepadaku. Aku membacanya perlahan pesan singkat itu.

Wah, ternyata masih aja jadi bahasan… terima kasih.. Semoga menjadi kebaikan.. 🙏🏼

Aku masih tertawa sambil mengirimkan screenshoot pesan seseorang dari masalaluku yang kusebut mantan kepada teman diskusiku itu. Salah seorang dari mereka membalas.

“Dianya aja yg ke GE-ER an ngira kalo kamu masih ngobrolin dia”

Kalau aku sendiri menguliti perasaanku kenapa sampai aku menertawakan kejadian ini. Sebenarnya ini lumrah terjadi kepada siapa saja. Hanya saja aku berpikir tentang apa yang dia pikirkan. Aku membuka catatanku, menuliskan apa yang sedang aku pikirkan.

Why I laughed?
1. I didn’t talk about him (and give a context to the writing)
2. Why he didn’t read the whole story I wrote
3. Why he keep thinking that he is the only ex (because we broken up a few years ago)

I asked my friend, and I also asked them to read what I wrote, and they told me ‘there is nothing wrong’. Then they also said “Dianya aja yg ke GE-ER an ngira kalo kamu masih ngobrolin dia”

Even though we didn’t follow each other, but he seemed to seeing my life and checked my social media, but everyone know that I let people see my life but I don’t let my self to see the others life (and give limitation of what the information I need to consume or not)

I’m proud of my self for setting the limitation!

Setelah selesai menuliskan isi pikiranku tadi, aku ingin membalas pesan mantanku dengan tiga hal yang membuatku tertawa. sebetulnya aku masih penasaran saja kenapa dia mengirimiku pesan.

Ah, aku tidak ingin memperpanjang percakapan dengan memberikan pertanyaan dan melemparkan argumen. Semua yang terjadi antara kami berdua dimasa lalu kan hanya sebagai pelajaran.

Mungkin jika aku adalah aku yang dulu, aku dengan impulsifku akan mengirimkan pesan banyak untuk memenuhi rasa penasaranku juga, namun kini sudah berubah, dan aku mengikuti perubahan dengan bertumbuh. Aku yang kini sudah mampu memberikan gambaran pada diriku sendiri mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak. Pertanyaan-pertanyaan yang tadinya ingin kutanyakan lagi padanya tidak jadi kukirimkan, ku klik hapus berkali-kali hingga habis tak bersisa rangkaian kalimat tadi. Aku membalasnya dengan pesan singkat juga.

Nggak sedang ngobrolin kamu sih, itu kemarin konteksnya temanku sedang didekatin sama laki-laki modelan begitu
And we’re agree to give red flag to him aja sih

Pesan terkirim.

Tidak semua rasa penasaran perlu ada jawabnya. Termasuk berbagai pertanyaanku tentangmu dan sebaliknya kamu kepadaku. Diantara kita memang pernah ada cerita, iya aku dan kamu masih kita (saat itu). Setelah aku dan kamu sudah memilih jalan masing-masing aku sudah berjanji dengan diri sendiri bahwa yang kuceritakan dalam kisah-kisah yang akan kau baca bukan lagi kamu.

--

--

Rama Wulan
kakinetik

I give my dreams a strength called faith, a power called hope, and an energy called spirit.