Menunggunya Dalam Bentuk Tulisan

Rama Wulan
kakinetik
Published in
3 min readMay 13, 2020
Photo by Vivek Sharma on Unsplash

Dia memberitahukan bahwa dia akan rehat sejenak dari menulis. Sudah lebih dari seminggu sejak tulisan terakhir muncul di halaman pribadinya. Katanya lagi dia sedang tidak ingin di exploitasi oleh kegiatan menulis karena ia masih punya fokus lainnya untuk di kerjakan. Semenjak itu aku bilang pada diriku bahwa aku akan rindu saat-saat dimana aku menikmati apa yang dia bagikan dalam bentuk tulisan.

Selama dua bulan lebih sedikit ini aku tepatnya menikmati menunggu tulisan-tulisan itu, hingga aku menyalakan pemberitahuan agar aku tidak tertinggal barang sepatah kata pun darinya. Meski tak semua tulisan dia tulis sendiri, ada beberapa tulisan orang lain yang dia bagikan karna menurutnya itu layak disimpan dan dibaca ulang.

Tidak ada pemberitahuan lagi hingga hari ini, barangkali aku juga harus belajar untuk menahan diri agar tidak merindukannya, meski rindu itu hanya sekedar berbentuk membaca tulisan darinya. Lalu kau tanya aku sedang candu? memang. Aku menikmati kecanduan ini, walaupun dia sama sekali tidak mempunyai pertanggung jawaban untuk menuliskan isi pikirannya untukku.

Di halamannya itu, aku sedikit tau tentang bagaimana kabarnya, apa yang dia pikirkan, apa yang sedang ia lakukan, atau hal-hal lainnya yang aku ingin tau tentang dia. Entah lupa sejak kapan aku jadi terobsesi dengan manusia satu itu. Aku jadi mulai mempertanyakan apakah rasa ingin tahuku ini sebesar itu terhadapnya, hingga suatu hari aku bahkan pernah menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mencari tahunya dengan bantuan mesin pencarian.

Waktu itu aku menemukan halaman yang masih aktif dengan tulisannya. Tulisannya biasa saja. Tapi sejak bertemu dengannya dan kami berbicara mengenai banyak hal, aku rasa dia pribadi yang berbeda, dan dia menyadari bila dirinya memang berbeda.

“Kenapa? Aku sudah biasa kalo orang lain bilang aku aneh, tapi aku akui kalo aku memang aneh, haha.” dia bilang demikian dengan nada bangga.

De javu. Kata-kata yang barusan dia ucapkan mirip dengan yang pernah aku katakan pada temanku yang lain. Aku mengakui kalo terkadang memang diri ini berbeda, dan bahkan aneh, tapi aku bangga dengan menjadi demikian.

Kembali lagi tentang dirinya, bahwa hingga detik ini dia adalah orang yang sulit aku cari tentang siapa dirinya, tidak banyak yang aku ketahui tentang dirinya, pun pertanyaan-pertanyaan yang akan menggali tentangnya pernah aku ajukan padanya, dan dia menjawabnya dengan rapi hingga aku sendiri bingung menyimpulkan siapa dirinya.

Kalo kamu bertanya kenapa aku tidak menghubunginya?. Aku memang sedang tidak ingin mengganggunya, membiarkan aku dan dia ya berjalan masing-masing di titik masing-masing. Aku bisa saja meneleponnya, atau mengirimkan pesan padanya, tapi tidak kulakukan untuk saat ini. Aku cukup senang hanya dengan membaca tulisannya. Nanti kalo memang kami setujuan, bukankah akan dipertemukan oleh Tuhan di persimpangan jalan?.

Pertanyaan tentang dirinya, tentang tulisannya.

Jadi apakah aku rindu padanya, atau sekedar rindu pada tulisannya?

Suatu hari nanti bila dia sudah ingin memulai menulis kembali, apakah aku bisa memintanya menuliskanku, membuatku menjadi bagian dari obyek yang ingin dia ceritakan, mungkin sekedar tentang pertemuan? Atau tentang seseorang yang menunggu hadirnya dalam bentuk tulisan.

--

--

Rama Wulan
kakinetik

I give my dreams a strength called faith, a power called hope, and an energy called spirit.