Buat Siapa Jalan Tol?

Muhammad Thirafi
HMS ITB
Published in
3 min readFeb 22, 2018

Kilas balik pada tanggal 2 Februari 2018, dimana pada saat itu, Ketua BEM UI yang belum lama terpilih, Zaadit Taqwa, membuat suatu peristiwa yang sebenarnya biasa saja, namun pada akhirnya dibesar-besarkan media dan heboh, memberikan secara simbolis kepada Presiden Joko Widodo dalam acara Dies Natalis UI berupa kartu kuning penanda peringatan mengenai 3 isu: Gizi buruk di Asmat, rencana Polri aktif menjadi Plt Gubernur, dan peraturan baru organisasi mahasiswa.

Sesuatu yang cukup menghebohkan ini akhirnya “memantik” Najwa Shihab untuk mengundang beberapa ketua BEM dari 5 kampus, dimana salah satunya adalah Zaadit Taqwa sendiri. Ada satu momen yang cukup mengernyitkan dahi dari kata-kata yang terucap oleh Zaadit Taqwa pada acara Mata Najwa, yang oleh sebagian warganet juga merasa ada yang sedikit aneh atau keliru.

“Dalam kepemimpinan Presiden Jokowi, melakukan pembangunan beribu-ribu jalan tol, yang kemudian hanya bisa dinikmati oleh masyarakat yang menggunakan mobil. Serta fasilitas-fasilitas yang hanya bisa digunakan oleh segelintir orang. Sementara teman-teman kita di Papua, ternyata di sana masih jauh dari cukup,” — Zaadit Taqwa

Ucapan ini dapat memberikan arti bahwa masifnya pembangunan beribu-ribu jalan tol pada era Presiden Joko Widodo, hanyalah bermanfaat bagi orang-orang bermobil, dalam kata lain hanya untuk orang kaya saja. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah jalan tol ini memang benar-benar hanya untuk orang kaya?

Secara mekanisme, jalan tol adalah jalan yang dikhususkan bagi kendaraan bersumbu dua atau lebih, yang berfungsi memperlancar lalu lintas dengan cara mempersingkat jarak tempuh dan waktu. Untuk dapat menggunakan fasilitas ini, pengguna jalan tol diharuskan membayar sesuai tarif yang sudah ditetapkan dan biasanya besaran dari tarif bergantung pada seberapa jarak tempuh atau tujuan.

Sekilas secara mekanisme, jalan tol memang hanya digunakan bagi yang mempunyai kendaraan bersumbu dua atau lebih, serta mempunyai uang lebih untuk membayar sesuai tarif. Apalagi, pengguna jalan tol memang diidentikkan dengan kendaraan pribadi. Namun, sekali lagi, apakah jalan tol ini benar-benar hanya untuk orang kaya?

Menurut Badan Pengatur Jalan Tol, salah dua tujuan dari penyelenggaraan jalan tol adalah meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan. Kedua poin ini sesungguhnya saling berkaitan satu sama lain. Apa sesuatu yang dapat ditarik dari kedua poin ini?

Konektivitas.

Kunci dari pembangunan jalan tol adalah konektivitas antar daerah. Dengan semakin mudahnya antar daerah saling terhubung, maka akan mempermudah dan mempercepat distribusi barang dan modal sehingga akan menumbuhkan perekonomian di daerah, bahkan dapat menekan biaya logistik yang selama ini menjadi momok dalam pendistribusian barang dan modal. Hal ini diakui Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman yang merasakan manfaat dari pembangunan jalan tol yang dapat menekan biaya logistik yang mayoritas dilakukan melalui jalur darat.

Selain itu, dengan pembangunan jalan tol, daerah yang memiliki potensi di wilayahnya baik itu potensi wisata atau potensi alamnya, dapat mengundang investor untuk dapat berinvestasi di daerahnya. Tentu hal ini dapat meningkatkan perekonomian daerah tersebut mengingat akan potensi banyaknya investor yang datang.

Pembangunan jalan tol juga dapat menggenjot ekonomi kemasyarakatan. Menurut Dekan FE UI, Ari Kuncoro, hal tersebut dapat terjadi jika pembangunan jalan tol diiringi membangun rest area di sepanjang tol jadi menciptakan rest area yang banyak. Kemudian keluar dari pintu tol dibangun restoran, hotel, dan kegiatan ekonomi lainnya. Secara langsung, pembangunan jalan tol akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Gini Ratio Nasional 2015–2017

Jika diperhatikan, maka peningkatan infrastruktur seperti jalan tol dapan meningkatkan perekonomian daerah bahkan nasional. Hal ini diperkuat oleh gini ratio Indonesia yang mengalami penurunan berdasarkan data dari BPS jika dihitung mulai 2015 dimana pembangunan jalan tol mulai masif dikebut. Gini ratio sendiri merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan, semakin kecil rasio, maka semakin kecil ketimpangan pendapatan.

Kesimpulan yang dapat diambil, secara mekanisme, jalan tol memang hanya dapat dilewati dan digunakan oleh orang kaya. Namun, dari pembangunan jalan tol sendiri dapat berdampak baik terhadap ekonomi. Tentu seharusnya masyarakat non kaya bakal “kecipratan” dengan dampak positif dari pembangunan jalan tol melalui ekonomi, dengan satu catatan: masyarakat dilibatkan dari pembangunan jalan tol ini dalam artian, lapangan pekerjaan yang mungkin akan bertambah seiring dengan pembangunan jalan tol ini haruslah mampu menyerap masyarakat lokal, tentu saja diiringi dengan mendidik masyarakat lokal agar terampil dalam pekerjaannya nanti.

--

--